Hari ini, FLP Magelang mendapat undangan sebagai narasumber pelatihan penulisan artikel untuk siswa SMA Negeri 1 Muntilan. Pematerinya adalah sekretaris FLP Magelang (suami sendiri). Alhamdulillah agenda terlaksana dengan baik. Senang sekali dengan sambutan dan perlakuan para guru beserta ibu kepala perpustakaan yang ramah. Salah satu guru yang menyambut kami juga seorang penulis yang telah menelurkan beberapa buku solo. Ketika kegiatan usai, kami dipersilahkan untuk ke perpustakaan sekolah. Pada saat itu lah Pak Tegar Setiadi menyodorkan beberapa buku yang ia tulis sendiri, berikut sederet karya para siswanya. Masyaa Allah.


Foto Bersama Para Peserta Pelatihan Penulisan Artikel di SMA Negeri 1 Muntilan, Narasumber: Wahyudi (Sekretaris FLP Magelang)

Selain suami sebagai pemateri, aku sendiri turut hadir, menyusul mbak Desi (divisi karya FLP Magelang) yang datang di pertengahan acara. Jika biasanya anak-anak dijaga oleh ayahnya, kali ini gantian, anak-anak yang bersamaku sembari sibuk mendokumentasikan acara sedari awal hingga akhir.

Untungnya Dhafin bisa diajak kerjasama. Meski kondisi tubuhku sedang tak fit. Entah salah makan apa, karena subuh tadi sempat diare. Gejala mastitis terasa nyeri karena benjolannya sudah sebulan ini hilang timbul. Bertepatan waktu dzuhur saat tiba di rumah, pundakku terasa sakit sekali. Mungkin efek menggendong Zeeshan setengah hari. Dari berangkat hingga pulang. Belum ditambah nyeri dada yang mendominasi.

Kalau mau beralasan lelah, siapa sih yang tak merasakannya? Setiap orang bergumul dengan rasa lelah masing-masing. Termasuk ketika aktivitas momong seperti hanya berganti tempat, tapi kalau bisa mengerjakan sesuatu yang positif rasanya tak ada lelah yang mampu meranggas semangat untuk mengerja lebih. 

Hingga hari ini, anak-anak selalu bersama kami di setiap kegiatan. Selain karena tak ada yang bisa dititipi, semoga ini sekaligus melatih mereka. Kelak, anak-anak akan memahami bahwa apa yang dikerjakan oleh orangtuanya saat ini juga bagian dari kontribusi kecil untuk misi kebermanfaatan diri di tengah ummat lewat bidang yang ditekuni.

Karena itu, kemarin malam aku sudah mengabari guru yang sekaligus penanggung jawab kegiatan hari ini, untuk memaklumi karena anak-anak akan turut bersama kami (Dhafin; empat tahun. Zeeshan; tigabelas bulan). 

Sama seperti biasa. Kalau kebetulan aku yang sedang beroleh job sebagai pemateri, anak-anak akan bersama ayahnya. Begitupun sebaliknya.

Paling tidak, kami bisa bersinergi memberdayakan diri di dunia literasi. Tak terbayang jika kami berbeda arah dalam hal ini, dan alih-alih memberikan dukungan. Sebab tak sedikit suami yang menganggap kegiatan tulis menulis dan berorganisasi setelah menikah bukanlah sesuatu hal penting untuk dilakukan.

Kalau dipikir-pikir, ini kemudahan yang patut disyukuri. Ketika suami memahami, bahwa di agenda-agenda literasi ini ada impian istrinya yang sudah sejak dulu diimpikan. Kali ini, kesempatan itu datang untuk beroleh ruang sekaligus pula wadah. 

Kesempatan mungkin saja tak datang berkali-kali, hanya untuk menunggu kita benar-benar siap.

Jadi kalau kebetulan ada peluang yang terbuka di depan mata, sebisa mungkin ambil itu sebagai langkah kecil yang akan menghantar diri pada pencapaian-pencapaian lain yang lebih besar. Ambisi dalam hal kebaikan itu juga perlu, sebab motivasi dan ambisi juga dua hal yang dapat mendorong seseorang keluar dari zona nyamannya dan mendongkrak diri untuk sungguh-sungguh dalam upaya.

