Bismillah... Dengan sedikit rasa kesal yang mengganjal di hati malam ini. Rasanya beberapa hari ini aku kerap bertemu dengan orang-orang menyebalkan yang sama sekali tidak bisa menjaga perasaan orang lain. Duh, semoga tak menimbulkan efek yang tak baik. Aku masih belum sempat nulis di buku diary, jadinya kurangkumin di sini saja. Takut beberapa kejadian kecil yang berarti bagiku luput dari ingatanku. ^^

*******
03 Maret 2014

Hari yang menyenangkan meski tetap diselubungi kesedihan. Pagi hari yang bertepatan dengan moment hari ulang tahun suami, kami harus menangis saat lagi-lagi merasakan kesedihan dari kesulitan yang ada. Kami berusaha mencari solusi terbaik bersama, meski pada akhirnya kami tak bisa menghalau butir bening yang mengalir dari tiap kesedihan kami. Aku merasa bersalah sebenarnya, seharusnya di hari ulang tahunnya aku bisa membuatnya merasa bahagia tanpa sedikitpun rasa sedih yang harus menghampirinya. Karena hal itu pula suami berangkat ke kantor lebih siang. Sementara itu, sejak pagi-pagi sekali aku sendiri sudah dibuat kesal oleh beberapa sebab. Salah satunya anak sekolah yang benar-benar ngotot buat fotokopi di pagi buta, dan setibanya di fotokopian ada kendala yang tak diinginkan. Sorenya, kami memutuskan untuk pergi ke rumah Mbak Ryati, kakak perempuan suami. Seandainya kesulitan itu tak ada, barangkali kami takkan ke sana hari itu. Sebab tak pantas jika harus melibatkan orang lain dalam kesulitan kami. Beruntung Mbak Ryati bersedia dan siap menampung seluruh keluh kesah kami, bahkan ia marah  saat kami tak pernah datang ke rumahnya begitu kesulitan itu datang, dan dengan mata berkaca sewaktu mendengar cerita kami mengenai himpitan kesulitan yang ada di sekitar. Ada banyak sekali pesan dan masukan baik dari Mbak Ryati. Benar apa yang dikatakan beliau "bahwa setiap orang yang mau sukses, pasti akan berhadapan dengan ujian terlebih dahulu". Dan saat kita mampu melewati ujian itu, Allah akan memberikan kehidupan yang lebih baik lagi. Kemudian malamnya, aku packing untuk persiapan studi banding ke Purwerejo. Meski lelah, malam itu kami tutup dengan rasa syukur yang tak habis-habisnya sebab masih ada banyak nikmat yang Allah berikan untuk kami. Alhamdulillah... 

 *******

05 Maret 2014

Sejak pagi aku sudah sibuk dengan pekerjaan rumah. Setelah sarapan, kami berangkat ke tempat kerja masing-masing. Suami ke kantornya, sementara aku langsung ke PAUD melaporkan hasil yang kudapat dari studi banding sebelumnya di Purwerejo. Suasana di PAUD cukup menegangkan siang itu, aku dan dua kader yang lainnya sempat cekcok hanya karena perbedaan pendapat dan banyak lagi yang lainnya. Hampir saja aku menangis karena tak mampu menahan emosiku, hingga akhirnya aku mengelus dada dan memilih untuk diam agar tak larut dengan situasi yang sedang memanas. Pukul 10.00, seperti biasa jadwal pulang untuk para siswa. Aku memutuskan untuk tak pulang, dan bilang pada dua kader yang tadinya cekcok denganku bahwa aku mau bersih-bersih di seluruh ruangan PAUD. Karena tak mau terlalu merepotkan mereka, aku mengambil alih semua pekerjaan atas inisiatifku sendiri. Dimulai dari menyapu ruangan, membersihkan dinding, mengangkut barang-barang ke ruangan lain kemudian menata kembali dengan posisi yang dirubah dari sebelumnya. Sebenarnya Mbak Rifah mau membantu, tapi aku bilang tidak perlu sebab aku masih sanggup mengerjakannya sendiri. Jadilah mereka pun tidak pulang karena tak enak meninggalkanku bekerja sendiri. 

