Bismillah. Empat hari nggak nulis di blog, rasanya rindu banget. Bersyukur karena sekarang ada waktu.
Alhamdulillah kesehatanku membaik bersama beberapa kabar bahagia yang datang menghampiri kami. Rumah baru yang akan kami tempati sudah siap huni saat ini. Mungkin hanya tinggal bersih-bersih dan angkut barang, setelah itu berbenah di rumah baru dengan semangat untuk kehidupan yang lebih baik. Syukran, Rabb. Akhirnya bisa pindah juga. :)

Oya, mengenai sakitku dua hari yang lalu.. mulanya mungkin gara-gara salah makan. Sore minggu, pulang dari rumah si Mbak perutku sudah mulas nggak keruan. Usai shalat maghrib aku masih sempat mengaji hingga khatam. Selesai membaca doa khatmil Qur'an aku tak lantas masuk ke kamar berhubung sudah masuk waktu isya', usai shalat isya' baru aku masuk ke kamar dengan perut yang semakin dirajam sakit. Karena terlalu sakit, aku sampai ketiduran. Jam sebelas malam aku tiba-tiba bangun buat ke kamar mandi karena diare. Bisa dibilang sampai subuh aku terus bolak-balik kamar mandi dan nggak bisa tidur nyenyak. Ditambah perut yang sakitnya minta ampun seperti ditusuk-tusuk jarum. 

Jam dua malam aku bangun lagi karena mual muntah yang disertai diare. Agaknya suami juga tak bisa tidur karena khawatir dengan kondisiku. Ditambah kepala juga sakit seperti dipukul palu godam. Komplit rasanya. Sampai pagi buta, rutinitasku hanya bolak-balik kamar mandi dan muntah-muntah. Lemas, keringat dingin, sakit kepala, ditambah kurang tidur. Bahkan sarapan yang dibelikan suami hanya mampu kucicip sedikit. Diare berkurang, tapi perut seperti diulek dan muntah terus menerus. Seharian hanya bisa tidur dan tak keluar kamar. Suami pulang dari kantor, aku baru memaksakan diri untuk bangun dengan tubuh yang agak sempoyongan. Aku bilang pada suami kalau lebih baik langsung kontrol ke bidan setelah makan kupat tahu yang dibawanya. Tak seperti biasa, aku hanya makan setengah dan tak berselera untuk makan sampai habis. Suami yang maklum juga tak memaksaku makan banyak.

Karena masih jam tiga sore, kami ke toko perlengkapan bayi untuk beli kado. Jam praktik bidan pukul empat, jadi setelah pulang membeli kado, kami langsung ke rumah Dek Siti yang baru lahiran. Cantik sekali anaknya, putih dan bersih. Barakallah untuk Dek Siti yang sekarang sudah jadi ibu, semoga kado kami yang tak seberapa dapat bermanfaat bagi putri kecil kalian. Aamiin barakallahu fikum...

Dari bidan kami masih cari makan di luar, berhubung hari itu aku tak masak. Kebetulan ada rumah makan yang sekaligus menjual soto Makassar. Kami mampir, aku pesan nasi dengan lauk yang mengundang seleraku. Sedang suami memesan Soto Makassar karena penasaran bagaimana rasanya. Kalau aku sendiri tak penasaran karena sudah pernah mencicipi rasanya. Ibuku pernah memasaknya beberapa kali dengan kelezatan yang tiada tanding. Tapi begitu mencicip sedikit soto yang telah dipesan suami, pantas saja wajahnya seperti tertekan saat menyuap satu demi satu suap sendok soto ke mulutnya. Kalau boleh jujur, mungkin rasanya jauh dari soto Makassar yang asli karena si penjual memang bukan orang Bugis dan tidak asli Makassar. Melainkan orang Magelang yang menjual masakan dari daerah lain, meski rasanya sangat berbeda. Ini menurutku yang asli Bugis dan pernah terbiasa dengan masakan khas Bugis sebelum menetap di Magelang. Agaknya suami sedikit terkena apes, malam itu beliau yang gantian sakit perut dan mual-mual. Habis isya' beliau langsung tidur setelah mengeluh overdosis soto Makassar. Hahaha.. kasihan melihatnya yang tertidur dengan wajah tak enak. Sedang aku, usai meminum obat dari bidan.. perut sedikit enteng dan tak seribut sebelumnya. Bahkan aku masih sempat membaca novel "Kerudung Cinta dari Langit Ke Tujuh" hingga pukul sebelas malam. Rasa lemas masih menguasai tubuh, sampai aku tuntas membaca dan lekas tidur. Pengalaman tak mengenakkan ya? Hihihi :)

