Di tengah-tengah kajian liqo senin lalu, sang murabbi memberi kabar bahagia bahwa anak sulungnya akan segera terbang ke Cina untuk melanjutkan studi dengan beasiswa yang diperolehnya. Dalam kesempatan yang lain, aku melihat beberapa teman yang kukenal lewat sosial media juga beruntung karena bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri.

Bahagia rasanya setiap kali mendengar atau melihat hal-hal seperti ini. Karena dulu, aku juga pernah menyematkan satu mimpi besar ke dalam list impianku untuk bisa kuliah di Al-Azhar University Cairo. Motivasi yang pernah membuatku semangat untuk mempelajari ilmu agama dan menghafal Al-Qur'an sebagai ikhtiar yang harus dipenuhi.

Meski tak berjalan lama. Sebab mimpiku terbentur pada tembok takdir saat menerima kenyataan bahwa bapak dan mamak bercerai. Motivasiku seperti tanggal dari relung jiwa. Tak hanya nanar saat membaca ulang semua peta impian itu, tetapi ribuan pisau seolah menghujam dadaku bersamaan. Sakit sekali. Bagaimana caranya melanjutkan mimpi jika keluarga yang dicintai tak lagi di sisi?

Tetapi, apa aku terlalu mengada-ada waktu itu? Kurasa tidak. Mengingat tak ada yang tak mungkin bagi Allah yang Maha Besar.

Dan kala itu, yang menulis impian tersebut adalah gadis berumur 13 tahun.

Sebenarnya ada kesedihan sebab impian itu belum bisa terwujud hingga kini. Mungkin juga takkan pernah terwujud mengingat keadaanku sekarang sudah berbeda dengan yang dulu.

Dulu, ketika belum menikah.. aku hanya membawa diri dan mimpi-mimpiku. Gerak dan semangatku semata untuk impian yang ingin kuraih. Saat itu belum ada kewajiban dan tanggung jawab seorang istri yang harus kupenuhi. Aku masih bebas tanpa ikatan apapun untuk melangkah ke manapun aku mau.

Setelah menikah, bahkan setelah menjadi ibu. Banyak hal yang otomatis berubah di dalam hidupmu. Ada kewajiban yang harus kau penuhi, ada tanggung jawab yang harus diemban dengan baik.

Lantas, apa aku menyesal dengan pilihan yang kujalani saat ini?

Jawabannya.. kadang iya saat beberapa kenyataan tak memberikan jawaban seperti harapan, namun tetap lebih banyak penerimaan di dalamnya. Menerima bahwa inilah jalan yang bukan tanpa sengaja aku pilih, melainkan ada kehendak Allah di dalamnya. Menerima bahwa mungkin beberapa mimpi hanya tertunda. Tetapi tugaskulah untuk memastikan, kelak mimpi anak-anakku akan terwujud dengan baik untuk dunia maupun akhiratnya.

Menerima bahwa Allah mungkin memiliki ketetapan yang lebih baik dari resolusiku sendiri. Sebuah rencana terbaik dari perencanaan yang pernah kutulis beberapa tahun lalu.

Meski tentu, rasanya sedih mengingat impian besarmu seperti semakin jauh dari genggaman. Seakan menjadi lebih sulit untuk diraih. Sedang hari demi hari usia terus bertambah. Tanggung jawab juga semakin menggelayut di pundakmu.

Lantas apa aku harus menyesalinya?

Menghabiskan masa muda untuk menjadi istri sekaligus ibu penuh waktu. Melawan rasa jenuh. Mengabaikan rasa lelah. Menikam keinginan sendiri saat ada yang harus lebih diutamakan. Mau tak mau kau bahkan dengan sendirinya akan berkorban tanpa diminta. Walau pengorbananmu kadang tak dihargai. Meski nyatanya tak ada yang melihat gurat penat yang terlukis di wajahmu. Tak ada yang bisa mengerti seberapa jengah jiwamu menghadapi semuanya tanpa bisa berbagi keluh kesah.

Walau tak ada yang pernah [mau] tahu seberapa banyak dan baik engkau berkorban selama ini.

Paling tidak, aku tetap memiliki keinginan untuk melangkah maju. Aku masih memiliki semangat untuk terus berusaha sebaik mungkin.

Masih ada harapan. Aku hanya harus menulis ulang impian-impian itu dan menyesuaikannya dengan keadaanku saat ini. Sebab yang pasti, aku tak boleh berhenti bermimpi. Aku tak boleh menyerah dari apa yang kuyakini selama ini.

Allah tidak tidur. Allah Maha Mendengar. Allah tak mungkin mengecewakan hamba yang sangat yakin pada kebesaran-Nya.

