Banyak pepatah menjelaskan tentang kasih sayang dan cinta dari orangtua yang takkan pernah habis untuk anaknya, walau sepanjang masa. Lalu aku mengingat lagi mozaik kenangan saat masih bersama orangtua. Sayangnya di antara semua kenangan yang bisa kuingat, aku hanya mengingat sebagian yang memang masih sangat lekat di ingatan.

Tentang masa kecil singkat yang kuhabiskan di tiga tempat berbeda. Dari Sungai Simbar, lalu sekeluarga pindah ke Jambi, lalu pindah lagi ke Sungai Guntung yang katanya di sanalah aku terlahir. Aku tak mengingat banyak hal dari serpihan kenangan itu. Mungkin karena ada beberapa pengalaman pahit di sana. Otakku seperti memblokir sendiri ingatan itu agar aku tak lagi mengingatnya.

Yang kuingat sejak awal, bagaimana kasih sayang bapak memang tak pernah pilih kasih untukku. Kendati kemudian ada adik-adik yang lahir dari buah pernikahan bapak dan mamak.

Tentang bapak, yang dalam ingatanku adalah sosok bapak terbaik yang tak pernah kehabisan porsi kasih sayang untuk anaknya. Bapak orang yang pendiam, tak terlalu banyak cakap. Ia seperti memendam semuanya sendiri. Meski begitu.. seumur hidup menjadi anaknya, bisa dihitung jari tangan beliau melayang untuk memukul kesalahan anaknya. Sebab hanya saat anaknya berbuat kesalahan fatal, baru ia akan mengangkat tangan lalu menepuk pantat kami. Tak sakit, tetapi kami akan menangis karena sudah menyimpan rasa takut untuknya. Terlebih bapak bukanlah sosok pemarah. Jika bapak sudah memukul kendati pelan, berarti ia benar-benar marah.

Bapak laki-laki sederhana yang mengajariku tentang cinta pertama kalinya. Cinta pada sosok orangtua yang tak bisa dijabarkan. Dulu saat kecil, jika bapak harus berangkat bekerja selama beberapa hari dan tak pulang, sudah dipastikan aku akan demam panas. Lalu mamak akan menyelimutiku dengan pakaian yang sudah dikenakan bapak agar panasku mereda. Panas rindu. Sebab aku begitu dimanjakan oleh bapak. Kasih sayang dan cara bapak memperlakukanku seperti membuat ikatan batin di dalam diriku untuknya.

Lalu tentang mamak, ia sama dengan bapak. Mamak juga pekerja keras dengan segala kemampuan yang ia miliki seperti berbeda dari saudara mamak yang lain. Mamak pintar memasak. Pandai bersolek baik itu menata pakaian yang melekat di tubuhnya atau membubuhkan make up di wajah cantiknya. Banyak orang berkata bahwa mamak adalah perempuan modern, modis, dan cantik. Beliau memang sosok perempuan multitalent. 

Aku ingat saat bapak jatuh sakit sedang tak ada tulang punggung yang lain.

Masa terberat sebab keluarga pun seperti menjauh satu persatu. Aku pernah menemani mamak entah itu untuk meminjam uang atau mengambil upah pekerjaan bapak yang belum dibayar. Pulangnya aku hanya bisa menahan airmata sembari mengimbangi langkah kakinya yang berjalan gontai.  Sebab apa yang diterima tak seperti yang diharapkan. Masa-masa sulit saat mamak harus mengambil alih tugas bapak untuk mencari nafkah, mengurus anak-anak, pekerjaan rumah, sekaligus menguatkan jiwanya sendiri.

Mamak wanita tangguh yang sangat kucintai. Meski cintaku belum bisa berwujud bakti untuknya hingga kini. Tetapi doaku sebagai anak akan terus memayungi mamak di manapun beliau berada. Mungkin begitu pula dengan mamak, doa beliau selalu memeluk kami anak-anaknya.

