Siapa yang bisa menahan puluhan peluru yang dalam waktu bersamaan bersarang di tubuhmu? Tetapi nyatanya, dampak dari Cyberbullying jauh lebih menyakitkan dari puluhan peluru itu. Korbannya mengalami krisis kepercayaan diri, terisolasi, depresi, hingga pelarian pada penyalahgunaan narkoba. Puncaknya adalah mengakhiri hidup dengan tindakan bunuh diri.

Hate speech atau ujaran kebencian kadang kala dilayangkan oleh sebagian besar pelaku bullying di media sosial tanpa memikirkan dampak buruknya. Terlebih, tak sedikit dari mereka yang bersembunyi di balik kedok "anonimitas". Karenanya, para pelaku cyber bullying merasa nyaman melancarkan aksi sebab identitas aslinya tidak diketahui.

Mereka melontarkan hujatan, kalimat yang menjatuhkan, ejekan, mempermalukan korban mereka di jagad maya. Bahkan pada tingkat kasus body shaming yang parah. Body shaming sendiri dapat dikategorikan sebagai cyberbullying. Ketika mengomentari fisik orang lain dengan kalimat merendahkan menjadi kesenangan tersendiri. Padahal berimbas negatif pada diri korbannya.

Sulli, adalah salah satu aktris sekaligus penyanyi yang dimiliki Korea Selatan. Senin (14 Oktober 2019) lalu ia ditemukan bunuh diri karena depresi berat akibat cyberbullying yang kerap diterimanya, dilansir dari berita terkini.


 Apa itu cyberbullying?


Sebuah prilaku buruk 'bullying' yang terjadi melalui dunia cyber atau media sosial. Oleh karena itu penting adanya edukasi mengenal hal ini. Bahwa tindakan bullying dalam dunia cyber bukanlah hal terpuji. Bukan hanya mencederai psikis pelaku tetapi juga korban cyberbullying itu sendiri.

Seseorang yang berada di tahap self esteem rendah akan mudah terjebak di jurang stress maupun depresi mendalam. Stress sendiri tak bisa dipandang sebelah mata apalagi diremehkan. Tak sedikit penyakit bermula dari kondisi beban pikiran yang terlalu pelik hingga berdampak buruk pada kesehatan baik itu fisik maupun mental.

Mengapa? Tatkala stress, tubuh akan memproduksi lebih banyak radikal bebas yang apabila tidak beroleh penanganan tepat maka akan berdampak serius pada kesehatan si penderita.

Tak hanya sistem kekebalan tubuh yang menurun, sebagian besar orang yang mengidap stress juga mengalami kondisi sulit tidur atau insomnia hingga sakit kepala kronis secara terus menerus.

Oleh karena itu cyberbullying dapat dikatakan berbahaya. Sebab ada aktivitas tak sehat serta merugikan orang lain. Tindakan perundungan tersebut menyebabkan kondisi psikis korban akan terganggu, terlebih lagi jika itu terus berlanjut. Tak menutup kemungkinan saat stress yang memuncak di kondisi depresi berkepanjangan, maka bunuh diri kemudian terpikir menjadi solusi.

Apa yang terjadi pada Sulli adalah pembelajaran. Sayangnya, permintaan maaf yang kemudian memburu akun instagram pribadi Sulli, tak lagi berarti sebab dukungan dan permintaan maaf itu diberikan justru setelah pemilik akun itu tiada. Seluruh dunia seolah menunjukkan rasa empati dan simpati yang tinggi soal ini.


Agar tak mengulangi kejadian serupa, apa kontribusi yang bisa kita perbuat untuk mengecam tindakan cyber bullying? Minimal mulai lah dari diri sendiri.

1. Bijak menggunakan sosial media

Gunakan sosial media untuk tujuan positif dan tidak berlebihan. Hanya bagikan hal-hal positif yang 
memberikan manfaat dan informasi baik bagi pengguna sosial media lainnya.

2. Jangan menyebar ujaran kebencian, bernada sindiran, maupun asumsi negatif

Saring sebelum sharing, apakah yang akan kita tulis berdampak baik kemudian? Jika sekiranya hanya mengundang asumsi berbeda dari orang lain, sebaiknya tahan untuk diri sendiri. Karena penerimaan orang berbeda-beda dalam memahami sesuatu hal.

3. Terus gaungkan aksi katakan tidak pada cyber bullying (Say No To Cyberbullying!)

Sesuatu hal besar bermula dari hal kecil terlebih dulu. Hal paling mungkin yang dapat kita mulai dari diri sendiri adalah membagikan konten seputar cyber bullying beserta dampak terburuknya, agar lebih banyak orang yang tahu untuk kemudian tidak melakukan keburukan serupa.

4. Support mereka yang mengalami cyber bullying

Beberapa waktu lalu, sebelum Sulli memutuskan mengakhiri hidupnya. Ia menulis sebuah caption yang menjelaskan keadaan dirinya saat itu. Ia berkata bahwa dirinya telah lelah dengan semua situasi yang ada. Dari bullying yang Sulli terima hingga perasaan sendiri tanpa dukungan dari orang lain. Saat itu, Sulli barangkali telah berada di titik terpuruk dalam hidupnya. Ia butuh dukungan, sokongan, dan semangat dari siapapun yang mengenalnya.

