"Shalat, Nduk. Gusti Allah mboten sare. Kalau kamu ada masalah, berdoa sama Allah. Insha Allah sebesar apapun masalah yang menimpamu pasti akan tetap diberikan jalan keluar oleh Allah. Jika kamu selalu berdoa dan meminta pada-Nya, tidak mungkin Allah hanya diam dan membiarkanmu sendiri. Allah pasti akan mengabulkan doa orang yang taat shalat dan tak lupa pada kewajibannya sebagai manusia."
Bismillah... Selamat sore. 
Hari ini hujan masih sama deras dengan hari-hari sebelumnya. Pun aku masih terpekur dengan semua hal yang membuatku jenuh. Ada banyak sekali beban yang menyesak di dalam pikiranku. Bayangkan saja, aku seperti dituntut menampilkan senyum dan wajah bahagia meski hatiku merasakan sebaliknya. Aku terus dipaksa untuk seperti ini dan itu, tanpa ada yang peduli betapa tak bahagianya aku. Ini terkadang terasa sangat tak adil. Hingga aku sendiri harus melakukan ritual unik, menampilkan sesuatu yang sangat berbalik dari apa yang ada. Berpura-pura bahagia. Namun di sisi lain aku berpikir, memang tak semua orang harus mengerti dengan kesulitan kita. Tak perlu tahu dengan kesedihan yang tengah melanda kehidupan kita, meski harus berpura-pura kuat saat rapuh begitu ganas merongrong jiwa.

Tapi ini seperti telah melewati batas toleransi dari sabar yang aku miliki. Meski lagi-lagi aku sadar. Selagi masih ada iman yang bertengger di diri, tak pantas bagiku mengeluh dan mengaku kehabisan sabar. Allah tentu tahu yang terbaik dari setiap apa yang terjadi di dalam kehidupanku. Ishbir duhai hati... sebab tak semua hal yang kita harapkan terwujud persis seperti apa yang kita inginkan. Ishbir, walau sakit merajai jiwa. Ishbir, sebab tak ada kesulitan tanpa jalan keluar. Ishbir. Hhh, aku harus menunduk lesu untuk menanam kuat kata-kata ini di dalam pikiranku. Aku harus bahagia, dan aku sadar betul kebahagiaan itu hanya datang dari dalam diriku sendiri. Bukan karena orang lain, apalagi berharap agar mereka dapat memberikan hal itu. Jelas kekecewaan yang akan kudapatkan, saat hatiku bergantung pada manusia, bukan kepada Dzat pemilik segalanya dan Maha Pembolak-Balik hati.. Kuatkan duhai Rabbi. Engkau tahu betapa rapuhnya aku; saat ini.

Entah harus bagaimana agar jenuh dan pengap ini menemukan ruang yang dapat memberinya udara untuk bernafas leluasa. Selalu saja ada kerikil dan duri yang menghambat jalanku. Selalu saja ada luka dari tiap-tiap kelapangan yang menghampiri sejenak. Entah harus bagaimana caranya bertahan dalam semua keadaan yang kerap tak memihak sama sekali. Tadi malam pun aku tidur larut. Abai pada kondisi tubuhku yang juga menagih waktu istirahatnya. Abai pada si jabang bayi yang mungkin turut serta merasakan kegalauan ibunya. Otakku berputar pada banyak slide yang tampil tanpa dapat kuhentikan. Sebenarnya aku ingin berteriak cukup. Tapi nyatanya semua beban itu tak pernah berhenti untuk tayang di ruas-ruas otakku. Pikiranku terasa buntu sebab tertumpu berat dengan hal-hal yang tak tahu harus kujelaskan bagaimana. Bahkan saat aku sudah memiliki sedikit keberanian untuk menguraikannya, tetap saja pada akhirnya aku harus menekan toots delete sebab kata-kataku kian merancu. Barangkali itu pertanda betapa pikiranku tengah tertimpun banyak kegundahan. Menumpuk seperti gunung yang suatu waktu akan meledak dengan sendirinya. Aku juga merasakan efek dari semua ini.. aku menjadi manusia sensitif yang mulai memandang suatu hal dari sudut pandang abu-abu dan hitam. Sulit menciptakan warna pelangi yang harusnya tak pernah kusingkirkan. Ah, tidak! Bukan begitu. Aku tak pernah berpikir untuk menyingkirkan semua itu. Tapi keadaanku benar-benar mendesak semuanya berubah sekian derajat dari aku yang sebelumnya.

