Ternyata ada banyak sekali yang ingin menjadi penulis. Tak terbatas dari kalangan mana saja serta berapapun usianya. Entah itu yang terbilang baru menjajaki dunia kepenulisan atau memang telah sekian tahun menulis dan berikhtiar untuk membuahkan karya berupa buku. Ini terbukti lewat kolaborasi antara saya dan komunitas pemuda kreatif asal Bekasi yaitu "Berani Menginspirasi Indonesia". Ini termasuk kolabs dadakan mengingat salah satu foundernya yang tak sengaja menghubungi via japri, hingga tawaran kilat ketika saya diminta untuk menjadi pemateri dengan tema kepenulisan.

Saya sendiri sempat bingung, tema apa yang tepat untuk judul kelas online yang akan diampu. Tetapi berhubung dua hari sebelumnya saya baru saja menulis mengenai proses selama menggeluti dunia kepenulisan, maka "Menulis Adalah Proses" menjadi judul yang mereka sepakati. Saya sebenarnya merasa tak terlalu mumpuni untuk bisa memberikan kelas menulis, tetapi dalam rangka belajar, mengapa tidak? Saya pun mengiyakan dengan niat agar pengetahuan dalam diri dapat bermanfaat dan mempermudah jalan orang lain. Materi pun saya persiapkan dengan matang, pengalaman mengikuti kelas menulis dari beberapa penulis senior yang tak diragukan lagi kiprah kepenulisannya menjadi acuan. Seperti Tere Liye, Kampus Fiksi oleh Penerbit Diva Press, hingga workshop menulis novel dari Asma Nadia & Isa Alamsyah. Modul hasil dari mengikuti workshop kepenulisan selama ini saya kumpulkan, kemudian saya ambil garis besar dari point yang pernah saya terima, lalu dikembangkan lagi berdasarkan pengalaman pribadi.

Alhamdulillah, kelas berlangsung kondusif dengan 700+ peserta yang tergabung di tiga grup WhatsApp berbeda. Dibantu moderator dan founder lainnya kelas pun berlangsung khidmat, kayak upacara saja ya? Hehe.

Ada enam pointer penting mengenai dunia kepenulisan yang saya sampaikan kepada teman-teman. Point ketujuh, langsung masuk ke sesi tanya jawab. Tak hanya mengenai event kepenulisan, tips menulis tetapi juga tak jauh-jauh dari isi materi yang telah saya sampaikan sebelumnya. Ternyata antusias teman-teman cukup tinggi, dalam waktu bersamaan puluhan pertanyaan masuk ke saya melalui japri kendati hanya ada beberapa yang bisa saya balas langsung ke grup BMI. Sampai hari ini, teman-teman yang telah mengikuti kelas menulis kemarin masih ada yang menghubungi untuk bertanya lebih lanjut.

Saya terbuka untuk siapapun teman yang ingin sharing soal dunia tulis menulis. Saat ini saya juga kembali mengusung event Writing Challenge untuk bulan suci Ramadhan mendatang. So, bagi kamu yang punya blog dan Instagram silahkan bergabung ya, langsung hubungi saya via kontak WA 081225 323275. Info lebih lanjut mengenai event ini akan saya bahas lebih detil di postingan selanjutnya.

Mengenai kelas online "Menulis Adalah Proses" saya akan berbagi tiga point dari materi enam point penting yang 4 April lalu saya sampaikan kepada semua peserta grup. Semoga bermanfaat ya, saya harap teman-teman semakin termotivasi dalam menulis dan ilmunya bisa bermanfaat ketika diaplikasikan nanti. Aamiin insyaa Allah.

Sungguh, pada akhirnya pun pembelajar akan mengajar. Dalam arti, berbagi secuil pengalaman beserta ilmu kepada orang lain. Karenanya tak pernah ada kata cukup dalam belajar, kamu tak harus menunggu jadi orang hebat terlebih dulu untuk dapat berbagi. Alhamdulillah :)

***

[4/4 21:08] Putri_bianglalahijrah: *4* Benar nggak sih kalau menulis fiksi itu mudah? Kalau kata Arswendo Atmowiloto sih iya. Kata Tere Liye juga begitu. Bahkan novel-novel best seller beliau ditulis hanya dalam jangka waktu dua minggu. Ya, ada benarnya memang. Menulis nggak ada kaitannya sama genetika atau pun faktor keturunan loh. Saya sendiri, di keluarga nggak ada yang berprofesi sebagai penulis. Boro-boro, baca puisi saja mereka alergi 😂

Saya bersyukur punya ibu yang luar biasa, lewat doa beliau saya yakin telah menjadi perantara untuk memudahkan jalan hingga hari ini. Menjembatani mimpi untuk mulai menulis dan menjadi penulis. Jadi hapus dulu pemikiran kalau kemampuan menulis dan mengolah kata adalah faktor gen. Bukan pula karena bakat dasar. Big no!

