Pernah merasa di titik jenuh, kelelahan, dan tiba-tiba kehilangan semangat? Beberapa hari lalu, aku sempat terkunci di kondisi demikian. Bahkan untuk beranjak dari tempat tidur butuh waktu lebih lama.

Terasa ada yang salah. Rasanya ada yang perlu dibenahi. Ada yang harus dirubah!

Dan setelah berhari-hari dilanda kondisi itu, aku memaksakan diri untuk bergerak bangun. Butuh kekuatan lebih memang, karena untuk mengangkat lengan dan mulai membersihkan rumah saja terasa berat dan lelah sekali.

Menatap setumpuk baju kotor yang menunggu dicuci, pakaian bersih yang harus segera dilipat. Rumah berantakan, lantai kotor, penampakan dapur yang tak serapi biasanya. Padahal belum ada seminggu aku terkunci dengan kelelahan diri sendiri.

Dari postingan seorang teman, aku beroleh ilham dan suntikan energi. Sebuah gagasan yang sebenarnya sudah kuterapkan beberapa kali hanya saja memang belum totalitas, masih sebatas barang-barang tertentu saja.

Merasa sudah waktunya membereskan situasi semrawut ini, aku bersemangat untuk memulai ikhtiar hidup minimalis dengan metode KonMari! Sepenuhnya mengeluarkan barang-barang yang tak lagi diperlukan dari dalam rumah. Barang-barang yang sebenarnya memang tak memiliki manfaat banyak namun selama ini hanya sayang untuk disingkirkan.

Aku lantas membuat to do list untuk misi hidup minimalis, dimulai dengan; 

- Menyingkirkan baju-baju yang tak terpakai/ jarang dipakai tetapi masih layak, untuk dihibahkan

- Perkakas dapur/alat rumah tangga yang tak difungsikan dari pada hanya memenuhi ruang di rak piring, juga akan dihibahkan

- Barang-barang yang tak penting dan hanya menumpuk bisa dibuang atau disingkirkan ke tukang rosok

- Buku-buku yang tak terbaca selain dari genre yang dibutuhkan sebagai bacaan keluarga, akan dihibahkan bagi mereka yang membutuhkan. Teman-teman yang punya rumah baca, misalnya.

 

 

Beruntung saat membagikan hal ini di status WA dan story Facebook, sudah ada beberapa teman yang menawarkan diri. Termasuk yang berasal dari luar kota Magelang.

Butuh waktu dua hari untuk merapikan rumah sekaligus menyortir semua barang satu-persatu. 

Memisahkan mana barang yang masih akan dipakai dengan yang tidak lagi terpakai. 

Dimulai dari kamar anak, selanjutnya kamar utama, kemudian ruang tengah ke teras, dan terakhir ruangan yang selama ini baru difungsikan sebagai dapur karena bangunan bagian belakang rumah memang belum selesai.

Semua barang dikeluarkan, diseleksi dengan cermat dan beberapa butuh pertimbangan yang gampang-gampang susah. Tetapi balik lagi ke sentilan ini "agar mengurangi hisab, toh nggak dibawa mati juga.." 

Aku pun membuat keputusan mantap untuk memilih menyingkirkan apa yang memang tak lagi diperlukan dalam keseharian dan sebenarnya hanya dibiarkan saja menumpuk, disimpan, dengan alasan "eman-eman dibuang".

Menurut Marie Kondo berbenah dengan metode KonMari berarti mengerjakan segala sesuatunya dalam satu jangka waktu. Ada dua jenis berbenah yang dimaksudkan di sini. Pertama, beres-beres harian (lebih pada menggunakan barang-barang yang memang setiap harinya kita perlukan, kemudian membersihkan/meletakkan kembali barang tersebut ke tempat semula). Kedua, beres-beres khusus (keseluruhan rumah benar-benar kita rapikan dengan menyortir barang yang sebaiknya dilepas, dan mana yang masih akan dipertahankan karena kegunaannya).

Jadi ketika beres-beres kemarin, tak ada yang terlewat, semua sudut di dalam rumah terjamah. Walau setelah itu, aku migrain di malam harinya. Barangkali karena tubuh kelelahan, dan pikiran ikut diforsir di waktu bersamaan.

Anehnya meski begitu, aku bahagia luar biasa. Benar-benar rasanya masyaa Allah menyenangkan sekali. Ada perasaan ringan, enteng, seperti baru saja melepas beban berat. Mood seketika kembali berenergi. Biasanya jika kelelahan, seisi rumah akan merasakan imbasnya. Tetapi kali ini, aku benar-benar berpuas diri. Mungkin ini yang dinamakan definisi lelah yang membahagiakan hehee.

Yang kudapatkan dari aksi bersih-bersih itu berupa enam goni (tas berukuran cukup besar) dengan barang-barang tak lagi terpakai dan saat ini sudah dibuang. Kalau dipikir-pikir selama ini kami sering menumpuk barang/printilan yang tak sepenuhnya penting, juga jarang dimanfaatkan. Mungkin aksi seperti ini diperlukan setidaknya satu bulan sekali karena manfaatnya memang besar. Btw, enam goni itu sudah termasuk dengan sampah dapur dan hasil keaktifan anak-anak yang lagi senang bereksplorasi dengan apapun di rumah.

