Aku terpaku pada apa yang ditulis oleh Yasmin Mogahed dalam bukunya yang berjudul Love & Happiness. Kebetulan, setelah berhari-hari memacu diri untuk berjibaku dengan deadline naskah tulisan di beberapa event, aku sampai di titik butuh istirahat. Akhir-akhir ini, bumil yang satu ini mengalami kelelahan yang signifikan. Entah kebetulan atau tidak. Sore tadi ketika duduk di depan laptop, mataku tiba-tiba saja menangkap buku ini diantara tumpukan buku-buku lainnya yang ada di atas meja kerjaku.

Berhubung aku tipikal yang sering mengikuti intuisi, jadi dengan segera buku bersampul biru muda ini kulepas dari segel plastiknya. Aku berniat untuk membacanya sekali habis, meski baru di halaman ketiga, aku terdistraksi dengan acara dadakan membuat cengkodok pisang goreng untuk anggota rumah. Untukku juga sih sebenarnya. Dikarenakan tiga hari ini berhadapan dengan kalio daging sapi beserta tongseng kambing, ada dorongan untuk ngemil yang manis-manis.

Berlanjut, beberapa menit yang lalu. Usai menggoreng cengkodok, aku kembali duduk di depan laptop. Membuka halaman buku Love & Happiness hingga sampai ke halaman tujuh.

Kata-kata di buku ini membuatku agak tergugah, karena sehubungan dengan apa yang ingin kutulis sejak seharian ini. Yasmin menulis kata-kata yang jika kamu baca di situasi yang kurang memungkinkan, barangkali kamu akan tetap tergerak dan beroleh motivasi untuk bergerak setelahnya. Apapun kendalanya, seperti apapun sulitnya. Karena seperti yang Yasmin Mogahed katakan dalam bukunya,

Pertolongan Allah akan datang sesuai dengan kesulitan yang kita hadapi.

Semakin kuat rasa sakitmu, semakin manis penghiburan dari-Nya.

Semakin berat ujianmu, semakin besar ganjaran yang akan kau terima.

Semakin besar lukamu, semakin kuat penyembuhan yang datang dari-Nya.

Semakin dalam lubang yang ada dalam dirimu, maka semakin banyak pula isi yang bisa kamu tuangkan.

Setelah membaca halaman ini, aku sampai-sampai tertegun untuk beberapa saat.

Kemarin tepatnya, ada harapan yang tak menjumpai realita sesuai apa yang diekspektasikan. Akan tetapi, aku mengingat lagi perjalanan panjangku hingga sampai ke titik ini.

Jika kemudian aku akan menjumpai jenis kegagalan yang tak jauh beda, bukankah aku pernah gagal tetapi kemudian tetap memutuskan untuk maju? Aku ketika kemudian tergerak untuk belajar lebih baik, sampai akhirnya ikhtiar itu membuahkan hasil sesuai apa yang diharapkan. Jadi tak semestinya hanya karena satu kenyataan yang tak sesuai harapanku di awal, harus menggugurkan motivasi-motivasi baik yang ada ke depannya.

Dalam hidup, barangkali akan selalu ada fase maju mundur. Naik turun. Dan fluktuasi dalam berbagai hal yang kita lalui.

Ada waktu keberuntungan memihak kita lebih dari apa yang dibayangkan.

Ada saat kita tak selalu seberuntung apa yang diharapkan.

Tetapi bukan berarti tak ada kebaikan sama sekali bukan?

Selama kita sendiri masih terus melakukan usaha terbaik, memperbaiki langkah-langkah yang ada agar semakin baik lagi. Maka keberhasilan yang hendak diraih adalah suatu keniscayaan.

Jadi, aku menasehati diri sendiri bahwa tak semestinya satu ketidakberhasilan dalam memenuhi suatu harapan, harus menghanguskan ikhtiar-ikhtiar baik, hasil-hasil yang sama baiknya, yang juga telah kucapai hingga saat ini.

Tak adil rasanya, menghukum diri yang telah bersusah payah sendiri, lantas terpekur meratapi satu impian yang kebetulan belum berhasil direalisasikan. Padahal, bisa jadi setelahnya akan ada kebaikan lain yang menyertai.

Bisa jadi, di balik itu, akan ada keberhasilan yang tak kalah baik menghampiri setiap tekad dan ikhtiar yang kita kerahkan. Mungkin pula, adanya kegagalan menjadi kebaikan tersendiri kendati belum kita pahami.

Tulisan Yasmin Mogahed, sampai padaku di moment ketika semangatku tengah mengendur. Ibu hamil yang memforsir diri beberapa waktu lalu, mengurangi jatah tidur, memperbanyak waktu menulis di sela waktu untuk membaca buku. Belum di tengah tuntutan pekerjaan rumah yang nyaris dengan rules yang sama setiap harinya. Begitu lagi, itu lagi. Tapi harus tetap dikerjakan.

Puncaknya, kelelahan dengan membawa segerombolan perasaan yang tak layak dibiarkan hadir begitu saja.

Adakalanya, manusia memang memerlukan jeda beristirahat.

