Dalam hidup ini beberapa orang terlahir dengan jaminan kemudahan. Baik itu kekayaan atau status tinggi yang ia dapat dari keluarganya. Ia tak perlu berjuang keras untuk meraih banyak hal, ia tak perlu memerah keringat bahkan airmata hanya untuk bekerja keras. Ia barangkali tak tahu tentang malam-malam panjang ketika ada mata yang sulit terpejam, demi memperhitungkan esok hari akan seperti apa.

Di sisi lain, ada orang yang terlahir dengan cucuran airmata beserta keringat. Di dalam hidupnya tak selalu ada kemudahan. Ia ditempa untuk jatuh bangun seorang diri. Untuk berlari sekuat tenaga menuju mimpi-mimpi di tengah orang-orang yang kerap mencaci. Ia harus berjuang mati-matian untuk bertahan, agar dapat terus bangkit lagi dan lagi.

Beberapa orang berjalan begitu mudah menuju mimpinya, sebagian lain berjuang keras tanpa henti. Namun satu hal, orang-orang terpilih yang Allah uji terus menerus tak melangit lewat kemudahan sejak awal. Mereka ditempa dengan kesulitan jauh sebelum mereka mampu melangkah tegak. Mereka lahir bersama kesulitan dan keterbatasan yang ada. Tetapi merekalah orang yang paling berbahagia ketika mimpi mampu digenggam tangan. Mereka lah yang paling berbahagia atas pencapaian sekecil apapun. Bersyukurlah jika kita adalah orang-orang pilihan itu. [Caption Instagram : @bianglalahijrah_]

 
Sore ini saat berkunjung ke rumah seorang teman. Dua jam pembicaraan kami seperti ragam kendaraan yang hiruk pikuk di sebuah jalan raya. Ada yang mengarah ke Barat, ke Selatan, ke Utara, bahkan ke Timur. Pembicaraan kami merambah ke banyak hal. Seolah tanpa spasi, semua mengalir begitu saja. Dua jam untuk duduk berdua dan mencerna semuanya bersama.

Namun saat menulis ini, entah mengapa teringat dengan seorang sahabat yang akrab denganku sejak kecil. Sahabat yang dulu, bersamanya, kami pernah berbaring di bawah langit sembari menghitung berapa banyak pijar bintang yang berkerlap-kerlip. Sahabat yang barangkali di hatinya masih ada jejak kisah dan tetap utuh di sana.

Tentang sesabit senyum yang kami titipkan di masa depan. Berharap ketika kami tiba di sana, waktu akan membawa ingatan kami pada hari itu. Hari di mana dua remaja saling berbagi tentang mimpi-mimpi besar.

Aku tak menyebut namanya. Tetapi ia yang bernama sahabat, tetap mengakar di dalam hati. Ia turut bernafas bersama puzzle-puzzle ingatan pun dalam pita rekaman bernama kenangan.

Juga untuk wajah-wajah yang pernah membersamai di masa sekolah. Untuk geng Kutu Buku, kuharap di mana pun kalian berada.. semoga Allah lapangkan serta mudahkan jalan kalian dalam menuju mimpi demi mimpi yang pernah kita eja bersama.

Untuk Syarif, bocah ingusan yang hari ini menjelma sebagai fotografer tampan (please jangan senyum ge-er ketika membaca ini). Aku meneropongmu dari bawah langit Magelang. Mengingat bagaimana sulitnya kondisimu dulu, percayalah.. kamu teman lelaki kecilku yang mengajari tentang kebijaksanaan ketika semua orang menyingkir satu persatu. Terima kasih untuk bertahan denganku hari itu. Untuk tetap menjadi teman ketika dibutuhkan. Pun berbahagialah dengan setiap pencapaian hidupmu hari ini. Kau jauh lebih baik :)

Teruntuk semua teman yang dulu pernah memelukku kala sedih, atau menghapus airmata. Sepertinya rindu menarikku pada kenangan-kenangan itu. Ia tampil serupa slide, ada pelangi di setiap cerita.

Hari ini, aku tiba-tiba ingin menulis tentang kalian.

Ingat kah? Gelak tawa yang selalu mampu mengusir gundah di masa remaja? Atau problematika yang berujung dengan cerita panjang penuh energi saat kita saling berbagi secuil kekuatan di dalamnya. Atau tentang persaingan-persaingan yang membuat kita saling terpacu untuk lari mendahului yang lain, kendati kita takkan meninggalkan satu sama lain.

Pun ketika fase demi fase perubahan siklus masa puber, kadang kala membuat kita berbolak-balik. Ada saat kita berlari mendekat. Ada saat kita mencari ruang lain untuk menguji diri sendiri.

Untuk Winda, kudengar ia menjadi seorang ibu rumahtangga. Percayalah, setiap anak berharap ia bisa tumbuh dewasa.. meraih cita-cita.. mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Hanya saja, beberapa anak ada yang tumbuh dan melesat begitu saja menuju mimpinya, tanpa ada hambatan. Dan ada pula anak-anak yang harus menyimpan impian itu sebagai bagian dari dirinya. Walau tak pernah tahu kapan akan terwujud atau bahkan tidak sama sekali.

Untuk Winda, semoga kelak anak-anakmu lah yang akan melebarkan sayap dan mewujudkan mimpi-mimpi besarmu yang harus terpenggal kenyataan. Jadilah ibu terhebat bagi mereka, tangga bagi mimpi anak-anakmu :)

Terkhusus Angga, meski satu ucapanmu mengenai perpisahan kedua orangtuaku saat itu seperti belati yang menusuk berkali-kali. Aku sudah memaafkanmu, tanpa kamu memintanya lebih dulu.