Di ingatanku mamak memang sosok dengan tempramen keras. Ia tak segan-segan memukul anak-anaknya dengan apapun atau dengan cara apapun hingga ia merasa cukup. Tak terhitung luka lebam berwarna biru maupun merah yang selalu rajin bertengger di kulit tubuhku. Mungkin ada banyak absen yang tak kuhadiri di sekolah saat tak bisa bangun dari tempat tidur setelah menerima pukulan mamak.

Aku tak membencimu, Mak. Sungguh. Bagiku kau tetaplah wanita berjasa yang telah mengandung serta melahirkanku ke dunia ini. Aku hari ini adalah wujud dari kasih sayang dan cintamu. Aku anggap begitulah caramu mencintaiku. Mencintai anak-anakmu. Sifat keras dan kasar yang ada padamu adalah kekurangan yang harus kami maklumi sepertimu yang akan memaklumi kekurangan kami. Bagiku saat ini, tak ada yang lebih penting dari doa dan ridho ibu-bapak. Doa yang akan selalu menjagaku, memastikanku untuk tetap berada di koridor kebaikan. Memastikanku untuk berhasil di dunia dan di akhirat.

Hingga hari ini, mungkin semua orang menunjuk-nunjuk kesalahan mamak yang katanya begini dan begitu hingga perceraian itu harus terjadi. Aku tahu kebenaran yang sebenarnya. Mata dan telingaku saat itu tidaklah buta dan tuli. Aku tahu semua. Tetapi biarlah itu menjadi rahasiaku. Aku sangat ingin menjelaskan kepada mereka, apa ada satu manusia pun di dunia ini yang dapat menentang takdir? Tentu saja tak ada.

Mungkin itu pula yang terjadi pada orangtuaku dan pernikahan mereka. Pernikahan yang hanya bisa bertahan hingga aku berusia tigabelas tahun. Apapun yang orang lain katakan sedikitpun takkan merubah kebenaran yang ada di dalam diriku. Semua yang terjadi adalah takdir bagi kami.

Hidup ini bahkan terus berlanjut. Apa yang ada di belakang sana hanyalah masa lalu kendati pahit. Masa lalu yang bagiku adalah pembelajaran hidup paling bermakna. Apa yang bisa membuatku seperti ini andai takdir itu tak pernah berlaku? Mungkin aku takkan bisa meneruskan mimpi. Mungkin aku hanya tinggal di satu tempat tanpa bisa mengembangkan diri. Mungkin aku takkan bisa menjadi aku yang sekarang, aku dengan kebebasan yang aku inginkan. Tanpa kekangan dan tradisi kolot keluarga.

Kemudian tentang masa remaja yang teramat singkat yang harus aku lewati seorang diri tanpa keluarga dan orangtua di sisi. Apa aku harus membenci itu semua? Tidak! Karena itulah yang dimaksud takdir. Saat aku sendiri tak berkuasa menolak apa-apa yang sudah terjadi atau akan terjadi. Allah yang Maha Adil tentu sudah membuat rencana yang jauh lebih baik dari rencanaku sendiri. Maka di sinilah aku saat ini. Terpisah jarak dari orangtua dan keluarga.

Banyak orang bertanya apa aku tidak sedih? Apa aku tak rindu? Bodoh jika tidak. Tetapi haruskah semua perasaan itu ditunjukkan di hadapan semua orang? Rasanya cukup menikmati semua itu sendiri di dalam hati. Bahkan saat ini pun aku juga merindui mereka. Rindu pada dekap hangat kedua orangtua. Rindu waktu kecil dulu saat naik ke pundak bapak dan kami berjalan-jalan di pasar. Rindu saat mamak memasakkan makanan yang terasa lebih nikmat saat aku jatuh sakit, kemudian ia menjadi begitu perhatian. Rindu pada adik-adik yang selalu mampu membuatku berteriak marah. Marah saat seisi lemariku selalu porak-poranda. Marah jika lembaran dari halaman yang ada di buku pelajaranku telah disobek untuk dijadikan pesawat terbang.