Selasa : tak banyak agenda yang berjalan. Rencana untuk ke sekretariat LPM Untid, ke toko buku untuk beli kitab baru, ke warnet untuk post info lomba, terpaksa dibatalkan karena hujan dan kami mendapat orderan fotokopian yang cukup banyak hari itu. Sorenya kami ke rumah si Mbak buat fotokopi sekaligus menginap. Di rumah Mbak pun aku tak banyak berbicara kecuali ditanya. Suami sibuk dengan fotokopian, sedang aku konsentrasi dengan novel 'Kerudung Cinta..." yang hampir tuntas kubaca. 400'an halaman dalam waktu dua hari. Biasanya kalau sedang tak sibuk, aku bisa menghabiskannya dalam sehari. Tapi setelah menikah, aku memang harus pintar-pintar membagi waktu agar hobby membacaku masih dapat tersalurkan. Alhamdulillah .. tak ada setengah jam Novel tersebut sudah tuntas kubaca dengan rasa puas karena ending yang menyenangkan. Ditambah dapat kabar kalau rumah yang akan kami tempati sudah selesai dan siap huni. Pintu sudah fix terpasang, tangga untuk ke lantai atas juga sudah dikasih pegangan. Heheu.. lengkap sudah. Bahagia dalam sederhana ^^

Rabu : pagi setelah suami berangkat ke kantor, aku semangat untuk bersih-bersih mengingat kami mau pindah ke rumah baru. Semua barang-barang kukemas ke tempatnya, termasuk baju-baju yang sudah terlipat rapi dan hanya tinggal dimasukkan ke koper. Untuk perkakas rumah dan dapur milikku, sebagian masih tinggal di rumah mertua. Rencananya besok atau lusa kami baru akan mengangkut semua barang-barang tersebut. Benar kata ibu, lebih baik setelah menikah mulai menyicil untuk beli perkakas sendiri karena begitu telah mandiri.. setidaknya sudah punya apa-apa yang diperlukan. Alhamdulillah aku ingat nasihat ibu dan telah menyicil semua perlengkapan rumah tangga dari awal menikah. Jadi bisa dipastikan tak satu pun barang mertua yang harus kubawa. Syukran, Rabb.. hidup seperti ini pun aku sudah sangat bersyukur. Bisa menikah, punya suami yang penyayang, hamil, bisa mandiri pisah dari mertua, dan selanjutnya konsen ke persiapan dalam menyambut kelahiran anak kami, sambil menjalankan bisnis outlet dan online shopku. Aku ingin punya penghasilan yang tak terlalu bergantung dari gaji suami, meski tiap bulan aku tetap punya uang belanja rutin darinya. Fabiayyi ala'i rabbikuma tukadziban... :)

Lanjut ya, sore Rabu tepatnya kemarin.. suami pulang kami langsung ke Bank lalu ke Universitas Tidar. Pulang dari Untid kami mampir ke toko buku dan membawa pulang empat buku baru salah satunya novel 'Rindu' karya Tere Liye. Sebenarnya target utama kami ke toko buku memang untuk membeli novel ini. Karena tanggal 7 Desember mendatang Mas Darwis sang penulis novel tersebut akan datang ke Magelang. Kemarin kami sudah pesan tiket berdua untuk ikut di workshop menulis nantinya. Akhirnya satu lagi hampir mewujud nyata setelah sempat tertoreh di atas lembar buku diaryku. Kapan lagi bisa bertemu Mas Darwis? Rasa-rasanya semua memang bukan serba kebetulan. Pasti sudah ada yang menskenarioinya dengan agung. Apa yang kutulis di buku diary seperti berjalan sendiri untuk bertemu pada takdirnya. Takdir yang membuat impian ini tak hanya serupa harapan yang tertulis di atas kertas, melainkan dapat terwujud dalam nyata. Alhamdulillah ala kulli hal.. :)