Intinya, mendapat lampu hijau untuk terus menulis dan berorganisasi penulis adalah privilege khusus bagi seorang istri sepertiku. Alhamdulillah.

Oleh karena itu, meski terasa lelah dan rasanya ingin sekali mengambrukkan tubuh di atas kasur.. aku tetap berangkat menerobos hujan untuk tiba di sekolah. Pulang ke rumah hanya untuk beristirahat sebentar, makan siang, kemudian berangkat lagi. 

Pagi ini di seminar SMA N 1 Muntilan, pukul dua berpindah tempat ke sekolah lain. Sekalipun sempat mengeluh sakit ke suami saat sudah di atas motor. Di sepanjang jalan, beberapa kali melambat sembari menekan dada karena nyerinya cukup menganggu. Tapi ketika bertemu dengan anak-anak Jurnalistik Sastra, merevisi cerpen siswa, sakit itu nyaris tak terasa. Kadang, niat juga bisa meredakan ketidaknyaman yang dirasa. Niat, motivasi, dan integritas.


Para Siswa Kesayangan di PK Jurnalistik Sastra


Jarak dari rumah ke Borobudur tak lagi terasa jauh. Sebab setiap minggunya terlewati, seperti memendekkan jarak yang semula terasa cukup jauh dari satu kecamatan ke kecamatan lain. Bahkan di kondisi tubuh yang tak fit, berkendara sambil berdialog dengan isi kepala mendatangkan ide-ide yang mengusik diri untuk segera menulis.

Beruntung, sebubarnya dari sekolah sore tadi.. hujan juga telah berhenti. Langit di beberapa titik tempat yang kulalui tampak terang. Aku suka suasana sore hari ketika pulang dari mengajar PK Jurnalistik Sastra di sekolah. Melaju bersama kendaraan-kendaraan lain di jalan; yang entah sedang berangkat pergi atau perjalanan kembali. Berhenti di lampu merah. Menatap penjual asongan yang kebetulan berpapasan denganku. Menajamkan indra untuk apa-apa yang tertangkap netra.

Telinga, mata, penciuman. Hati, dan pikiran.

Apa penulis memang sepeka ini?

Hanya berkendara sendiri, di tengah hiruk pikuk lalu lintas jalan raya. Berpapasan dengan orang-orang di sepanjang jalan. Kadang pula sembari menyenandungkan lagu-lagu kesayangan. Ada saja ide-ide yang muncul di kepala selayaknya tampilan slide show.

Pun ketika mampir ke apotek membeli stok persediaan obat untuk berjaga semisal anak jatuh sakit di musim penghujan ini, aku iseng mengambil gambar di etalase apotek. Menjadikannya status random di WhatsApp. Pada waktu bersamaan, sebuah premis cerita muncul dalam kepala.

Premis yang berbeda, meski mungkin pernah kutulis dalam sebuah cerpen tentang ide serupa. Seorang ibu yang membeli obat untuk anak-anaknya. Tapi ada yang menarik dari premis ini, buru-buru kutulis di group khusus dengan member diriku seorang. Takut lupa.

Dulu, aku pernah menulis cerpen tentang perjuangan Mamak yang mencari obat untuk kesembuhan Bapak. Karena memang sebagian besar kisah yang kutulis, inspirasi itu sering berangkat dari kisah sebenarnya, walau tentu saja terbingkai sentuhan fiktif di dalamnya.

Entah itu kisah sendiri, pengalaman orang lain, atau oleh-oleh dari apa yang ditangkap indra sepanjang menikmati perjalanan berangkat dan pulang. 

Sekarang mungkin di moment sewaktu pulang dari mengajar Jursas. Dulu ketika anak masih satu, aku dan suami sering ngetrip di destinasi wisata domestik. Ada masa di mana postingan media sosial diisi oleh foto-foto sepulang dari perjalanan pendek kami ke sebuah destinasi wisata. Kebanyakannya masih area Jateng. Meski pernah pula sampai di Bangka Belitung, dan mudik ke Riau. 

