Hari keduabelas ramadhan, ada banyak sekali kesibukan yang menyita waktu akhir-akhir ini. Kesempatan untuk tetap menulis menjadi tantangan tersendiri. Beruntung sebab dibersamai teman-teman di grup writing challenge. Terlepas dari apapun kesibukan harian di dunia nyata, aku yakin teman-teman yang lain juga berusaha keras untuk melawan keterbatasan maupun hambatan yang ada untuk tetap menulis di sela-sela waktu luang dan rasa lelah mereka.

Termasuk aku sendiri saat ini, ketika seharian penuh disibukkan dengan skedul tanpa jeda, akhirnya bisa tidur pulas walau hanya beberapa menit setelah shalat isya' tadi. Masih mengenakan mukena, usai menyampaikan semua keluh hati pada-Nya. Kantuk menyergap begitu saja. Untuk beberapa saat itu lah Allah menjawab kegundahan itu dengan ketenangan. Sebab tahu-tahu aku tertidur pulas barang sejenak, sembari menunggu suami pulang.

Akhir-akhir ini ada banyak hal yang terjadi, ada yang terasa seperti de javu, bahkan seperti bunga tidur. Tahu-tahu berlalu begitu saja sebab hari pun berganti sangat cepat. Hitungan jam seperti berlari menyongsong hari lebih dini.

Tiba-tiba saja aku menangis terisak saat tengah mengerjakan shalat tadi. Barangkali ada sisi emosi yang belum tuntas. Uneg-uneg yang tak tersampaikan kepada siapapun juga, dan luruh seketika saat betul-betul menghadapkan hati pada-Nya. Menangis di hadapan-Nya selalu terasa melegakan. Seperti bocah kecil yang meringkuk ke pelukan orangtua sembari menyampaikan keinginannya atau apa saja yang membuatnya bersedih.

Ada waktu, di mana kita tak memerlukan siapapun untuk menjadi pendengar dan berbagi keluh kesah. Ada waktu ketika kita hanya perlu mendudukkan diri di atas sajadah, dan mulai berbicara dari hati yang paling dalam seolah Ia berada tepat di hadapan. Sungguh hanya Allah yang layak dijadikan tempat bergantung. Hanya Allah yang dapat menolong, mengurangi setiap beban dan kesulitan. Menguatkan ketika tak satu pun kekuatan manusia mampu menopang semangat dalam diri.

Waktu itu, alhamdulillah datang malam ini. Karenanya pula aku kembali menulis. Usai merasakan kenikmatan, ketenangan, kelapangan, walau masih ada secuil kesedihan yang melingkupi. Entah apa, seolah begitu berat beban terasa, walau jika dirangkum sekalipun semua tidak lah serumit itu. Barangkali, aku memerlukan waktu-waktu seperti ini untuk lebih dekat dengan-Nya. Sebab semua kegundahan ini lah yang membuatmu tersedu sedan menyampaikan sekelumit permasalahan anak manusia yang tak bisa apa-apa tanpa bantuan-Nya.

Hasbunallah wani'mal wakil. Ni'mal maula wani'man nashir. Hanya Allah, satu-satunya yang layak menjadi tempat bergantung. Tempat berkeluh kesah. Tempat meminta pertolongan, solusi, walau untuk permasalahan sesederhana apapun itu. Allah kuasa, manusia tak punya daya.
___________________________________

#Day 12
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
___________________________________

setiap ujian, kesedihan, kemalangan yang menimpa diri tiap muslim, tiada lain sebagai cara Allah untuk menggugurkan dosa-dosa, innallaha ma'ana ..

copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 17 Mei 2019

2 Komentar

  1. sama yah saya juga kadang rasanya kelewat kirain masih kamis loh ternyata udah jumat aja. memang pintu maaf hanya tertutup saat kiamat tiba dan saat kita sedang sakaratul maut. Waktu yang ada memang dimanfaatkan untuk meminta maaf ke semua orang baik yang pernah kita buat salah maupun yang nggak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mbak. Terpenting, hablumminallah wa hablumminannas insyaa Allah :) terima kasih ya

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)