Setelah semua ruangan bersih dan tertata rapi, aku meminta tolong pada mereka untuk merapikan buku-buku dan tempat mainan yang sama sekali tidak tertata rapi selama aku tak masuk. Bahkan berkas-berkas yang seharusnya dipisah di Map yang berbeda hanya ditumpuk begitu saja. Aku juga merapikan berkas-berkas yang ada, kemudian sisanya kubawa pulang ke rumah untuk direkap ulang. Hah! Proposal PAUD yang kuajukan ke Bu Dewi masih harus mengalami revisi karena buru-buru dikumpulkan tanpa mengeceknya lebih teliti lagi. Soalnya aku benar-benar bingung waktu itu, kader yang lain begitu mendesak karena proposalnya harus sampai ke Dinas Pendidikan tepat waktu, sementara aku sendiri punya banyak pekerjaan yang juga harus dikerjakan dalam waktu cepat. Jadilah aku diburu dengan pekerjaan-pekerjaan ini. Tak enak memang, saat kita dituntut untuk mengerjakan semua pekerjaan dalam waktu bersamaan. Yapp! Bahkan hingga hari ini aku masih harus berkutat dengan beberapa berkas, proposal, laporan dan lain-lainnya. Semangat!!! Alhamdulillah.. :)

Jam 1 siang pekerjaan bersih-bersih dan dekor ruangan kelas di PAUD sudah selesai. Mbak Rifah membantu memasang beberapa kertas hiasan, dan Mbak Sri Sayekti membantuku untuk melipat kertas origami menjadi beberapa bentuk hewan yang lucu. Aku mengatur dekorasi ruangan agar tampak lebih berbeda dari biasanya. Kejutan untuk para siswa di hari Sabtu. Terima kasih untuk kerja samanya teman-teman. Setelah merasa semua pekerjaan telah tuntas, aku menghubungi suami agar menjemputku di PAUD. Biasanya beliau pulang pukul 14.30. Karena hari itu ada janji di rumah salah satu teman kuliahnya untuk mengerjakan tugas mereka, suami pulang lebih awal. Aku, Mbak Rifah dan Mbak Sri Sayekti sama-sama jalan kaki saat pulang, maklum saja rumah tak terlalu jauh dari PAUD. Tapi yang lebih kasihan Mbak Rifah, karena di antara kami jarak rumahnya yang lebih jauh. Sempat berdada-dada sebentar, aku memutuskan untuk jalan kaki sampai ke rumah Mbak Sri Sayekti setelah lebih dulu mengabarkan ke suami. Tepat di depan rumah Mbak Sri suami datang dengan gaya slow motionnya berhenti di hadapanku. Wkwkwk... Co cweet gitu. :D

Singkat cerita saat ikut suami ke Tempuran, di rumah salah satu teman kuliahnya. Aku benar-benar merasa tak nyaman dengan beberapa dari mereka. T.T *Kenapa? Kuceritain di buku diary saja khusus yang ini. Ba-Ha-Ya. Pokoknya selama di sana, perasaan menyebalkan ada, perasaan risih ada, perasaan malu + sakit hati ada, tapi perasaan senang dan have fun juga ada. Entah aku yang terlalu sensitif atau bagaimana ya? (_ _#)

Pulangnya... Nah! Di bagian ini yang paling horor!!! Beneran! Pas pulang kami mampir ke toko buah sebentar buat beli buah naga pesanan ponakan, terus langsung tancap gas ke rumah Mbak Ryati. Padahal aku antara ngerasa sama enggak, suami ternyata juga ngerasain hal sama. Tiba-tiba suami nanya,

"Nda lihat nggak?"
"Iya, Mas. Kenapa?"
"Nggak ah. Entar saja kalau sudah nyampai di rumahnya si Mbak."

Sepanjang jalan yang kanan-kiri cuma ada hutan pinus benar-benar bikin suasanana hati jadi tambah horor. Aku yang duduk di belakang sengaja memperbesar suara musik yang sedang ku-play untuk menghilangkan perasaan yang tidak-tidak. Padahal tengkuk sudah merinding semua. Hihihi ^^'

Setibanya di rumah Mbak Ryati, langsung saja kuceritakan kejadian yang tadi tak sengaja terlihat. Suami cuma duduk lemas, karena masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya sewaktu di perjalanan. Sementara para keponakan sudah memasang tampang takut dan pada teriak 'sereemmm'. Benar-benar horor! Kalau nggak mikir besoknya mau kerja, pasti sudah menginap di rumahnya Mbak. Soalnya jarak dari sana ke rumah nggak dekat. Pengalaman yang nggak biasa.. 

Oke. Sampai di sini dulu ya, sahabat. Ternyata sudah cukup panjang. Bertemu di postingan selanjutnya ya ^_^
Assalamu'alaikum. Selamat malam...

2 Komentar

  1. Dari semua aktivitas dan kesibukan yang ada, yang terpenting adalah menyediakan sedikit waktunya untuk suami mbk hehehhee
    Ada kalanya untuk bersama sang suami

    BalasHapus
  2. Wah kalau itu nggak pernah ketinggalan, Mas. Meski sama-sama sibuk, tapi tetap meluangkan waktu masing-masing bagi pasangan :)
    Doain biar kami makin kompak dan senantiasa SaMaWa. Aamiin :)

    BalasHapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)