Bismillahhirrahmanirrahim.

Setelah lama tidak menambah daftar entri yang ada pada blog kesayanganku ini. Aku memutuskan untuk kembali menulis, meski tidak lebih sebagai curahan hati yang sebelumnya tidak menemukan tempat untuk mengadu atau pun mengeluh. Ya Rabb, airmata ini kembali tumpah. Aku sudah berusaha untuk menahannya. Menahan butir demi butir bening yang tidak seharusnya aku biarkan tumpah ruah, tapi apa bisa? Sementara kelopak mataku sudah tiada daya untuk menopangnya. Hingga ia harus jatuh, berurai di atas perih.

Aku ingin berteriak, di atas lembar tiap kertas yang menjadi tempat terakhir untuk kesedihanku. Walau terkadang aku merasa bodoh. Mengapa aku berteriak pada lembaran-lembaran kertas yang tidak memberiku jawaban? Hanya mencoba berdialog dengan kata. Dialog dengan siapa? Tentunya dengan hati dan diriku sendiri. Sementara pena dan kertas hanya sebagai perantara bagaimana caraku meluapkan segalanya. Aku cukup merasa lelah, dengan butiran-butiran tidak berarti yang kerap keluar dari kedua kelopak mataku. Tidak berarti, sebab tidak mungkin mengembalikan keadaan seperti semula. Dan menjadikan kebahagiaan seperti dan sesuai keinginanku. Mungkin, hanya rasa lega. Puas menangisi hal yang sudah terlalu sering kutangisi.

***

Illahi, yang aku tangisi adalah kebodohanku. Kebodohan saat aku menangisi hal yang menyangkut kepentingan duniaku. Sementara di sisi lain, aku tidak sungkan-sungkan bahkan seolah lupa. Lupa, bagaimana caranya menangisi dosa-dosa dan kesalahan yang kerap aku lakukan, sadar atau tidak. Illahi, aku malu terhadap diriku sendiri. Aku malu terhadapmu. Aku malu pada segalanya, terutama pada apa yang mengikat dan menjuntai di kepalaku. Kain yang aku kenakan sebagai penyempurna untuk ibadahku dalam menutupi aurat. Aku begitu sibuk mengejar apa yang ingin aku raih, sementara aku lupa setelah apa yang telah aku raih, akan aku bawa ke mana semua kesuksesan itu. Tidak lebih, hanya jasad yang akan menjadi santapan binatang tanah. Kelak jika masanya tiba, saat Izrail-Mu datang mencabut nyawaku dengan sigap.

Illahi, aku kembali dalam sujud penghambaan dengan uraian airmata. Meminta segenap kemurahanMu, untuk membuka cela maaf bagiku. Walau tahu, Engkau sungguh maha pemaaf. Aku takut Allah, takut kalau-kalau masaku hanya menghitung detik sebelum aku sempat mengucapkan kata taubat padaMu. Takut kalau-kalau pintu syurgaMu telah tertutup untukku. Illahi, airmataku mungkin tidak cukup untuk mencuci segala kesalahan baik dosa yang pernah ada. Namun, keyakinanku pun tidak pernah mau mundur. Bukankah Engkau telah berjanji untuk menerima taubat hambaMu yang ingin kembali ke jalanMu? Maka, ini aku. HambaMu yang kembali dalam tangis iba penuh sesal. Ya Rabb, dengarlah aku.

Aku tidak ingin lagi menangisi impian yang hanya membuang waktuku. Yang hanya menjadikanku semakin jauh dariMu. Illahi.. Jika memang kau izinkan aku untuk berdakwah lewat penaku, maka kemudahan itu pasti akan datang dengan sendirinya. Dengan berbagai cara yang tidak pernah aku ketahui. Tapi, jika memang tidak Kau izinkan aku untuk merengkuh semua ini. Maka jadikan keikhlasan yang ada pada hatiku. Hapuskan semua pedih ini ya Rabb. Yakinkan hatiku bahwa rencanaMu lebih indah. Jauh lebih indah.

Rabb, kuatkan aku. "Setelah kesulitan akan ada kemudahan beriringan dengannya"

4 Komentar

  1. Tetap menjaga impian yang mendekatkan kita pada-NYA, salah satunya MEMBAHAGIAKAN ORANG TUA :)

    Semangaaaaaaaaaaaaaaat :)

    BalasHapus
  2. salam kenal mba putri. blognya bagus. jgn lupa mampir ya menjaga silaturahmi :D

    BalasHapus
  3. Fenny Ferawati@ Terima kasih. :) Semangat kembali!!!

    BalasHapus
  4. Langit Buku@ Wa'alaikumussalam.. Terima kasih atas kunjungannya. Iya, dengan senang hati :)

    BalasHapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)