I.
Mentari tidak mungkin menanyakan
Berapa lama aku mampu bertahan dalam teriknya.
Embun pun tidak akan iba menatap butir airmata yang tertahan
Seumpama ia yang setia bertengger pada kelopak bunga

Dan malam pun juga tidak akan menungguku terlelap
Hingga pagi menjelang tanpa sadar akannya.
Lalu, tidak inginkah kau bertanya tentangku?
Tentang mimpi yang lebih dalam melengkapi hidupku.

Menemani dalam asa dan harapan yang tidak jarang terancam layu.
Menghiasi yang lebih nyata jika ada hadirmu.
Hingga mimpi menyeretku pada alam sadar dan nyata.
Kutemui adamu, pada barisan yang tidak mampu tereja.

Kau lebih dari nyata.
 
II.
Bukankah cinta tidak pernah mendesak keberanian itu
Hingga  aku lupa bahwa rentang waktu yang akan menjawab harapku
Hingga Alam pun kan cemburu
Menatapku diam yang tertunduk dalam malu
Malu sebab aku telah mampu merayu

Kemarilah cinta..
Dekap aku dalam nyata
Tidak kubiarkan kau lenyap kembali

III.
Cinta pertama

Membias terang dalam tiap goresan tinta pena
Mendayu indah dalam sajak mesra
Meraung di antara bait berselempang rima

Cinta pertama
Indah pada untaian aksara
Sebab, lidah keluh tidak mampu berkata.

0 Komentar