Dear, setelah pulang dari toko buku kami mampir ke angkringan yang ada di alun-alun Magelang. Entah ini cerita bodoh yang mungkin patut dikatakan lucu, atau justru hanya bentuk keapesan kami. Hampir saja kami keblenger karena berhadapan dengan dua piring empek-empek yang menggunung. Naasnya aku lupa bilang kalau kami hanya memesan satu piring empek-empek komplit. Karena itu si penjual menghidangkan dua piring empek-empek yang membuatku kaget. Bukan kaget karena harus membayar berapa setelah itu.. tapi karena bingung harus menghabiskannya bagaimana. Dua potong empek-empek saja aku sudah kewalahan menghabiskannya. Suami hanya menatapku dan asyik jeprat-jepret, tanpa memperdulikan wajahku yang sudah berkeringat. Begitu habis dua potong, aku menyuruh dua potongnya lagi dimakan oleh suami. Enek! Benar-benar apes. Akhirnya aku berdiri menghampiri si penjual dan bilang kalau satu piringnya lagi kami cancel, juga nggak jadi dibungkus buat dibawa pulang. Aku cuma bisa bilang ke Mas penjual, "Mas, ini yang satu piring lagi nggak jadi dibungkus buat bawa pulang.. kami cancel nggak apa-apa ya. Saya sudah keringetan lihatnya." 

Entah karena kehabisan kata, sampai cuma itu yang bisa kujelaskan pada si penjual. Beruntung si penjual mengerti dan hanya mengangguk sembari tertawa kecil. Barangkali dia juga berpikir, hebat banget kalau kami bisa menghabiskan empek-empek sebanyak itu. Merci ya, Mas. Cukup sekali ini deh. Besok-besok nggak mau lagi.:D

Pulangnya kami mampir ke bidan karena jadwalku suntik TT. Dari bidan, terus ngelihat rumah yang sore itu belum sempat kami bersihin karena keburu maghrib. Mampir ke rumah Bu Yana, ngobrol dan numpang shalat sekalian. Setelah isya' baru kami pamit pulang, ke rumah sementara yang sudah kami tempati hampir tiga bulan ini. Ya.. meski pulangnya bertemu dengan beberapa hal yang tak mengenakkan hanya karena perkara sepele. Tapi setidaknya senang karena ada suami yang bersedia jadi teman sharing tadi malam. Sampai-sampai kami tidur hampir jam sebelas lewat, karena membahas banyak hal mengenai kehidupan kami sekarang. Kesulitan-kesulitan yang sudah kami lalui sejauh ini, hikmah juga ibrah di kehidupan kami, dan planning kami untuk ke depan. Alhamdulillah.. bersyukur karena beliau tak pernah bosan mendampingi dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagiku. Terutama bagi pernikahan kami yang sudah berjalan 2 tahun 4 bulan. Semoga sakinah, mawaddah, warahmah until Jannah. Hingga dapat dipersatukan kembali oleh-Nya di kehidupan yang abadi. Aamiin. Terima kasih, Rabb.. untuk kehidupan, pencapaian, juga suami sabar yang telah Engkau berikan untukku. ^_^

*****

Akhirnya, berhubung sudah cukup panjang.. sampai bertemu di postingan selanjutnya ya... :)

الْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ عَÙ„َÙ‰ ÙƒُÙ„ِّ Ø­َالٍ.
“Alhamdulillah ‘alaa kulli hal“
Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.

2 Komentar

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)