Ada waktu-waktu di mana kamu merasa tak memiliki hasrat untuk melakukan apapun. Blank. Otakmu seperti berhenti berpikir. Tubuh terasa lemas dan hanya ingin tidur selama berjam-jam. Pun semua kata-kata seolah hilang tanpa makna.

Barangkali ini yang dinamakan futur. Kondisi di mana iman maupun semangat yang ada di dalam diri sedang mengalami penurunan drastis.

Jika tadinya kamu merasa begitu bersemangat, tiba-tiba justru terasa sebaliknya. Belum lagi dalam kondisi otak yang enggan berpikir, suasana hati juga ikut tak berkompromi. Semua hal terasa kosong. Hampa.

Rasanya, pergi ke suatu tempat di mana kamu bisa bernafas lega adalah solusi untuk me-recharge ulang motivasi dalam diri. Menemukan ruang refleksi dengan menatap langsung kebesaran Allah yang terhampar begitu luas. Biasanya aku lebih suka ke daerah perbukitan atau kaki gunung. Menikmati pemandangan alam.

Sungguh, semangat dan iman itu seperti baterai handphone yang harus selalu dicharger. Dengan apa? Mungkin dengan bacaan-bacaan yang mengenyangkan jiwa. Berkumpul di tengah-tengah orang shaleh dalam rangka tholibul 'ilmi. Memilah lagi lingkup pergaulan yang selama ini diakrabi.

Sepertinya problemku ada pada point ketiga. Betapa tak mengenakkan berada di sebuah lingkup yang berbeda jalur denganmu. Meski niatmu untuk belajar, mengasah kemampuan diri, tetapi selanjutnya semua berubah seiring orang-orang yang tadinya kau kenal seperti memberi dampak lain. Sesuatu yang mulai keluar dari jalanmu sendiri.

Mungkin harus mulai membatasi teman dan lingkup pergaulan, yang dirasa memang tak perlu diikuti karena tak terlalu membawa efek baik.

Jadi beberapa hari ini sibuk memperbaharui friend list yang ada di akun facebook. Meng-unfriend akun-akun lama yang dirasa kurang memberi manfaat. Sekaligus memfilter pertemanan yang masuk.

Sebenarnya, baik itu di dunia nyata atau pun maya.. penting sekali untuk memilah-milih teman. Anggap saja untuk menjaga diri dari perkara-perkara yang tidak mendatangkan manfaat agar kelak tak menyesal.

Untuk seseorang yang baru berhijrah pun, tentu membutuhkan banyak nutrisi positive entah itu dari lingkup kehidupan nyata maupun maya.

Tak ada faedahnya jika membuka sosial media tetapi hanya membaca status sumpah serapah orang lain, ghibah yang terselebung di sosmed, maupun embel-embel lain yang bukannya menambah pengetahuan diri pada sesuatu yang baik namun justru sebaliknya.

Parahnya lagi jika tangan mulai gatal untuk ikut menshare berita hoax yang belum pasti kebenarannya.

Tak mustahil jika suatu saat kita yang tadinya tak pernah ngecurcol lepas di dunia maya, akan tertarik untuk berbuat sama, karena terbiasa membaca hal-hal serupa. Bahkan bisa jadi membenarkan diri sendiri untuk mewajarkan hal itu dengan dalih '...banyak kok di luar sana yang berbuat hal sama..'

Tanpa sadar habbit itu sebenarnya sangat memberi pengaruh pada seseorang. Sebab itu memfilter pergaulan juga penting. Terlebih di dunia maya, mayoritas kebanyakan akun yang menjadi teman adalah orang-orang yang sebenarnya tidak kita kenal di dunia nyata. Bahkan bertemu secara langsung pun tak pernah.

Salah satu sebab hadirnya futur karena kita salah memilih teman. Salah menempatkan diri dalam bergaul. Betapa pentingnya memilih teman yang dapat senantiasa mengajakmu pada kebaikan.  Di manapun wadah untuk menyerukan kebaikan itu. Baik itu di dunia nyata atau sosial media.

Walau mungkin kebaikan itu tak disampaikan secara khusus untukmu, tetapi saat membaca postingan dari teman-teman yang lisan dan tulisannya berbobot hingga ke dunia maya, kita termotivasi pada kebaikannya, termotivasi pada kebaikan yang ia sampaikan.

Ada manfaat yang tentunya bisa membawa perubahan baik bagi diri sendiri.

Aku setuju dengan pendapat seorang teman yang ia tulis di laman wordpressnya. Bahwa lebih baik memiliki teman yang jumlahnya sedikit tetapi baik ucapan, postingan, maupun perilakunya akan memotivasi kita untuk menjadi baik senantiasa. Entah itu seperti(nya) atau dengan kebaikan yang kita punya.

Dari pada hanya memiliki banyak teman namun tidak mendatangkan manfaat. Mulai sekarang remove akun-akun yang memang mudah sekali menyebarkan kebencian. Akun yang suka nyinyir pada apa-apa yang sebenarnya tidak dia ketahui. Filter teman/organisasi/pergaulan yang memang tak sama sekali memberikan kebaikan.

Bahkan Hasan Al-Bashri berkata, "pilihlah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafa'at pada hari kiamat."

Jadi, jika sesuatu mulai terasa membosankan, terasa salah dan sama sekali tak memberi nutrisi positive bagi jiwa.. barangkali engkau memang berada pada wadah yang salah. Barangkali karena teman-teman yang sama sekali tak memberi perubahan baik lebih mendominasi pergaulanmu.

Memilih teman, membatasi pertemanan, bukan karena diri sudah merasa lebih baik dari mereka. Tetapi tak ada salahnya menyelamatkan diri dari perkara sia-sia yang merugi pada akhirnya. Agar iman yang masih naik-turun di dalam sana, selalu mendapat charger positive yang mendatangkan kebaikan secara terus menerus.

Mari selektif dalam mencari teman agar kelak satu sama lain bisa menjadi syafaat di hari kiamat. Khususnya teman yang semasa di dunia saling berjuang dalam kebaikan. Teman-teman yang pernah saling mengingatkan di jalan Allah. Aamiin insyaa Allah.


Self reminder. Magelang, 03 Agustus
Copyright : @bianglalahijrah_

0 Komentar