Randy, Yulian, Ira, Alvian, Nika, Romi, Aina, Bia, siapapun teman yang dulu pernah ada di masa itu sekalipun nama kalian tak tertulis di sini.. percayalah, kalian adalah bagian dari kepingan puzzle itu. Kalian berkontribusi memberikan kenangan masa remaja yang selalu menghadirkan cerita unik saat terangkat ke permukaan.

Sebelumnya, teruntuk sahabat spesialku Wahda. Kamu ingat waktu-waktu tersulitku dulu, dan kau ada di sana? Kamu ingat, saat menyeka airmataku dan memberiku buku bersampul Cinderella yang kau lukis dengan tanganmu sendiri? Katamu, itu kado ulang tahun untukku. Karena aku begitu menyukai karakter Cinderella di antara deretan film kartun yang selalu kita tonton di hari minggu.

Aku belajar dari perbedaan yang membuat kita tumbuh seperti langit dan bumi. Tetapi dari situ lah aku memahami bahwa setiap anak lahir, tumbuh, dan membawa keberuntungannya masing-masing. Saat kau begitu mudah meraih sesuatu dengan limpahan kasih sayang, aku di sisi lain berjuang untuk bertahan demi impian walau hanya sedikit dukungan.

Tetapi nyatanya, kau sahabat yang dulu tak sekedar datang kemudian pergi hanya untuk mengeruk keuntungan. Itu mengapa seorang sahabat terasa jauh lebih membekas di dalam ingatan.

Hari ini, barangkali mimpi-mimpi besar yang dulu kita rangkai bersama telah kita raih satu persatu. Aku dengan jalanku, kau dengan jalanmu. Kutahu kita sama-sama telah berjuang di dalamnya. Percaya atau tidak, bahwa mimpi remaja ingusan kala itu, yang kita haturkan di bawah langit bersama hamparan bintang.. seolah-olah saling menggema satu sama lain. Kita pada akhirnya berjalan menuju semua itu.

Aku berbahagia untukmu, untuk setiap pencapaian baik dalam hidupmu.

Seiring waktu kita semakin tumbuh dewasa dan juga akan menua. Bersamanya, lalu lalang wajah-wajah bernama teman. Ada yang bertahan meninggalkan kesan, ada yang singgah dan berlalu tanpa arti. Kelak, hari di mana waktu itu benar-benar tiba. Bawa diri kita dengan cerita masing-masing, habiskan satu malam untuk kembali menghaturkan kisah pada bintang.

Hari itu akan tiba, percayalah.. ada cerita menarik yang menunggu kita di ujung sana :) Ketika satu hari dalam 24 jam takkan pernah cukup merunutkan kisah dan pencapaian dari tiap perjalanan kita masing-masing. Sukses selalu untuk kalian semua. Jangan pernah membuang wajah, kehilangan tutur kata, bahkan hangus begitu saja keramahan pada diri. Sekalipun tangan sudah mampu mencapai ketinggian langit. Semoga hati dan kaki kita tetap berpijak di bumi dan selayaknya padi yang berisi. Kian merunduk. Kian merendah hati. Aamiin insyaa Allah. Rindu untuk kalian semoga terwakilkan di sini.

Juga untuk ejekan-ejekan yang hingga hari ini masih menjadi motivasi, itu juga berkat kalian. Terima kasih pernah mewarnai sebagian kisahku di belakang sana.

Magelang, 19 Februari 2018
bersamamu kuhabiskan waktu, senang bisa mengenal dirimu, rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya.. janganlah berganti #Ipang #Sahabatkecil
copyright @bianglalahijrah

10 Komentar

  1. Aku sangat tersentuh saat membaca kata demi kata yg kamu buat makin cinta sama tulisan mu, yapss walau pun aku gak hobby baca cerita yg tak punya gambar tapi aku Tertarik dengan judul itu dan akhirnya aku membacanya. Tersentuh dan tersenyum saat membacanya. Semangat terus jangan pernah berhenti tuk berkarya, kami disini slalu support 😇. Oia dan satu lagi aku agak menyesal tidak habis membaca buku yg kamu tulis dibuku tulis itu, sebuah cerita puisi yg kamu buat dulu. Ingatkah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ingat, Nika. Buku puisinya juga ikut melanglang buana sampai ke sini. Semua catatan lama ikut serta bersama tuannya. Kalau dibaca sekarang yang ada cuma perasaan malu, lucu, dan yaa begitulah.. jejak kegajean dari sepotong kisah masa remaja. Terima kasih loh sudah mampir dan meninggalkan jejak di sini. Jangan bosan-bosan yaa. Stay tune terus di postingan terbaru yang lain. Hehee.. #bighug

      Hapus
  2. Hadir lagi... Aku gak tau mau komen apa soalnya komen yg dulu udah mewakili semuanya, jadi aku hanya meninggalkan jejak saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makasih wahda :) sayangnya jejak lama tak bisa dikembalikan. Padahal seudah mewakili semua isi hati. Tak apa, maksud sudah tersampaikan waktu itu. Sukses selalu untuk kita semua. Aamiin..

      Hapus
  3. lagi dan lagi ku harus mengatakan tulisan mu keren dengan gaya melankolis menjadi ciri khas. menulis dengan hati insyallah sampai pula ke hati pembaca.

    sukses terus penulis yang kece badai. bangga pernah menjadi teman seremaja dan selahiran (07 Agustus) WKWKWKWK

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaa Allah, aamiin aamiin. Baru inget kalau kita ultahnya barengaan :D
      Makasih banyak vian, jangan bosan mampir ke sini. Hehee

      Hapus
  4. Balasan
    1. Siapp, gerak!! :)
      Terima kasih sudah berkunjung dan tinggalkan jejak

      Hapus
  5. Ma Sha Allah Membaca dan Menulis memang buat suasana hati lebih bahagia

    BalasHapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)