I. 
Kau hanya diam saat semua tawa lepas menyatu dalam tangis
Dan kau juga hanya bungkam membiarkan semua kisah itu

Luruh bersama waktu yang tidak mungkin lagi memihaknya
Kau tidak bisa merasakannya
Sebab hanya aku yang memiliki rasa itu. 
Aku ingin meneriaki rasa yang tidak pernah bergeming dariku
Tapi, nyatanya? 
Tetap pada posisi awal, bahkan ia terlalu kuat
Enyah. Aku mohon, enyahlah..
Cukupkan pada hati yang lambat laun mengelupas bersama perihnya

Menyingkir terbawa dan mengalir ke dimensi lain
Aku, sendiri.

02102012


II. 
Kau hanya bagian dari beberapa lembar buku yang pernah ada di masa lalu
Tidak aku enyahkan engkau dari sana

Sebab, kau masih berupa untaian kisah yang utuh
Dan tetap hidup di antara kertas yang menguning dan kusam. 
Kau, bersama kisahmu. Dan aku bersama ceritaku
Cerita tentang tinta yang tidak pernah cukup
Untuk mengisahkan ceritaku dalam torehan pena. 
Hingga aku diam. 
Hanya sepi yang bercerita pada temaram senja 
Di antara bayang yang tak juga sirna.

02102012


III. 
Aku cukup mencintaimu dari kemunafikan
Yang terlindung oleh jarak yang jauh
Sebab aku begitu munafik akan rasa ini
Bahkan aku hanya diam saat cemburu itu datang menghantui jiwaku. 
Memburuku dengan pertanyaan yang tetap sama
Jika rindu itu datang menyapa
Sedang apa kau di sana? 
Apa yang sedang kau lakukan? 
Ha, bodohnya.

01102012

0 Komentar