Berkali-kali aku mengajak sisi diriku yang lain untuk berkompromi dengan baik. Mari, mari kita luruskan apa yang selama ini tak berjalan baik pada tempatnya. Mari kita muhasabahkan diri terutama niat yang barangkali keluar dari koridornya. Mari kita pupuk lagi semangat dan tujuan murni demi kehidupan yang sejati. Tak semata karena obsesi dan ambisi untuk dapat begini dan begitu, sedang diri kerap lupa pada kewajiban dan batas-batas yang tak boleh dilanggar manusia di negeri ciptaan Tuhan. Karena tak jarang manusia sering menuntut suatu hal di batas-batas usaha dan doa yang telah dia kerahkan. Saat gagal menghampiri, tak jarang dia menjadi manusia futur yang akhirnya kufur sebab lupa bersyukur. Begitu langkah terjerembab, dia baru sadar dan kembali mengais belas kasih dari-Nya. Semoga, semoga selalu ingat pada apa yang pernah terpatri di dalam diri. Semoga dibersihkan segala dendam dan sakit hati yang membuat diri berambisi di luar dari semestinya. Cukuplah Allah menjadi tumpuan niat dari segala usaha dan doa yang kita kerahkan. Jika pun melintas sebuah obsesi yang begitu besar dalam mengejar keberhasilan, cukuplah karena Allah dan hanya untuk-Nya. Bukan karena menuntut sebuah pengakuan dari orang lain yang terkadang tak tercapai seperti yang kita mau.

Hhh, pikiranku semakin mirip dengan benang kusut. Betapa banyak hal yang ingin kutuangkan dalam tulisan ini. Tak mengapa, sebab aku butuh ruang untuk menjelmakan rasa dalam kata. Sebab kataku hampir-hampir terkunci di pintu bibir. Karena itu aku menuliskannya. Sebab beberapa waktu aku tak ubahnya seperti manusia tanpa nyawa. Mengapa? Entahlah. Aku pun bingung harus menjelaskannya bagaimana. Tapi satu hal, bahwa tak mudah menjadi aku dan menjalani apa yang telah kulalui sejauh ini. Agaknya Dia pun begitu sayang dengan memberiku pernak-pernik ujian yang sedemikian beragam. Terkadang aku berusaha untuk husnudzhon, bahwa ini caranya untuk menaikkan kualitasku di sisi-Nya. Untuk menghapus lembar-lembar dosaku yang tertulis di kitab Malaikat Atid. Atau... agar aku menjadi manusia dengan kualitas diri yang lebih baik. Aku tak tahu.. adakalanya diri menerka meski tak menemukan jawaban. 

***

Diskusi tadi malam memang cukup melelahkan. Betapa tak adilnya saat tiga orang mengadiliku dengan pilihan kata yang sama sekali tak memberikan penawar. Mereka memberikan saran namun di beberapa kesempatan menyudutkanku seolah-olah semua disebabkan oleh apa yang ada dalam diriku sendiri. Apa kalian tak melihat jerih payahku untuk tetap berdiri dan bersikap biasa selama ini? Apa perjuangan dan pengorbananku sedemikian nihil dan tak tampak sama sekali di mata kalian? Apa kalian tak pernah tahu betapa sulitnya tersenyum saat hati justru menangis sakit? Tolonglah.. aku bingung harus bagaimana dan seperti apa. Kalian terlalu menuntut banyak hal untuk kuupayakan dalam satu waktu bersamaan. Kalian bilang aku tak boleh demikian dan berlaku hal di luar dari sifat mutlak yang harusnya hanya dimiliki oleh-Nya. Tapi kalian tak pernah menyadari sisi kelemahanku sebagai manusia. Aku sadar diri pada kekuranganku. Kalian baru berdiri hari ini begitu semua tabir tersingkap dan membeberkan keadaanku. Betapa tak mudah bertahan di tengah-tengah orangtua dan orang-orang yang senantiasa merongrong bahagiaku. Mereka sengaja mengikisnya dengan menciptakan teror secara terus menerus. Aku belajar dari apa yang aku hadapai dan alami. Sungguh tak mudah menjadi aku. Jadi mengertilah, pahami aku meski tak sepenuhnya kalian dapat mengerti itu. Tapi setidaknya hargai hakku sebagai manusia yang berhak memiliki pendapat dan mengemukakan isi hati.

