Semakin hari ketika membuka sosial media, maupun berita-berita yang ada di televisi. Susul menyusul berita duka yang mengabarkan kepulangan. Baik itu mereka yang tak dikenal, artis, aktivis, anggota keluarga, orang-orang yang dikenal dekat, maupun circle dari orang yang kita kenal di dunia maya maupun dunia nyata.

Tak sedikit kabar sakit yang berdatangan dari para lansia maupun mereka yang menjadi rentan di masa-masa seperti ini.

Juga tak jarang, tatkala membuka sosial media atau menonton kabar berita.. seolah hanya menambah kecemasan tersendiri yang sebenarnya tak diperlukan. Karena itu, aku lebih memilih chanel yang setiap saat menayangkan film-film rekomendasi ketimbang menyaksikan pemberitaan yang hanya mendatangkan rasa cemas berlebih.

Penting untuk menjaga kewarasan diri sendiri, dengan meminimalisir apa saja yang bisa menjadi pemicu rasa cemas meningkat. Terutama di era ini kan? Apalagi jika sudah berimbas pada mood yang ikut fluktuatif, kita sendiri yang bertanggung jawab akan itu. 

Akhis-akhir ini pun, jelas bukan hanya aku sendiri yang berjuang 'waras' di tengah kondisi yang semakin hari tak bersahabat.

Dari kasus covid yang melonjak, kabar duka yang seakan tak putus, meski orang-orang yang sembuh setiap harinya juga tetap ada.

Pandemi yang terus berlanjut, tak juga memberikan lampu hijau kapan ia akan pamit. Mau tak mau. Para orangtua bahkan sudah mulai bersiap diri dalam menyambut ajaran baru. Kembali disibukkan pada rutinitas belajar dari rumah, sepanjang masa second wave ini berlangsung. Tak terkecuali kami.

Anak-anak yang di masa libur kemarin bahkan tak bisa bepergian walau sekedar liburan singkat di tempat terdekat, harus beradaptasi lagi dengan pembelajaran yang kembali ke hadapan mereka. Bercengkrama dengan tugas-tugas sekolah, yang tentu saja menjadi pe-er para orangtua tersebab harus mendampingi putra-putrinya. 

Belum fokus yang terbagi-bagi. Ditambah drama belajar dari rumah yang apabila salah satu kehilangan rasa sabar, maka buyar sudah semuanya :'D

Belakangan keinginan untuk berkunjung ke destinasi wisata alam sudah begitu memanggil jiwa, kendati jelas akan muluk untuk direalisasi. Menatap situasi saat ini seperti halnya kehaluan tingkat tinggi, apalagi kalau sampai memaksakan diri demi kesenangan sesaat. Padahal jelas-jelas ada konsekuensi yang tak bisa disepelekan.

Mungkin benar, dari pada mengeluh.. dari pada berandai-andai terlalu jauh, tak ada salahnya untuk mendudukkan diri. Demi mendatangkan rasa syukur di dalam hati, yang jauh lebih besar, lebih lapang, serta memberikan afirmasi positif tanpa henti ke dalam diri sendiri. 

Untuk mulai mempertanyakan hal apa yang bisa disyukuri di masa second wave pandemi covid19 mengikuti sikon yang ada?

Jika ini menurutku, maka berikut beberapa hal yang menjadi point penting untuk layak kita syukuri setiap harinya..

1. Nikmat bernapas, oksigen gratis, paru-paru yang sehat

Bayangkan jika setiap pagi, kita bisa kembali membuka mata, kemudian beranjak dari tempat tidur. Bisa menghirup napas, merasakan sensasi segar yang merasuk ke rongga pernapasan, kemudian memenuhi bilik paru-paru, lalu menyadari betapa 'bernapas' dan 'menghirup oksigen' juga menjadi nikmat yang seringkali tak terlihat namun tak bisa dikecualikan begitu saja. 

Ketika pemberitaan yang ada di media TV dan internet, justru mengabarkan kondisi tatkala rumah sakit beserta tegkes di garda depan, bahkan kelimpungan disusul habisnya cadangan tabung oksigen.

Beberapa waktu lalu, tak sedikit orang yang panik. Termasuk salah seorang kenalan di dunia maya yang hanya bisa mengandalkan doa ketika sang ayah belum sepenuhnya membaik, tetapi tabung berisi oksigen menjadi begitu terbatas, karena ada banyak yang membutuhkan di waktu bersamaan.

Kita yang detik ini masih bisa duduk santai di rumah, me time bersama keluarga, bernapas dengan mudah, itu saja sudah nikmat besar yang luar biasa, bukan?

