Tiga hari yang lalu, Aidan mendekat dekat wajah murung. Katanya, ia tak bisa ikut shalat sebab sajadah mungilnya belum ditemukan. Wajah Aidan tampak masygul namun tak dibuat-buat. Khas kepolosan anak kecil. Masyaa Allah, tabarakallah nak. Di usia empat tahun sebutlah masa di mana ananda mengenal ritual ibadah seperti shalat dan berpuasa di bulan Ramadhan. Tetapi melihat wajah sedih Aidan saat itu, besar harapan bahwa ananda kelak akan betul-betul menjadi pribadi yang shaleh beserta mushlih. Keshalehan yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan dapat pula mengajak orang lain pada jalan kebaikan.

Semakin hari, melihat bagaimana tumbuh kembang Aidan, ini menjadi semacam PR besar. Bahwa menjadi orangtua juga memerlukan pembelajaran senantiasa. Yakni kesadaran untuk belajar tanpa henti. Sekali lagi, anak adalah cerminan dari orangtuanya. Tatkala mendambakan anak yang shaleh/ah, maka wajib untuk menshalehkan diri terlebih dulu. Tak ujug-ujug hanya berdoa siang malam berharap ananda akan menjadi anak yang berakhlaqul karimah, shaleh, dan berbakti, tanpa disertai upaya untuk berbenah diri.

Children are great imitators, kemampuan menirunya adalah salah satu dari proses pembelajaran bagi diri seorang anak. Ia cenderung meniru apa yang orang lain lakukan, terlebih keluarga dan orangtuanya sendiri. Mengapa orangtua yang lebih sering menjadi role model bagi diri seorang anak ketimbang anggota keluarga yang lain? Sebab, intensitas pertemuan maupun kebersamaan anak dengan orangtua lebih dekat terutama untuk anak-anak yang baru berusia emas (golden age zone) di 0-5 tahun.

Pada tahap ini anak akan menyerap apa saja yang ia peroleh sebagai stimulus kemudian memprosesnya dalam bentuk skema dan pola informasi yang ada di dalam pikiran mereka, lalu keluar dalam bentuk respons konkret. Karenanya, dikatakan bahwa orangtua adalah agen kontrol sosial bagi diri anak-anak. Seperti yang dijelaskan Mulianti Widanarti, S. Psi. dalam bukunya yang berjudul "Good Mom : Menjadi Istri & Ibu yang Baik".

Nah, tugas orangtua lah untuk menjadi teladan pertama. Madrasatul 'ula bagi ananda. Bukan lagi sebuah keharusan melainkan kewajiban yang mendatangkan pengaruh besar pada tingkat kegagalan maupun keberhasilan kita dalam mendidik anak. Apakah ananda nantinya akan tumbuh sesuai apa yang diharapkan orangtuanya atau justru sebaliknya.

Menjadi teladan jelas tak cukup hanya dengan memberi perintah, ayah dan bunda harus terlebih dulu melakukannya, kemudian memberikan penjelasan kepada ananda baru kemudian kata perintah. Betapa menjadi orangtua, terlebih lagi seorang ibu yang memiliki amanah tak ringan di pundaknya. Amanah untuk memastikan pembelajaran baik apa yang bisa diterapkan hari ini, besok, dan lusa, pada diri ananda. Pun, sejauh apa keberhasilan yang telah dicapai dari langkah-langkah yang telah diambil maupun yang baru masuk ke daftar planning. Amanah dalam mendidik dan membesarkan anak-anak yang kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Ternyata ada resep yang disampaikan oleh dr. Hasan Syamsi dalam "Modern Islamic Parenting". Tips jitu dalam membentuk anak yang shaleh/ah harus diawali dengan kesadaran orangtuanya untuk memahami tugas nan agung yang telah Allah amanahkan padanya. Yang pertama dengan menyadari tanggung jawab maupun peran selaku orangtua. Berusaha untuk menjadi orangtua idaman dengan mencoba untuk bersahabat dengan ananda. Tak lupa untuk mendidik dengan cinta. Sosok ayah yang disiplin juga menjadi satu pondasi dan sangat dibutuhkan dalam mendidik anak. Jadi, seorang ayah tak hanya hadir sebagai kepala keluarga yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Melainkan ikut berkontribusi dalam mendidik ananda bersama-sama.

Menjadi tugas dan kewajiban setiap orangtua untuk memantaskan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anak, mengajak anak untuk terbiasa dengan kebiasaan baik dimulai sejak dini. Bisa dari perkara kecil yang kerap kita abaikan di kehidupan sehari-hari. Misal, membuang sampah pada tempatnya. Berikan perintah tegas namun tenang. Selanjutnya, berikan anak cukup kebebasan tetapi jelaskan konsistensi yang harus disepakati apabila ia melanggarnya. Yang terakhir, selelah apapun jangan alpa untuk memberikan anak-anak kita limpahan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Bangun komunikasi yang baik, berkualitas, walau tak bisa intens tatkala kedua orangtua memiliki jam kerja di luar rumah.


Alhamdulillah, sebelum menutup postingan kali ini. Penting untuk menghadirkan syukur kembali di dalam hati sebab Allah telah amanahkan kita anak-anak yang luar biasa. Tugas kita lah mendidik dengan cinta. Mengarahkan dengan cinta. Menghantarkan ananda pada gerbang cita-citanya kelak. Yang tak kalah penting, menuntunnya dengan ilmu. Maka, ayah.. bunda.. jangan jemu untuk belajar lagi dan lagi. Semoga bermanfaat :)
______________________________

#Day 10
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
_______________________________

.. catatan seorang ibu, pengingat untuk terus belajar lebih baik ..

copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 15 Mei 2019
[image source : by google]

2 Komentar

  1. maa syaa Allah Mba,, sebagai ibu, saya juga masih terus belajar dalam mendidik anak dan memberi teladan yang baik untuk ananda. jazakillah khair ilmunya ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, semoga manfaat. Terima kasih sudah tinggalkan jejak :)

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)