Aku rindu pada kemarahanku sendiri. Rindu pada kesedihanku sendiri. Rindu pada omelan itu. Rindu bercengkrama dengan bapak tanpa rasa canggung. Rindu masa-masa sempit yang membuat kami saling merangkul satu sama lain. Berkata, "kita bisa melalui semua ini."

Aku rindu. Semuanya.

Lantas masih adakah yang tega mempertanyakan rasa sedih dan kerinduanku? Engkau mungkin tak memahami. Tak ada yang lebih mengerti arti cinta, kasih sayang, kerinduan, bahkan penderitaan.. jika kau tak pernah kehilangan sesuatu yang berharga di dalam hidupmu. Jika kau tak pernah kehilangan orang-orang terdekatmu dalam sekejap mata. Hanya dalam satu malam, saat insiden itu mengubah segalanya.

Bapak, mamak, adik-adik. Postingan ini untuk kalian dengan segenap rasa cinta, sayang dan kerinduanku yang mendalam. Apa kalian pikir jarak jauh membuatku tak peduli? Tidak, aku justru selalu menyapa kalian lewat doa di setiap sujud. Aku memastikan kalian berada pada jalan kebaikan lewat doa. Doa dari seorang anak yang berusaha shalehah. Doa dari seorang anak yang saat ini sudah menjadi istri sekaligus ibu.

Aku tahu benar seperti apa kejahatan orangtua itu. Kendati berbekas di tubuh, nyatanya tak berbekas di hati. Kendati marah, nyatanya tak menghilangkan wajah ramah. Kendati berteriak dengan caci maki, nyatanya selalu ada doa yang melangit memeluk satu sama lain.

Kau tahu, teman? Tak ada satu pun pengalaman buruk yang harus dikutuk seumur hidup. Ada waktu di mana kita akan berdiri lalu menatap ke belakang sana. Tersenyum pada semua rasa sakit. Pada kekecewaan, penderitaan, airmata, yang telah menegarkanmu selama ini. Yang telah membuatmu tumbuh sebagai manusia tangguh. Semua kisah kelam yang mungkin tanpa kau sadari justru menjadi cambuk yang menemanimu berjuang hingga semua mimpi dapat terwujud.

Sebab, setiap kita harus hidup lebih baik dari masa lalu. Sekelam apapun kenangan yang ada di belakang sana. Jika ia masih terekam jelas.. simpanlah. Simpan saja sebagai pembelajaran hidup paling bermakna. Anggap dirimu sebagai sosok pilihan yang Allah pilih untuk ditempa menjadi sekuat baja. Ditempa seperti sebuah pedang di pemandai besi. Ditempa untuk menjadi pribadi yang tak mudah kalah pada kesulitan apapun.

Kau tahu? Aku selalu akan menyadari satu hal saat hidup yang tadinya terasa tak adil, tetapi justru menjadi sebab yang menghantarku pada perjalanan hidup paling menakjubkan. Perjalanan, pengalaman, sebuah cerita, yang tak ada bandingnya dengan materi di dunia ini. Sebab kau hanya akan tahu sebaik apa kualitas dirimu jika telah berhasil melewati masa-masa sulit di dalam kehidupanmu.

Satu waktu di mana tak ada lagi airmata kesedihan yang mengalir melainkan sebab rasa syukur di dalam dada.

Jadi jangan menyerah, sesulit apapun jalan yang kau lalui saat ini. Jangan menyerah meski kau sangat ingin jatuh di kedalaman rasa putus asa. Jangan biarkan masa depanmu tergadai begitu saja dengan rasa pahit yang kau ratapi saat ini.

Karena setiap kita, berjalan di muka bumi dengan takdir yang membentang seperti sayap. Merekalah yang akan menuntunmu melesat sejauh mungkin, selama kau tak pernah berpikir untuk berhenti maju dan terus bangkit setiap kali jatuh. Untukku dan untukmu, yang memeluk kesedihan sebagai penguat hati :)

Magelang, 21 Juli

0 Komentar