Ahh, dia '(.....)' yang kuharapkan berdiri di hadapanku justru mundur beberapa langkah dan membiarkan aku menjadi manusia dungu sendiri, di hadapan orang-orang yang merdeka menambah lukaku. Barangkali di sinilah letak keadilan dunia yang dimaksud. Yang lemah akan selalu tertindas. Aku tahu di sini aku benar-benar sendiri. Lalu di mana dia yang kuharapkan dapat melindungi justru menjadi pemandu suara, dan mencari perhatian untuk diri dan perasaannya sendiri. Tak tahukah usahaku untuk terus menanamkan sisi positif dari hal-hal yang aku dapatkan. Kupikir ini bagian dari skenario hidup dari-Nya. Kupikir aku harus melewati banyak jalan berliku penuh luka untuk dapat sampai pada gerbang bahagia. Kupikir... kupikir, aku hanya selalu berpikir. Sebaik apa dan sekuat apa aku berusaha, semua selalu nihil dan salah di mata orang-orang yang kusadar betul tak pernah lapang dengan keberadaanku. Maaf, aku kehilangan jeda sebab kesedihan mendalam yang menekan jiwaku. Aku tak tahu harus bercerita apa saat sosok yang kuharapkan justru tak bisa mendampingi sebagaimana harusnya.

Budhe, tiba-tiba aku rindu sosok 'mecucu' beliau tapi dapat memberikan nasehat yang menentramkan hati. Ketimbang wajah-wajah bermuka ramah namun menyudutkan dengan kalimat yang mereka anggap saran kebaikan. Budhe... kau pun sendiri. Maka agaknya kau mengerti, kendati kami atau aku belum cukup paham untuk mendalami karaktermu. Budhe tahu nasehat yang sampai saat ini menguatkanku saat rapuh dalam kesendirian? Boleh ya, kukutip nasehat itu ke dalam postingan ini.. agar postingan ini pun menguatkan jiwanya. Seperti sang penulis yang tengah menyelami nikmatnya skenario yang ada.

"Shalat, Nduk. Gusti Allah mboten sare. Kalau kamu ada masalah, berdoa sama Allah. Insha Allah sebesar apapun masalah yang menimpamu pasti akan tetap diberikan jalan keluar oleh Allah. Jika kamu selalu berdoa dan meminta pada-Nya, tidak mungkin Allah hanya diam dan membiarkanmu sendiri. Allah pasti akan mengabulkan doa orang yang taat shalat dan tak lupa pada kewajibannya sebagai manusia."

Ahh, terima kasih Budhe. Tetiba ada gerimis yang hendak meluruh. Mataku menghangat basah. Aku mengerti dan sadar, hanya Allah tempat mengadu dan yang paling mengerti. Karena itu tak perlu berharap dengan manusia selain Dzat yang telah menciptakan diri. Aku rapuh, Budhe. Tapi aku tak ingin terus menerus membiarkan ada banyak kesedihan menghapus bahagia dan rasa syukurku. Setidaknya ada banyak sekali nikmat dari-Nya yang patut kusyukuri. Dan.. tak ada alasan untuk berhenti berjalan dan memaknai kehidupan lebih baik lagi. Budhe, terima kasih. Senja ini aku bersedih sebab kekecewaan yang mendalam, tapi aku takkan bersedih lama-lama. Ada Allah, seperti katamu Budhe. Gusti Allah mboten sare.. Semua akan indah pada waktunya. Berusaha ikhlas, sebab tak ada yang sia-sia.. :')

Bismillah tawaqqaltu ala' Allah... setelah kesulitan selalu ada kemudahan.

2 Komentar

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)