Setiap perjalanan, bagiku adalah momentum bertafakur. Banyak hal yang tiba-tiba bisa dipikirkan, sambil merenung, sambil beristighfar di jalan memohon perlindungan Allah. Dan masih banyak lagi. Seriuh itu memang.

Bahkan ketika terlintas pikiran betapa penatnya rutinitas pada hari-hari tertentu, aku mengirim pesan pada diri sendiri bahwa "lelah yang hari ini dirasa, adalah perjuangan yang kuimpikan bertahun-tahun sebelumnya.." 

Iya, menyadari bahwa apa yang menjadi kesibukan diri saat ini adalah bagian dari doa-doa yang terijabah.. seperti recharge khusus untuk kembali memenuhkan energi dalam diri. Lelah boleh, berhenti jangan. Boleh kok sejenak menepi. Bahkan di dalam Islam, ketika satu urusan seorang muslim & mukmin selesai, kita dianjurkan untuk bersegera melanjutkan pada urusan-urusan lain yang tak kalah penting dan baik. Semata-mata agar tak ada waktu kosong yang terbuang percuma, apalagi jika sampai terisi dengan hal yang sia-sia.

Alhamdulillah. Definisi Syukuri, Jalani, Nikmati, dan Jadilah Berarti. Masyaa Allah.

Cerita hari ini, ditutup dengan nobar film horor bersama suami dan anak-anak. Penatnya baru terasa di malam hari seperti sekarang, tapi ingatan dan momentum yang dirasa hari ini, amat sayang jika tak dituang ke dalam tulisan. Berharap ketika suatu hari saat membaca ulang postingan ini, ingatan dan nuansa rasanya akan sama persis saat terangkat ke permukaan.

Aku suka mengabadikan hal-hal di hari ini, baik itu dalam bentuk gambar maupun tulisan. Sebab selalu akan terasa ajaib jika di suatu hari, aku kembali membuka ulang potret gambar atau jejak tulisan, dan perasaan dari ingatan yang muncul ke permukaan menarik hal-hal yang menghangatkan jiwa.

Sesederhana mengagumi tulisan bagus yang pernah kutulis, dan memeluk diri sendiri sambil berterima kasih bahwa aku pernah menulis sebaik itu. Atau ketika berkaca haru menatap potret anak-anak dari tahun ke tahun, betapa menjadi orangtua adalah fase lelah-lelahnya mendidik.. tapi satu hal yang kadang kita terlupa, waktu juga berlari kencang seiring itu. Tahu-tahu anak sudah bertumbuh besar tanpa terasa, dan semoga tak ada penyesalan yang hadir mewarnai perjalanan parenting kita. Melainkan apa yang telah kita re-parenting dari pengalaman pola asuh yang pernah didapat. Sehingga menjadikan kita orangtua yang jauh lebih baik dan bijaksana. Meski tak pernah ada sekolah khusus tentang menjadi orangtua.

Banyak teori memang, tapi kadang realita dan tantangan di lapangan adakalanya tak sejalan dengan teori yang telah dipelajari. Pada saat itu lah modifikasi dibutuhkan untuk menyesuaikan antara teori, praktik ilmu & pemahaman, juga kebutuhan anak maupun kita selaku orangtua.

Manusia itu sungguh adalah makhluk pembelajar. Belajarnya tak habis-habis, seolah tak pernah cukup.

Dan, aku senang mendapati diri terus belajar. Semoga kamu juga demikian yaa :)



______________________________ Selamat malam. Mimpi indah. Besok bangun pagi dengan hati bahagia, ceria, plus.. tetapkan pilihanmu pada pemimpin yang benar-benar dapat membawa kita pada kebaikan fii dunya until akhirat. Sudah tahu kan 27 November besok akan memilih siapa?



Magelang, 26 November 2024

Copyright: www.bianglalahijrah.com

0 Komentar