Meskipun pekerjaan yang dilakukan adalah sesuatu yang kita cinta. Bukan berarti di pertengahan jalan kita tak akan menemukan sebab atau alasan untuk tiba-tiba merasa lelah dan jenuh.

Perasaan manusia adalah bagian dari fluksuasi itu sendiri.

Kita tak selalu terus menerus dalam keadaan netral, stabil, atau sebutlah normal.

Ada waktu-waktu tertentu di mana fluktuasi itu menjadikan kita sebagai sosok terbalik dari versi yang mati-matian ingin kita hadirkan selama ini, sebab begitulah citra yang ingin kita bentuk sebagai seseorang yang mereka kenali dari luar.

Akan tetapi, manusia biasa ini bisa apa, jika hatinya saja digenggam oleh-Nya? Dia dzat Yang Maha Membolak-Balikkan hati maupun keadaan hamba.

Jadi di hari yang baik ini, bahkan sejak hari arafah beberapa waktu lalu, aku berdoa meminta keistiqamahan pada-Nya atas hal-hal baik yang ingin kuperjuangkan sampai akhir.

Agar bersama ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan, ada keridhaan Allah yang menyertai di dalamnya.

Agar tercapai apa yang menjadi harapan, doa, cita-cita beserta impian yang hingga hari ini masih kerap kusemogakan.

Percaya atau tidak, tetapi aku selalu percaya, bahwa hal-hal yang datang kepada kita tak pernah membawa kebetulan belaka. Melainkan dengan maksud tertentu, entah akan kita pahami langsung, atau maksud yang tersampaikan lewat satu kejadian butuh waktu untuk bisa kita cerna pada akhirnya.

Tak ada yang sia-sia.

Tak ada yang percuma di seluruh alam semesta.

Pun aku meralat keyakinan, bahwasanya sebentuk kegagalan saja, barangkali akan membawa satu kebaikan tersendiri. Dan akan Allah gantikan pada kebaikan lain yang tak kalah baiknya, melebihi apa yang kita sangka-sangka.

Dan di moment itu, kita akan benar-benar meyakini bahwa ada hal-hal yang harus berjalan di luar kendali kita sebagai manusia, sebab dengan begitu kita akan tetap merawat ketawadhuan di dalam dada. Beristighfar jika barangkali ada rasa jumawa yang hinggap di sana.

Menyadari, bahwa sejatinya.. impian kita ini pun adalah letupan asa yang hadir dan bergerak, bahkan nantinya akan digerakkan, tak terlepas dari ketetapan yang Maha Pemberi Ketetapan Terbaik; yakni Allah.

Bismillah biidznillah, aku agak berkaca-kaca untuk menulis ini di moment ketika melawan diri sendiri, semata-mata agar hal-hal yang tak semestinya dirasakan atau pun terpikirkan, atas izin Allah berganti dengan keyakinan yang jauh lebih baik lagi.

Setiap saat bahkan, sebab dari doa yang sama, ketika menjumpai hal baik, maka harapanku hanya; agar kebaikan itu dapat menjadi kebaikan yang berlipat ganda melebihi sebelumnya.

Betapa manusia memang butuh Allah, sekalipun sekadar menata niat yang semula tertata tapi sejenak berantakan, untuk kemudian Allah utuhkan kembali di dalam sana. Pada diri yang tanpa-Nya, bukanlah apa-apa.

Maka, dengan menulis ini, aku berhasil melawan kemalasan diri sendiri yang baru saja terhinggapi insecurity, bukan kepada sesama makhluk-Nya. Tetapi justru jauh ke dalam diri. Astaghfirullah.

Bismillah biidznillah, ya. Optimis di bulan Juli dan seterusnya akan terisi dengan hal-hal baik, yang jauh lebih barokah segala sesuatunya, dan kabar terbaik dari apa yang ditunggu-tunggu juga akan Allah ijabahi segera. Aamiin insyaa Allah. Keep husnudzhon. Allah sesuai prasangka kita.

Dalam bentuk kegagalan yang datang serupa kekecewaan, kesedihan, berkurangnya semangat untuk melakukan hal yang disuka, seperti yang ditulis oleh Yasmin Mogahed pada buku yang sama di halaman ke-60, bahwasanya;

Kesulitan dimaksudkan untuk melembutkan hati kita, bukan untuk memperkerasnya. Jika kita merasa bahwa kesulitan membuat kita menjadi lebih keras, itu pertanda bahwa kita terlalu bergantung pada diri sendiri, dan bukan kepada Allah.

Maka dear hati, mari kembalikan segenap rasa kepemilikan ini kepada Dia yang lebih berhak atas kepemilikan itu. Sebab diri kita ini pun sejatinya bukan milik sendiri, melainkan milik-Nya, kita yang hanya sedang melakoni peran sementara selama masih di dunia.

Berharap untuk apapun jenis ketidakberdayaan yang saat ini kita hadapi, membuat kita kembali kepada satu-satunya sumber kekuatan yang akan senantiasa memberikan penguatan. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Hasbunallah wa nikmal wakil, nikmal maula wanikman nashir. 

Haah, alhamdulillah lega rasanya.


Semoga bermanfaat.


________________________


Magelang, 1 Juli 2023

Copyright : www.bianglalahijrah.com

0 Komentar