Sembari mencoba untuk menerapkan saran dari psikolog, aku berusaha menyamankan diri sendiri. Secara kebetulan, beberapa waktu lalu anak keduaku menarik buku-buku dari barisan raknya. Salah satu buku yang terjatuh ke lantai berjudul "How To Respect Myself" tertangkap mataku ketika hendak merapikan kembali. 

Aku mengambil buku itu, membuka halaman demi halaman. Tanggal beli yang tertulis di halaman pertama tepatnya Januari 2021. Buku yang terbilang masih baru. Aromanya juga. Pembatas buku ternyata berhenti di bab awal. Aku belum rampung membaca buku bertajuk self emprovement ini. Mungkin karena waktu beres-beres rumah, aku tak sadar memasukkannya begitu saja ke rak, dan lupa untuk membacanya kembali.

Aku pun mulai berpikir, seandainya pertanyaan itu dilayangkan padaku di waktu-waktu seperti ini, jawaban apa yang akan aku miliki? Rasanya cukup tepat. Mengingat aku sendiri tengah melalui proses healing dari luka batin. Respect ke diri sendiri menjadi pointer penting untuk mengenali diri, dan memahami "who am i" sepenuhnya.

Jadi karena itu, bertepatan dengan pemadaman listrik, dan langit sore yang dilingkupi awan mendung ketika menyelesaikan tantangan ini. Aku menyusun to do list berikut:

How To Respect Myself versi diri sendiri



1. Stop Memaksakan Diri

Pernah terlalu keras ke diri sendiri? Aku mungkin termasuk tipikal yang demikian. Karena itu hal ini menjadi urutan pertama di daftar yang kubuat.

Berhenti berusaha lebih keras hanya untuk menjadi cahaya yang menunjukkan jalan terang pada orang-orang yang sengaja membutakan matanya. Karena sebesar apapun nyala yang mampu kamu beri, di mata mereka.. cahayamu tak sungguh-sungguh berguna. Mereka tak dapat melihat itu semua.

 

 

2. Bersikap Bodo Amat

Belajar untuk berhenti menghiraukan apa-apa yang menguras energi, pikiran, dan melelahkan mental diri sendiri.

3. Terapkan Batasan Diri

Dengan tak lagi berusaha mati-matian untuk menjadi berarti di lingkup yang tak tahu bagaimana cara mengapresiasi, dan menghargai 'nilai' orang lain. Melelahkan? Iya. Oleh karena itu kita tak perlu mendorong diri sebegitu kuat, ketika kita sendiri tahu bahwa apa yang kita yakini tak sejalan dengan apa yang orang lain yakini. Penting sekali untuk paham, kapan waktu untuk menerapkan batasan pada diri bahwa perbedaan akan selalu ada, dan ada kalanya sikap yang perlu diambil hanya cukup dengan memaklumi. Kita tak perlu memaksakan diri, apalagi ikut-ikut menghakimi.

Karena di tempat yang tepat, kita tetap akan berharga. Nilai kita akan tetap berarti.



4. Self appreciation!

Lebih peduli bahwa yang paling penting adalah menjadi cahaya bagi diri sendiri, baru kemudian ke sekeliling. Kadang, kita terlalu sibuk berkontribusi pada keberhasilan orang lain. Sampai-sampai abai bahwa diri kita sendiri justru belum meraih apa yang kita inginkan. Menjadi berarti itu baik, tetapi tetap bertumbuh bersama impian yang dimiliki, dan tak lupa mengapresiasi segenap usaha diri adalah yang terpenting. Jadi yang terbaik dari versi dirimu sendiri :)

 

 

5. Tepis Mental "Nggak Enakan"

Berusaha berhenti menjadi manusia yang serba nggak enakan. Berani berkata tidak pada apa yang tak harus diikuti. Berani menolak sesuatu hal yang memang berseberangan dengan prinsip yang dimiliki. Tak melulu, orang lain harus sepakat dengan kita. Bukan keharusan, untuk berbaur dengan setiap ritme yang dimiliki oleh orang lain ketika kita tahu itu bertolak belakang dengan nilai-nilai di diri kita. Lagi pula, menjadi berbeda bukanlah dosa. Selama itu baik, dan tak saling merugikan siapapun. 

6. Selalu meluangkan waktu untuk menyapa diri dengan metode ho'oponopono. Seperti..

Dear my self, i'm sorry .. ( ... )

Please forgive me .. ( ... )

I love you .. ( ... )

Thankyou .. ( ... )

Metode ini juga bisa diterapkan pada orang-orang yang terhubung dengan diri kita di kehidupan. Seperti orangtua, saudara, pasangan, anak-anak, maupun circle pertemanan.