Kedua, seperti yang saya sampaikan di awal. Kita semua sejatinya adalah pencerita, tetapi tak semua orang bisa menjadi pencerita yang baik. Sekalipun hanya menulis sejarah hidupnya sendiri. Padahal, kata Gol A Gong, profesi menulis bukan pekerjaan sulit, tetapi hanya membutuhkan keterampilan khusus. Bagaimana mengasah keterampilan itu? Teruslah berlatih menulis. Kamu hanya perlu keuletan, kerja keras, terus menulis dan menulis tanpa henti. Pada akhirnya kamu pasti akan menemukan ciri khasmu sendiri 😊

[4/4 21:08] Putri_bianglalahijrah: *5* Bagaimana mengelola ide? Nah, ini adalah hambatan pertama para calon penulis. Tak hanya bingung menuliskannya, tetapi ternyata lebih sulit lagi saat menemukan ide. Tak perlu sedih, semua penulis besar sekalipun pernah melalui fase itu. Saya pun demikian :)

Lantas? Apa kendalanya? Berdasarkan analisaku, juga berangkat dari pengalaman pribadi. Kita sering terpaku bagaimana cara membuat kalimat pembuka yang wah. Kelemahan penulis pemula, terlalu bersemangat menjadikan tulisannya apik sampai keluar dari garis konsistensi ceritanya. Boro-boro membuat sebuah tulisan itu menjadi sebuah cerita yang manis, bagus, enak dibaca, pesannya jleb. Justru kita terjebak pada patokan hebat/bagus versi sendiri sampai akhirnya malah jadi lucu. Aneh malah. Ending cerita nggak jelas. Jalan cerita terlalu berbelit-belit. Ingat? Tulisan yang baik, nggak bikin bingung pembacanya.

Untuk menjaga konsistensi ketika kamu mengeksekusi ide, mulailah dari menemukan sebuah ide. Lalu kembangkan terlebih dulu dengan menyusun kerangka ide. Buat mind mapping lalu petakan menjadi sub-sub ide. Selanjutnya, peran outline tulisan akan membantumu untuk konsisten saat menulis. Nggak berbelit-belit, panjang kayak sinetron..

[4/4 21:08] Putri_bianglalahijrah: *6* Ingin jadi penulis? Ya berarti harus menulis. Saya selalu mendapat pertanyaan sama, "Kak, bagaimana cara menjadi seorang penulis?"
"Aku mau jadi penulis, Kak. Tapi bingung memulainya."
dan pertanyaan lain-lain seputar kegalauan ketika ingin menjadi penulis.

Seseorang disebut penulis ketika dia bisa menulis, menghasilkan karya tulis, dan ada karya yang telah diterbitkan. Tetapi di balik itu, menulis tak sekedar bisa menuangkan kata-kata saja. Ada unsur-unsur yang harus diperhatikan. Baik format penulisan sampai Eyd, sekarang PUEBI ya. Yang paling penting adalah ciri khas penulisan itu sendiri. Cara menulis, diksi yang diolah, sampai pada bahasa tulisan si penulis dalam meramu tulisannya.

Siapapun bisa menerbitkan buku, tetapi tugas kita tak berhenti hanya di situ. Selanjutnya, bagaimana agar karya tersebut dapat terus hidup seiring zaman dan memberikan kontribusi baik bagi pembaca. Kita menulis tentu tak sekedar untuk membuat karya tulis, disebut penulis karena ada karya yang kemudian terbit. Tetapi yang paling penting, tulisan itu dapat bermanfaat bagi orang lain. Setidaknya mengalirkan pahala jariyah yang tak putus bagi kita kendati nanti sudah tiada 😊

Bagaimana cara menjadi seorang penulis? Jawabannya, ya menulis. Menghasilkan sebuah karya tulis 😊 Karena nggak ada orang yang disebut penulis jika profesi yang digandrungi adalah sebagai penyanyi. Disebut penulis tentu saja karena dia menulis, menghasilkan karya tulis.

Jadi, mulailah dengan menulis, jangan kelamaan mikir. Segera tuliskan ide apa yang berjejalan di dalam benak maupun isi kepala. Perkara bagus apa enggak, layak atau tidak, enak apa enggak saat dibaca, itu urusan akhir. Yang penting, nulis dulu. Editnya belakangan seperti yang saya jelaskan di point-point 'paling wajib diperhatikan saat menulis' pada pembahasan sebelumnya.

Tuangkan saja dulu segala gagasan yang ada di kepala kita, pastikan tulisan itu benar-benar selesai 😊 Happy writing!!!

_________________________

Alhamdulillah, terima kasih teman-teman dari komunitas "Berani Menginspirasi Indonesia", sampai jumpa di next project ya ^_^
__________________________

copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 6 April 2019

4 Komentar

  1. saya dulu memulai menulis fiksi karena suka. Sekarang malah lebih ke menulis untuk blog dan opini saya ketimbang tulisan fiksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang, sekalipun kisah true story tetapi jika tak dibumbui dengan gaya fiksi maka akan terasa garing saat dibaca. Begitu kata teman saya yang punya pengalaman ketika naskah ditolak oleh penerbit tujuan. Menurut beliau naskahnya bagus, tetapi menurut penerbit, kisah nyata akan terasa garing tanpa bumbu fiksi. Ya, fiksi di sini dalam arti bukan berarti rekaan semata ya. Tetapi seperti halnya gaya penulisan Asma Nadia :)

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)