Pagi ini aku menatapnya sekilas, hanya dua bola mata yang tertangkap olehku. Hanya itu. Mata yang tak mengarah padaku, mungkin enggan. Ia datang begitu tergesa-gesa, tanpa menyisakan basa-basi dan sapa.

Pagi ini, ada rindu tentangnya yang terlalu murni untuk dirindukan. Dalam diam, ada sapa yang tersenyum mengantar bayangnya yang berlalu secepat angin berhembus. Ia pergi dengan acuh. Tanpa peduli pada kata hati yang berharap menyapanya walau hanya sekelebat asa.

Hingga akhirnya.. aku hanya dapat memandangi punggungnya. Merindui dalam diam adalah cara terbaikku untuk menjaga kemurniannya. Agar ia tetap berupa sosok lelaki di serambi rinduku yang tak perlu hadir dan menyapaku.

Dan.. lagi-lagi ia seperti angin. Aku dapat merasakan hadirnya. Tapi tak dapat menyentuhnya. Pun tak dapat melihatnya. Ia hanya hadir dalam bentuk kerinduan yang terasa..


©bianglalahijrah_11 03 2014, Magelang.

0 Komentar