Pinta dan Penghambaan
Dan aku masih jua terpekur dalam hening sujud
Yang mengantarku pada kerinduan yang kian membuncah.
Dalam butiran airmata yang meleleh cair
Sekali lagi mengantarku pada
bayang tempat meski belum pernah kudatangi atau pun kulihat.
Air mataku terus menderas, dalam lirih aku meminta pada Rabb-ku
"Ya Allah, jangan sekarang karena aku belum siap dengan segala amalku. Izinkan aku untuk menuntaskannya."
Memelas, tersedu dan terus terisak. Hingga tubuh ini tersungkur dalam sakit yang merajam.
6 Komentar
nice posting :)
BalasHapussalam knal dari tanah bugis..
Iyaa.. terima kasih :)
BalasHapusSalam kenal kembali dari orang bugis yang ada di Malang :)
disini jadi ruang merenung yg bagus putri...
BalasHapusInsan Robbani@ Ayah.. terima kasih :)
BalasHapusWaktu, tak pernah mengenal siap atau belum. Karena ia tercipta demikian adanya. Hanya bergerak linear saja..
BalasHapusDan tempat tujuan itu (tempat tujuan kita semua), adalah absolut. Pertanyaannya, seberapa besar modal kita untuk menyambutnya? Semoga, waktu yang dihadiahkan pada kita ini sanggup mengantarkan kita pada mimpi itu. Mimpi terbesar, SyurgaNYA.
Arya Poetra@ Aamiin, terima kasih :)
BalasHapusAssalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)