Ada banyak sekali jalan untuk setiap orang dalam bertemu jodohnya. Ada yang kisahnya serupa tetapi tetap tak sama. Sebab setiap orang menerima semua itu dengan hati dan situasi yang berbeda. Kadang ada yang jodohnya datang begitu mudah. Menghampiri saat ia benar-benar siap untuk menikah.

Ada pula yang harus menunggu sekian lama untuk merasakan moment dilamar, tetapi begitu menjelang hari H justru terjadi sesuatu yang tak dikehendaki. Pernikahan itu dibatalkan. Atau terpaksa batal karena suatu sebab dan lain sebab.

Ada pula yang sudah bertahun-tahun saling mengenal, begitu mereka siap untuk mengikrarkan kehidupan masing-masing di tali pernikahan, justru tak mendapat restu dari orangtua. Entah itu karena perbedaan status sosial di tengah masyarakat, atau latar pendidikan yang berbeda, menjadi sebab tertundanya niat baik tersebut.

Namun aku satu di antaranya, yang Allah mudahkan untuk bertemu sang jodoh. Katanya seseorang itu bisa jadi jodohmu, jika saat pertama kali melihatnya kau merasa yakin tanpa memiliki keraguan. Ada kesamaan yang tiba-tiba menjalin ikatan di antara kalian, entah itu minat maupun hobby. Terlebih jika kemudahan seperti membentang begitu saja saat kalian hendak menghalalkan diri sebagai kekasih di hadapan Allah.

Aku menikah muda di usia 18 tahun, sedang suami 22 tahun. Tak sengaja saling kenal di salah satu forum kepenulisan yang ada di sosial media. Tak genap dua bulan setelah pertemuan pertama, kami mantap memutuskan untuk menikah. Sama-sama menyudahi pertanyaan diri tentang siapa yang nantinya akan menemani berjuang sampai akhir. Siapa orang diujung pencarian itu.

Jika dipikir-pikir lagi mengapa tak sama-sama memantaskan diri saja setelah menikah? Sama-sama berproses untuk menjadi lebih baik. Mendewasa bersama. Tumbuh bersama.

Banyak orang masih suka bertanya padaku hingga hari ini. Bagaimana kisah kami dari awal bertemu sampai mantap untuk memutuskan menikah muda. Sebagian seolah memasang wajah tak percaya setelah mendengarnya. Sebagian hanya berdecak kagum menganggap bahwa begitulah cara kerja Allah untuk menyatukan dua hati yang tadinya terpisah jarak jauh, kemudian dalam sekejap, dipertemukan lantas dipersatukan dalam ikatan suci. Itulah yang dinamakan jodoh.

Aku sendiri masih sering berpikir, tentu jika bukan atas kehendak dan campur tangan Allah.. kami takkan bertemu, menikah dan memiliki seorang anak. Bahagianya, sebab tanggal 4 Agustus yang akan datang adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang kelima.

Lima tahun waktu yang belum lama tetapi juga tidak sebentar. Ternyata ada banyak sekali warna-warni yang menghiasi kehidupan setelah menikah. Dari permasalahan sederhana, hingga yang teramat kompleks. Namun seperti apapun itu, komitmen adalah kunci dari segalanya.

Sebab seiring waktu, menikah memang bukan lagi tentang cinta sepasang pengantin baru. Melainkan dua orang dewasa yang meski berbeda isi kepala.. sama-sama berusaha untuk bertahan dan mempertahankan. Mengekang keegoisan masing-masing. Belajar mendahulukan yang lain, memprioritaskan yang lebih penting dari keinginan sendiri. Bagiku, menikah adalah proses pembelajaran seumur hidup.

Jodoh itu memang rahasia besar Allah. Tak cukup hanya dengan menerka-nerka siapa jodohmu. Tak cukup hanya dengan membuat target kapan waktu yang tepat untuk melenggang ke pernikahan. Juga tak bisa seenak diri menentukan siapa yang akan kau nikahi nantinya. Sebab tempat maupun waktu, bagaimana kejadiannya, siapa orangnya, mutlak ketetapan Allah. Hanya Allah saja yang tahu.

Maka yang harus dilakukan cobalah untuk berbenah dan terus memantaskan diri. Jika ujian dirasa bertubi-tubi menghalangi niat baikmu, barangkali Allah ingin melihat kesungguhan yang ada padamu.

Jika satu persatu hanya datang bertamu kemudian berlalu, barangkali Allah hanya sedang memberimu waktu untuk memupuk prasangka baik lagi dan lagi. Bahwa Allah pasti akan menggantinya dengan seseorang yang lebih baik. Di waktu yang tepat dengan orang yang tepat.
 
Tak perlu khawatir jika aral yang melintang di hadapanmu terlalu banyak. Tak perlu takut jika jodoh tak jua bertamu ke rumah orangtuamu. Tak perlu risau jika usia tak lagi berada di angka ideal untuk pantas menikah. Juga tak perlu sedih jika niat baik untuk menikah terhalang restu orangtua.

Barangkali Allah memiliki rencana yang lebih indah dari rencanamu sendiri. Allah tengah mempersiapkan suatu kejadian yang lebih baik dari apa yang telah kau rancang atau sekedar kau bayangkan selama ini.

Anggap saja bahwa Allah sedang memberimu jeda untuk bermuhasabah. Memperbaiki diri agar semakin baik dalam banyak hal. Jika waktunya tiba jodoh pasti akan bertamu, mempersuntingmu untuk menjadi kekasih halal di dunia hingga di akhirat.

Sebab toh, jodoh itu bukan sendal yang bisa tertukar. Yakin saja, meski penantian begitu panjang terasa, meski kerinduan seperti bertalu-talu tak tertahankan. Jodohmu akan tetap menjadi jodohmu, takkan mungkin tertukar ke orang lain.

Jodohmu akan tetap menjadi jodohmu, seperti apapun perjalanan untuk saling menemukan satu sama lain. Teruslah memantaskan diri. Sebab jodoh adalah cerminan diri sendiri. Jika engkau terus berikhtiar untuk memperbaiki diri, barangkali ia pun sama di belahan bumi lain tempatnya berdiri.

Agar saat kalian dipertemukan, secara lahir batin kalian sudah siap memikul amanah dari Illahi Rabbi. Bahwa menikah adalah untuk beribadah, meraup pahala, menggapai ridha Allah.

Jodoh tertunda tak masalah selama ia datang dengan cara baik dan bermula dengan baik agar kebaikan pula yang terdapat di akhir. Karena tentu akan mengurangi keberkahan suatu pernikahan jika sejak awal bermula dengan jalan yang tidak Allah ridha.

Untukmu, jodoh pasti bertamu. Suatu saat akan duduk bersanding di depan penghulu. Aamiin insyaa Allah.

Karena orang yang tepat terkadang tidak dipertemukan dengan cepat. Yakin saja, sesuatu yang sudah menjadi takdirmu takkan Allah biarkan menjadi milik orang lain. ~anonymous~

Magelang, 31 Juli
Copyright : @bianglalahijrah_ 


Baca juga: 
Pilihan Sulit
Cinta dalam Aksara

0 Komentar