Sayangnya, akun Instagram Sulli diberitakan tak pernah sepi dari para penghujat yang selalu menitikberatkan kekurangan Sulli sebagai pembenaran cyber bullying.


Belajar dari hal ini, siapapun yang kamu ketahui mengalami tindakan bullying di media sosial.. jangan bersikap acuh apalagi pura-pura tak tahu. Meski bukan menjadi pelaku bullying, setidaknya jadilah orang yang memberikan dukungan pertama kali.

5. Jangan terprovokasi melakukan cyber bullying

Sebagian besar pengguna jagad maya latah pada berita yang beredar atau dalam istilah dikenal sebagai hoax. Kadang kala, kita tak sadar bahwa pemberitaan tersebut mengarah pada tindakan cyber bullying terlebih jika ada unsur mempermalukan orang lain di dalamnya. Jangan telan mentah-mentah informasi apapun yang kamu peroleh sebelum kamu mengetahui kebenaran berita. Tahan diri dari kebiasaan men-share berita apapun tanpa tahu kebenaran aslinya.


6. Mawas diri

Tak perlu seluruh dunia tahu apa-apa saja yang terjadi dalam hidupmu. Pentingnya mawas diri, untuk tidak membagikan hal maupun info yang terbilang pribadi ke akun sosmed pribadimu. Siapapun berpotensi menjadi pelaku cyber bullying maupun sebagai korban. Karena itu, tak perlu seluruh hal dibagi utuh ke kronologi akun sosial media milikmu. Tetap berjaga-jaga bahwa tak semua orang bisa dipercaya penuh, terlebih lagi sosial media.


7. Lawan kalimat negatif dengan kalimat positif

Mengutip perkataan Thomas Fuller, "Lebih banyak hasil yang dicapai dengan sedikit kelembutan daripada dengan banyak kekerasan."

..............

Tujuh point di atas adalah upaya kecil yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan hawa segar dalam penggunaan sosial media. Di era digital yang terus mengalami kemajuan pesat, platform media sosial menjadi satu bagian yang seolah tak dapat dipisahkan dari banyak orang.

Entah itu karena manfaat yang diberikan oleh sosial media itu sendiri atau pun karena hal lain. Tetapi terus lah menebar hal-hal positif untuk hidup lebih baik. Kita tak bisa merubah seluruh dunia, kecuali memulainya dari diri sendiri terlebih dahulu.
Stop Cyber Bullying!

Semoga bermanfaat :)

__________________________

a remind my self

Magelang, 16 Oktober 2019
Copyright : @bianglalahijrah

2 Komentar

  1. Hai mba... Sy teringat kisah sy masa kecil.. Jmn itu blom ada gadget sama sekali.. Ketika sy msh sd kelas 4 mungkin yaa.. Sy jg mengalami yg namanya bullying.. Setiap masuk dan pulang sekolah bhkan di lorong sekolh dlm keadaan sepi.. Ada anak" cowok yg suka mennganggu sy dengan kata" yg saat itu sy gak ngerti artinya.. Gua perkosa luu" begitu terus berulang" bhkan sy di cegat saat pulang sekolh sampai sy berlari dn menangis krn ketakutan atas perlakuan mreka... Tp saat itu ga ada yg tau kalo itu bullying... Maklum zmn dulu. Saat ini sj trrnyata dampaknya sgt luar biasa... Msh beruntung sy hidup di era blom ada alat komunikasi saat itu.. Jadi ga seheboh sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apapun tindakan bullying sebenarnya nggak bisa dianggap persoalan biasa ya, apalagi diremehkan begitu saja. Karena dampak psikis yang ditimbulkan juga besar. Bagi mereka yang sampai di tingkat trauma, kejadian buruk itu akan terus membekas. Dari depresi sampai ke tahap bunuh diri. Bahkan, kadang pula mereka yang tak bisa move on dari pengalaman kelam ketika menjadi korban bullying pada akhirnya menjadi pelaku bullying itu sendiri.

      Entah itu di dunia nyata atau media sosial, aksi bullying tak boleh mendapat pembenaran sekalipun dengan dalih bercanda. Di era digital saat ini, ketika anak-anak hingga remaja terlalu dini mengenal gadget dan aplikasi sosmed, yang perlu kita lakukan adalah memberi pemahaman agar tidak ada lagi yang perlu menjadi korban maupun tertarik menjadi pelakunya. Karenanya gunakan sosial media dengan positif untuk tujuan positif pula. Terima kasih sudah berbagi kisahnya ya, Mbak. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah terus mengampanyekan hal-hal baik. Berbagi kisah pribadi pun tak salah agar orang lain dapat mengambil pelajaran dan berkaca diri :)

      Terima kasih sudah blogwalking

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)