7. Menyadari bahwa setiap hal akan memiliki waktunya masing-masing

Pernah tidak, ketika kita insecure melihat ke dalam diri sendiri. Mulai menjadikan diri sebagai alat pembanding atas pencapaian orang lain? Aku sendiri pun demikian. Akan tetapi setelah dipikir-pikir, apa untungnya sih bersikap demikian?

Aku percaya setiap hal akan ada waktunya tersendiri. Setiap kita akan menemukan momentum yang pas, untuk setiap hal yang kita inginkan dapat teraih di dalam hidup. Barangkali orang lain akan lebih dulu menapaki apa yang belum dapat kita raih saat ini. Namun tak menutup kemungkinan, kita akan sampai di titik itu bahkan jauh lebih baik dari pencapaian orang-orang sebelumnya :)

Ini yang aku yakini setiap kali merasa insecure dan mengecilkan pencapaian diri. Aku bilang pada diri sendiri, afirmasi positif  dengan perkataan .. "Itu waktu baginya, waktu bagimu juga akan tiba. Jangan berkecil hati. Tetap berusaha ya, diriku.."

Di samping itu, aku tahu ada waktu-waktu di mana aku merasa lemah dan hilang arah. Tak masalah, itu manusiawi. Boleh kok, merasa tidak baik-baik saja. Asal setelah itu, kita berusaha melangkah lagi. Melakukan yang terbaik! Karena yang terpenting, kita bisa terus berdiri, kembali berusaha lagi dan lagi. Pada akhirnya nanti, apa yang kita inginkan juga pasti menemukan jalannya. Insyaa Allah, aamiin.

8. Karena dirimu BERHARGA

Ohya? Memang berapa harganya? Pernah dapat celetukan begitu? Ketika membahas tentang betapa berharganya diri kita ini, yang meski jatuh bangun, melewati banyak kesulitan, kita toh tak pernah benar-benar mundur dan jatuh menggelinding begitu saja. Itu mengapa kita menjadi sangat berharga, dengan segenap pengalaman dan pemahaman yang diperoleh sepanjang itu. Rasanya, tak layak untuk dijadikan perbandingan bahwa orang lain hebat, dan diri kita bukan apa-apa.

Padahal, setiap kita diberikan kelebihan maupun kekurangan. 

Jadi aku membuat komitmen untuk berhenti menilik apa yang kurang dalam diriku, jika itu hanya membuatku semakin lemah. Aku hanya akan berfokus pada apa yang menjadi kelebihanku. Memaksimalkan potensi itu. Berbahagia dengan segenap lebih dan kurang yang Allah tetapkan pada diri.

Dengan begini, terasa akan jauh membahagiakan. Bikin lega juga :)



Jadi, itu tadi 8 pointer yang kuanggap penting untuk mengingatkan kembali pada diri sendiri, betapa "aku" ini sama berharganya dengan orang lain.

Bahwa aku yang sering merasa rendah diri ini, sebenarnya sama kok kayak orang lain. Hanya saja, bidang kehebatan kami yang berbeda. Jalan pencapaiannya yang tak sama.

Barangkali.. itu karena aku melihat orang lain hanya dari permukaannya semata. Jadi aku tak tahu persis perjuangan, dan kesulitan macam apa yang ada di balik sosok mereka yang tampak luar biasa.

Begitu pula, aku mungkin hanya menilai diriku dari permukaan saja.. padahal jika ingin menggali potensi, mengembangkan diri, mungkin ada lebih banyak hal baik lagi yang dapat dimaksimalkan. Banyak sekali yang akan dapat diperoleh dari tiap pembelajaran maupun perjalanan yang telah terlampaui untuk menjadi sosok yang sama luar biasanya.

Jadi, boleh deh kita skip kalimat "rumput tetangga jauh lebih hijau dari rumput di halaman sendiri.." itu mah jargon lama. Sekarang, kita ganti dengan kalimat "aku sama berharganya, sama hebatnya, sama luar biasanya, dengan orang-orang di luar sana". Masyaa Allah, aku menulis ini sebagai refleksi sekaligus reminder bagi diri sendiri juga sebenarnya :")


So, how to respect yourself?

Membuat point-point seperti ini, ternyata membantu kita untuk lebih percaya diri, dan merasa jauh lebih baik. Cobalah, buat pointer seperti ini menurut versi dirimu pribadi. Semoga membantu, dan bermanfaat :)


______________________________


Magelang, 07 Juli 2021

copyright : www.bianglalahijrah.com 

0 Komentar