2. Ketika membuka mata, dan menatap orang-orang tercinta yang berada di sisi

Akhir-akhir ini, tak jarang ketika bangun tidur.. aku memandang wajah anak-anak dan suami. Bersyukur di dalam hati sebab kami masih diberikan nikmat sehat. Suami sehat, anak-anak sehat, dan tetap ceria. Itu juga merupakan nikmat yang kadangkala luput kita sadari, tetapi sebenarnya menjadi hal yang paling berarti.

Aku tak bisa membayangkan jika salah satu dari orang yang kusayangi ini jatuh sakit.

Karenanya, aku bersyukur sekali. Setiap pagi, melihat wajah dan tubuh mereka yang dalam kondisi baik. Apa lagi yang kurang? Kadang.. dengan memeluk pasangan, mencium anak-anak, mengucapkan sebanyak mungkin kalimat "i love you" adalah kebahagiaan tersendiri. Menjadi ritual untuk saling menunjukkan rasa cinta. 

Ya, cinta mungkin tak cukup hanya dengan untara kata-kata. Tetapi bisa memiliki waktu dan kesempatan untuk sebanyak mungkin mengungkapkan rasa cinta pada orang-orang yang disayang, mengapa tidak? 

Maaf, aku mencintaimu, dan terima kasih.. sering-sering ucapkan ini pada mereka. Semoga lebih banyak waktu untuk membersamai atau dibersamai oleh orang-orang tercinta di kehidupan kita ya. Aamiin :')

3. Nikmat sehat, nikmat bekerja, nikmat beribadah

Bersyukur sebab masih diberikan nikmat utama yang satu ini. Bayangkan jika dalam kondisi sakit, ada banyak sekali hal yang akan terkendala. Jika suami yang sakit, maka akan sulit bekerja. Jika istri yang sakit, maka urusan domestik rumah tangga menjadi kacau. Jika anak yang sakit, orangtua juga tak tenang. 

Jadi alhamdulillah, jika hari ini kita masih diberikan nikmat sehat. Sehingga kita masih bisa bekerja. Masih khusyuk beribadah. Masih dapat menyantap makanan dengan lezat. Masih dibangunkan untuk menatap keesokan hari, mengintip semburat matahari, menikmati pemandangan akan pohon-pohon yang hijau, merasakan desir angin, udara segar, serta air yang sejuk. Nikmat sederhana tetapi bermakna sekali, bukan?

4. Beroleh rezeki, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Tak bisa dipungkiri. Bahwa kehadiran pandemi memberi dampak besar di berbagai lini, terutama pada sektor perekonomian. Ada banyak kepala keluarga yang harus berupaya lebih keras demi mendapatkan penghasilan lebih, dan memenuhi kebutuhan keluarga yang meski pandemi tetapi bukan berarti kebutuhan itu lantas berhenti. Berapa banyak suami yang tetap memberangkatkan dirinya ke ladang pencarian nafkah, saat situasi sedang tak pasti. Apalagi musuh yang ada di hadapan kita bukan sesuatu yang kasatmata. 

Tapi mau bagaimana lagi? Berdiam diri di rumah pun tak selalu memberikan solusi.

Tak sedikit pula para istri yang ikut memutar otak demi mencari tambahan penghasilan, setidaknya asap dapur bisa terus mengepul tanpa harus libur memasak setiap harinya. Bahkan di samping itu, ia masih merasa was-was sebab mengkhawatirkan suami yang bekerja, beserta kondisi keluarganya. 

Betapa setiap orang sedang menghadapi perjuangannya masing-masing, di waktu bersamaan, di era yang sama saat ini.

Oleh karena itu, jika hari ini kita mendapati pekerjaan yang dijalani baik-baik saja, berjalan lancar, bahkan masih beroleh lebih untuk mencukupi keperluan rumah tangga. Maka nikmat mana lagi yang tak harus disyukuri?

Kemarin malam, aku bercerita pada si kakak bahwa nikmat menyantap makanan adalah pemberian Allah yang tak seharusnya dibuang percuma. Sebab di luar sana, di waktu ketika kita barangkali memiliki kelebihan makanan sampai harus membuangnya, ada berapa banyak perut yang menanggung perihnya rasa lapar? Ada berapa banyak orang yang harus terseok-seok ringkih, tetap harus bekerja di keletihan tubuh yang belum terisi sepotong pun makanan, demi menjemput rezeki dan sepiring nasi di hari itu.