Untuk barang layak pakai tetapi tak lagi difungsikan juga sudah dikumpulkan di satu tempat menunggu tuan barunya.

Barang-barang yang masih akan digunakan dan dimaksimalkan penggunaannya, dikembalikan pada tempat semula dan tertata jauh lebih rapi. Karena tujuan dari menerapkan prinsip minimalis ini memang untuk melepaskan diri dari apa yang sebenarnya kurang memiliki fungsi, tak begitu penting, tetapi kita masih saja menjadikannya sebagai barang simpanan. Alhasil, ada space yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih perlu justru menjadi tak beroleh ruang. 

Nah ini nih yang menjadi cikal bakal menumpuknya barang-barang dan pada akhirnya hanya menjadi setumpuk koleksi pajangan namun minim fungsi bagi si empunya.

Kembali ke metode Konmari atau declutter yang dicetuskan oleh Marie Kondo seorang wanita asal Jepang, dengan bukunya yang berjudul "The Life-changing of Tidying Up". Bagaimana hidup dengan sedikit barang tetapi dapat bermanfaat semaksimal mungkin. Barang-barang yang tidak lagi dimanfaatkan, tak lagi memberikan kebahagiaan (sparks joy) bisa segera kita lepas. Yang sekiranya tak lagi layak pakai/tak sepenuhnya bermanfaat bagi kita dapat dibuang, yang masih layak namun tak lagi terpakai bisa kita berikan ke orang lain. Tentu akan lebih bermanfaat dan mendatangkan kebahagiaan tersendiri, bukan?

Kita tak hanya membuat satu langkah lebih baik menuju hidup bahagia dengan prinsip minimalis, tetapi juga beroleh kesempatan untuk membagikan sesuatu pada mereka yang mungkin.. barang itu akan jauh lebih bermanfaat di tangan orang lain :)

Prinsip hidup minimalis ternyata juga membantu kita untuk hidup lebih hemat loh, sederhana, dan jauh dari kebiasaan boros. Itu karena sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, kita akan lebih dulu mempertimbangkan sepenuhnya manfaat dari kegunaan barang tersebut. Jangan sampai setelah dibeli hanya menjadi barang koleksi semata, disimpan, ditumpuk, tapi tak pernah digunakan.

Usai menerapkan metode Konmari, seisi rumah jadi terasa lebih lapang, luas, dan menyenangkan. Tentunya akan lebih menghemat waktu, tenaga, maupun perhatian pada hal-hal yang tak begitu penting ketika kembali membereskan rumah di hari berikutnya. Sekali kita membersihkan seluruhnya, besok-besoknya hanya tinggal sedikit usaha untuk mengembalikan pada tempat-tempat semula :)

Sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan diri sendiri untuk mengurus segala sesuatunya, kegiatan berbenah seperti ini sangat membantu sekali. Aku bisa lebih fokus. Membersihkan barang-barang menjadi lebih mudah dan ringkas. Beban pikiran dan pekerjaan berkurang, menjadi sarana tersendiri untuk hidup lebih rapi dan teratur. So, bahagia dong tentunya.

Mood juga akan lebih mudah dikondisikan, karena kediaman yang nyaman kunci untuk kewarasan para ibu.

Sebenarnya, ada banyak manfaat dari menerapkan metode Konmari dan hidup minimalis. Tetapi setiap orang tentu punya target dan kategori/tahapan tersendiri. Kepuasan yang didapat juga relatif bagi masing-masing orang.

Akan tetapi tak ada salahnya untuk mulai menerapkan prinsip hidup minimalis agar kita bisa punya lebih banyak waktu untuk mengerjakan minat lain, dan mendukung diri untuk semakin berkembang. Punya waktu senggang berkualitas yang benar-benar membuat kita dapat membersamai anak-anak dan keluarga, tanpa harus terus berjibaku dengan seabreg pekerjaan rumah. Dan ketika dikerjakan terasa berat sekali sebab ada begitu banyak barang yang harus dirapikan. Diantaranya ada jenis barang yang seharusnya sudah kita lepas namun masih dibiarkan menumpuk di tempat yang sama, terkadang hanya berpindah tempat malah.

Dari apa yang sudah aku lakukan, aku punya tips agar ikhtiar hidup minimalis ini bisa lebih mudah dikerjakan. Karena jika tak menghimpun niat penuh, apalagi jika motivasinya kurang, maka bekerja sebentar saja sudah terasa lelah dan langsung menyerah.

Yang pertama, mulai dengan niat dan tekad. Saat awal memutuskan untuk menerapkan metode ini, aku menanamkan kalimat penyemangat agar tatkala terasa lelah aku tak menyerah begitu saja. Aku berkali-kali mengatakan ini pada diri sendiri, "barang-barang ini takkan terpakai, toh tak dibawa mati, hitung-hitung mengurangi hisab, kamu akan lebih dimudahkan.." 