Dan yang paling penting, di antara ikhtiar untuk melanjutkan mimpi.. semoga Allah tetap membimbingku untuk berada di koridor yang benar. Semoga Allah takkan pernah membiarkanku berjalan keluar dan lupa pada kewajibanku di rumah.

Jika di antara banyak cita-cita besar yang belum bisa aku wujudkan saat ini, maka semoga kelak.. anak-anak yang lahir dari rahimku yang akan menjadi sebab terwujudnya harapan dan doa-doa baik ini. Anak-anakku lah yang akan mewujudkan mimpi-mimpi ibunya. Merekalah, yang menjadi tempat di mana aku menitipkan mimpi-mimpi terbaik yang pernah membersamaiku selama ini.

Tetapi aku merasa optimis.. bahwa akan tiba jalanku untuk bisa sampai ke sana. Akan tiba waktunya saat semua atau mungkin sebagian dari mimpi besar ini dapat terwujud di waktu yang tepat menurut Allah. Jadi tak pernah boleh ada kata menyerah untuk terus belajar, belajar, dan belajar lagi.

PR yang juga menjadi tugasku saat ini adalah mempersiapkan diri, menshalehahkan diri, untuk dapat mendidik dengan baik anak-anak yang lahir dari rahimku. Agar mereka menjadi manusia yang dicintai Allah di atas muka bumi. Sebagai anak yang shaleh/shalehah. Anak-anak yang membantu agama Allah. Anak-anak yang meneruskan dakwah nabi di zaman yang semakin mendekati akhir ini. Menjaga Dien ini agar tetap berdiri kokoh di zamannya. Aamiin.

Barangkali, keputusan menikah muda adalah bagian dari ketetapan terbaik Allah. Aku tidak lebih dulu memperoleh gelar sarjana apapun di belakang namaku. Tetapi aku sudah menyandang status istri juga gelar 'bunda' di depan namaku.

Begitu aku ingin hijrah dan memutuskan laki-laki yang pernah dekat denganku, Allah ganti dengan mahram yang halal membersamaiku seumur hidup. Suami yang juga sebagai kekasih halal saat jalan-jalan ke manapun. Jodoh yang lebih baik menurut-Nya.

Dengan ini Allah ternyata menutup satu jalan yang akan mengalirkan dosa terus menerus untukku. Yaitu dosa zina, terutama hati karena telah menduai-Nya di jalan yang salah.

Aku tak sempat merasakan kongkow bersama teman-teman yang rajin hangout ke tempat-tempat keren maupun mall ternama, tetapi Allah ganti dengan lingkup pergaulan yang lebih baik. Teman-teman yang tak hanya mendatangkan manfaat di dunia tetapi juga di akhirat. Teman-teman yang bukan cuma bisa membuatmu condong pada kesenangan yang fana, tetapi justru mengingatkanmu pada bekal menuju hidup yang lebih kekal. Teman-teman yang jika bersama mereka surga dan Allah terasa lebih dekat.

Untuk beberapa hal, aku mungkin merasa tak mendapatkan itu selayaknya remaja hingga mereka yang berusia sama sepertiku, pada umumnya. Tetapi setelah aku berpikir lagi, Allah ternyata menyelamatkanku dari perkara sia-sia.

Mungkin, bagi Allah semua hal itu sama sekali tak menguntungkan bagiku. Bukan karena itu lantas aku semakin dekat dengan impian dan kebahagiaanku. Allah ternyata jauh lebih tahu mana yang kubutuhkan dan mana yang terbaik.

Lantas, apa masih ada hal besar yang harus disesalkan? Jika hidup ini milik Allah, percaya saja takkan ada yang sia-sia selama kau berusaha di jalan-Nya. Allah takkan pernah membuatmu berbalik arah dengan hati hampa dan tangan kosong.

Allah pasti akan mewujudkan harapanmu, impianmu, walau dengan cara-Nya sendiri. Meski terasa lama dengan perjuangan yang tak sedikit. Tetapi pasti di waktu yang tepat. Jadi jangan pernah menyerah untuk terus berusaha lebih baik. Tetap yakin bahwa Allah adalah penentu dan pemberi ketetapan terbaik yang tak mungkin merugikan hamba-Nya.

Kadang, tak ada pilihan hidup yang benar-benar salah hanya kita saja yang belum bisa menangkap hikmah atau pelajaran baik apa yang ada di baliknya.

Dan Allah sebaik-baik penulis skenario.

Allah doesn't give you what you want, but he always gives you what is best.


hanya pembelajar, seorang hamba yang masih mengeja hikmah dari-Nya
Magelang, 16 Agustus
Copyright : @bianglalahijrah_

0 Komentar