Bersyukuurr sekali. Bahkan jika sedikit. Sekalipun pas-pasan untuk disantap bersama. Itu berarti masih Allah perkenankan rezeki menghampiri pintu-pintu rumah kita :')

Alhamdulillah tsumma alhamdulillah. Jika hari ini atau mungkin besok, kita masih bisa memikirkan harus masak apa, dan bisa makan apa. Masih bisa memasak dengan bahan-bahan yang tersedia. Sekali lagi, ini nikmat sederhana yang sebenarnya sangat luar biasa. Karena kita sungguh tak pernah tahu, ada berapa banyak keluarga yang terdampak, dan mereka struggle dengan itu semua.


Ini baru empat point nikmat luar biasa yang seharusnya mendatangkan rasa syukur diri setiap hari, agar cemas berlebih tak perlu lagi menghampiri.

Aku percaya setiap orang pasti memiliki motivasi, dan kondisinya tersendiri. Bisa saja bentuk nikmatnya berbeda, tetapi empat hal di atas rasa-rasanya dimiliki oleh masing-masing kita. Jika pun ada yang berlebih, semoga bisa berbagi. Jika pun ada yang masih kurang, semoga Allah yang mencukupkan.

Rasanya, jika sudah menghitung nikmat-nikmat sebesar ini. Keinginan untuk segera liburan ke destinasi impian, bukanlah apa-apa. Meski memang, sepatu yang biasa dipakai sewaktu mbolang.. saat ini tak lebih dari sekedar pajangan. Ketika outfit liburan, berganti baju rumahan. Saat kamera yang biasa mengabadikan banyak moment sepanjang perjalanan, mungkin tak lagi terisi potret tempat-tempat yang dituju. Tetapi tak disangka justru lebih banyak terisi dengan album kebersamaan keluarga. Memori penyimpanan di handphone bahkan sebagian besar dipenuhi oleh gambar pasangan, dan anak-anak.

Ternyata kalau dipikir-pikir, kondisi yang ada tak sepenuhnya mempersulit gerak kita walau menjadi lebih terbatas dari sebelumnya.

Masih banyak kesempatan, kebersamaan, keceriaan, pun kebahagiaan, yang hadir di hari-hari kita jika membuka mata lebih lebar.

Lihat, kan? Ada banyaakk sekali.

Coba yukk, hadirkan sebab-sebab untuk bersyukur yang sudah seharusnya kamu hadirkan di masa-masa seperti sekarang ini. Minimal, kita jadi lebih sedikit mengeluh dan kecemasan dalam diri juga akan mereda dengan sendirinya :)

Sssttt, jangan lupa berterima kasih ya. Pada orang-orang yang tetap bertahan di samping kita hingga detik ini, walau sesulit apapun situasi. Karena barangkali, merekalah cinta tanpa syarat yang menjadi nikmat paling berharga.

Bahagia selalu untukku, untukmu, untuk kita semua. Semoga bermanfaat 😊😊😊💗💗


________________________________


Magelang, 13 Juli 2021

copyright : www.bianglalahijrah.com

4 Komentar

  1. betul kita nikmati yang kita rasakan hari ini semua berkah dari Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah :) Terima kasih sudah melipir ke sini, Bund..

      Hapus
  2. Kalo dipikir, tanpa adanya pandemi ini, orang2 mungkin bakal lupa bersyukur sebanyak ini mba. Setelah adanya pandemi, aku JD LBH bisa menghargai hal2 kecil yg selama ini aku anggab biasa.

    Aku bersyukur soal makanan yg msh tersedia dan mampu dibeli. Bersyukur msh ada stok air minum bersih, bersyukur ada air bersih dan sabun utk tetep bisa jaga kebersihan, bersyukur suami bisa WFH dari kantor dan gaji serta benefit msh full dibayar. Krn aku tahu banyak temen lain yg gajinya dipotong bahkan di rumahkan.

    Hal2 begitu dulunya kita anggab biasa. Wajar terjadi. Tapi skr JD semacam berkat yg harus disyukuri. Tapi dari semuanya, aku bersyukur kami msh dikaruanikan kesehatan .. setelah sekian lama, org2 pasti baru menyadari, rezeki sehat sebenernya rezeki yang paling berharga dibanding rezeki materi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini komentnya deep banget, Mbak. Jadi ngerasa kalau sebenarnya kehadiran pandemi bukan melulu soal apa yang hilang saja. Tetapi bagaimana kita memaknai apa yang terjadi hari ini, dengan perspektif beserta rasa syukur yang jauh lebih baik lagi. Oh ternyata, hal-hal yang tadinya kita anggap biasa justru mendatangkan kesadaran tersendiri, kalau kita sebenarnya memiliki banyak hal yang patut disyukuri sekali. Sesuai sama komentar yang Mbak Fanny tulis :) terima kasih yaa, semoga kita dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan. Tak kurang satu apapun. Aamiin..

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)