Aku memberikan alasan pada diri setiap kali merasa ragu apakah benar-benar akan melepas suatu barang atau kembalikan ke tempat semula. Dan ternyata, aku berhasil memisahkan semua barang itu kendati mungkin belum paripurna tetapi tak ada lagi tumpukan barang-barang yang tak terpakai di beberapa sudut tempat. Berbeda dengan penampakan sebelumnya.

Kedua, kerjakan sekaligus dimulai dari ruangan mana kamu akan memulainya. Ini pilihan sih. Ada yang memulai dari kategori barang tertentu sesuai konsep KonMari, tetapi aku sendiri memulainya dari ruangan mana yang lebih dulu ingin kurapikan. Karena sejauh ini, cara seperti inilah yang cocok untukku. Lalu lanjutkan kembali ke ruangan lain hingga benar-benar selesai di setiap sudut rumah tanpa ada bagian yang dikecualikan. Atau bisa juga sih, dari kategori tertentu sebelum benar-benar merambah ke seisi rumah. Misal, bisa dari pakaian, buku-buku, sampai pada perabot yang tak lagi dibutuhkan.

Ketiga, barang-barang yang akan segera dibuang usahakan langsung dibuang. Begitu pula dengan yang akan dihibahkan pada orang lain, dan yang masih akan dipakai sendiri. Karena kalau tidak ujung-ujungnya kita hanya memindahkan barang-barang itu di tempat berbeda, dan terus menunda apa yang seharusnya diselesaikan saat itu juga.

Keempat, jika semua sudah dikondisikan. Mulailah untuk berhenti menaruh barang tidak pada tempatnya. Tidak segera membuang sampah atau barang-barang yang tak diperlukan. Masih menerapkan gaya hidup konsumtif dan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Jangan lagi khilaf untuk membeli apa yang di luar dari prioritas dan belum akan benar-benar dimanfaatkan secara maksimal dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Stop deh menimbun benda/barang yang tak urgent, tidak maksimal kegunaannya, heheuw 😄😁



Wah, rasanya lega luar biasa jika melihat rumah rapi dan bersih. Barang-barang tertata pada tempatnya. Tak banyak tumpukan kardus/kotak yang berisi benda koleksi orang rumah yang entah kapan akan digunakan. Beres-beres rumah menjadi lebih ringkas, cepat, dan menyenangkan.

Meski tetap menjadi PR buat para ibu yang punya anak kecil, tetapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Satu waktu cara ini sangat membantu untuk lebih meringankan pekerjaan selanjutnya, dan sebagai mood booster tersendiri. Kendati memang, memastikan rumah rapi dalam waktu 24 jam itu menjadi hal yang mustahil ketika anak sedang aktif-aktifnya. Si kakak yang duduk di bangku TK dan bayi 11 bulan ternyata sudah cukup aktif menambah sederet rutinitas tambahan setiap harinya, aku sendiri heran kok pada pintar bikin kerjaan baru buat ibunya 😅

Toh, Marie Kondo sendiri mengaku sulit menerapkan tips favoritnya dalam hal merapikan barang setelah memiliki dua anak, karena memang realita menjadi orang tua itu tak semudah kelihatannya. Setiap keluarga di sebuah rumah memiliki kendala dan tantangannya sendiri.

Capek ya, eh tapi.. untuk hasil yang memuaskan memang memerlukan sedikit kerja keras yang lebih dari biasanya. 

Lagi pula sesuatu yang disukai akan terasa ringan untuk dikerjakan. Bagiku, beberes rumah itu syarat kewarasan diri. Rumah berantakan=mood ikut fluktuatif. Dengan metode KonMari diharapkan bisa menyulap rumah menjadi sebaik-baik "rumahku-surgaku". Benar sekali kan ya.. apalagi, bagiku rumah adalah markas dan sudah semestinya nyaman. Rumah adalah kantor sekaligus destinasi tersendiri untuk meraup banyak inspirasi berharga, ya rumah dan keluarga.

Hai, Moms.. apa kabar kondisi rumah hari ini? Berantakan? Sumpek? Barang-barang berserak tidak pada tempatnya? Naahh, mungkin sudah waktunya ada yang harus dilepas. Disortir lagi mana yang benar-benar penting dan tidak perlu lagi disimpan. Ayuk decluttering, terapkan metode Konmari dan mari tetap waras agar bisa paripurna di tengah-tengah keluarga hehe. 

Rumah bersih=keluarga sehat, memudahkan kita dalam beribadah dan mengerja sederet hal positif lainnya insyaa Allah, rumah rapi=mood terkendali jadi semangat menjalani hari demi hari, minimal jadi jarang ngedumel setiap kali melihat barang-barang tidak pada tempatnya. Enjoy it! Dariku Mamak muda beranak dua. Semoga bermanfaat! 😊

Being surrounded by things that spark joy makes you happy - Marie Kondo -

_______________________

Magelang, 14 Juni 2021

copyright : www.bianglalahijrah.com

4 Komentar

  1. Pengen juga menyingkirkan barang yang tidak terpakai dengan cara begini, ah. Terima kasih telah berbagi kiat, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sama-sama Mbak. Selamat beberes dan berbenah hehew :D

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)