Dale Carnegie dalam bukunya menjelaskan bahwa penyebab sembuhnya seseorang dari masalah penyakit jiwa kadang kala bukan karena diobati oleh psikiater. Tetapi karena kesediaan psikiater untuk mendengarkan curhat pasiennya. Keterbukaan sang pasien untuk berbagi kisah pribadinya mampu mengurangi beban psikis secara tak langsung dan mendukung proses penyembuhan. Bagi pasien gangguan kesehatan jiwa, psikiater tentu adalah orang yang bisa dijadikan tempat mengeluarkan rahasia atau kisah kelam yang selama ini mendera batinnya.

Tetapi di luar sana, ada orang-orang yang tak memiliki dukungan tersebut. Ia berjuang sendiri mati-matian untuk bisa hidup normal kendati bermasalah dengan mentalnya. Apa kemudian curhat ke orang terdekat menjadi solusi? Tidak selalu. Beberapa orang justru akan terkesan menghindar, mengucilkan, tak sedikit yang berkomentar negatif, bahkan memberikan label yang justru menambah rasa trauma bagi penderita gangguan kesehatan mental.

Salah seorang teman di dunia literasi membagi kisah perjuangannya untuk sembuh dari Bipolar Disorder. Tak sekali, dua kali, keputusan untuk mengakhiri hidup terpintas dalam pikiran. Tetapi melalui tulisan yang ia posting di platform blognya, ia bercerita dengan jujur hal apa saja yang dihadapi oleh orang-orang dengan Bipolar. Dukungan pun datang dari mereka yang kemudian menunjukkan rasa peduli dan memberikan support.

Menulis bisa menjadi sarana yang tepat untuk membebaskan diri dari deraan batin hingga mengurangi aktivitas Amygdala.

Dr. Matthew Lieberman seorang ahli saraf di Universitas California, membuktikan keampuhan terapi menulis ini. Ia menemukan kondisi ketika menulis, menuangkan uneg-uneg ke dalam bentuk tulisan, akan mengurangi aktivitas Amygdala. Yaitu bagian otak yang terhubung langsung dengan emosi, ketakutan, dan dapat meningkatkan aktivitas bagian depan korteks, pengatur pikiran. Dengan lebih banyak menulis maka emosi jiwa akan menurunkan tekanan pada otak dan membangun kesehatan mental.

Hal itu pula yang dilakukan oleh John Mulligan di usia 49 tahun ia berhasil menelurkan sebuah novel berjudul "Shopping Cart Soldiers". Novel tersebut adalah buah dari pengalaman buruknya selama di medan perang. Dari kegiatan menulis, Mulligan akhirnya tersadar bahwa menorehkan pengalaman buruk masa lampau ke dalam bentuk tulisan terbukti sangat efektif dalam membantunya memiliki pikiran yang lebih jernih dan mengembalikan semangat hidupnya. Mulligan berhasil memindahkan pengalaman buruknya di medan jagal Vietnam dalam bentuk kata-kata.

Ketika membaca curahan hati temanku, aku memahami bahwa ia sedang berupaya untuk mengatakan pada dunia bahwa dirinya sungguh berjuang. Bagi penderita Bipolar, dengan suasana hati yang naik turun tak menentu, labil adalah label yang mengecilkan diri mereka. Karena itu, menulis adalah cara untuk menerima diri sendiri dengan segala apa yang dihadapinya saat ini.

Penerimaan terhadap diri sendiri sangat penting untuk bisa menemukan jalan kesembuhan.

Aku juga mengenal seorang gadis yang kala itu masih berusia tigabelas tahun. Tatkala di ambang keputusasaan karena kenyataan hidup yang menampar telak, gadis ini pernah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menenggak pil. Beruntung sebab nyawanya masih tertolong. Apa yang membuat gadis sebelia itu memutuskan tindakan riskan yang sangat keliru untuk mengakhiri hidup?

Perasaan sendiri, tertekan, terintimidasi oleh orang-orang sekitar, hilangnya dukungan dari pihak orangtua maupun keluarga, serta perasaan tak berarti. Tetapi kemudian, ia tak ingin tenggelam lebih lama dengan depresi dan tekanan batin yang mendera.

Dimulai dengan buku harian, ia mulai menuliskan hal-hal terberat yang membebani hidupnya. Rasa sakit yang tak dimengerti orang lain. Juga pemikiran, pendapat, isi hati yang tak tersampaikan lewat lisan, semua ia tulis dalam buku diarinya. Setiap hari tak ada yang terlewat tanpa menulis di buku harian. Puncak dari rutinitas menulis itu, ada sebagian rasa lega yang menumbuhkan optimisme baru.

Ya, gadis ini pun berhasil melawan trauma melalui terapi menulis buku harian.

Baru-baru ini sebuah film menggemparkan jagad pecinta box office. Kemudian bermunculan banyak review tentang Joker dan kaitannya dengan masalah kesehatan mental.

Apa yang dialami tokoh utama dalam film Joker adalah penggambaran yang juga terjadi di kehidupan nyata. Tak semua kisah dan tokoh serupa terangkat ke permukaan. Tetapi ada banyak orang yang seputus asa Arthur Fleck dalam menjalani hidup yang acap kali tak sejalan dengan harapan. Mereka putus asa, stress, depresi, mengalami gejala gangguan mental, tetapi justru penolakan lah yang mereka terima bukannya sebuah dukungan. Semoga tak perlu lagi ada Joker-Joker yang lain.

Tahun ini, tepatnya 10 Oktober lalu yang memang diperingati sebagai hari Kesehatan Jiwa Sedunia, World Health Organization (WHO) menyuluh kepada kita semua untuk mulai peduli dengan persoalan kesehatan jiwa berikut orang-orang yang berjuang dengan masalah tersebut. Dilansir dari sebuah artikel, bunuh diri menjadi tingkat kematian nomor dua setelah kecelakaan. 90% orang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah imbas dari depresi berkepanjangan.

Lewat tantangan 40 seconds of action, kita semua bisa memberikan peran dan kontribusi pada orang-orang di sekitar kita. Di mulai dari orang terdekat, lewat hal-hal kecil yang bisa meringankan beban orang lain. Perlu dipahami bahwa stress hingga tahap depresi akut bisa dialami oleh siapapun, terlepas apa pun pangkat dan profesinya.

Lewat postingan kali ini, aku pribadi mengajak teman-teman yang saat ini tengah berjuang sembuh untuk mulai menggerakkan kebiasaan menulis sebagai terapi. Menulis lah untuk sembuh, sebagai terapi melepas beban yang menghimpit. Juga untuk melepaskan rasa sakit melalui tulisan yang tertuang. Jadi bukan sebagai pengingat luka tetapi ruang mengekspresikan diri lebih baik.

Sampaikan pada dunia, bahwa kalian berjuang sembuh. Kalian tak seburuk stigma yang beredar di masyarakat awam. Kalian adalah manusia yang juga berhak dimanusiakan.

Melalui tulisan, sampaikan suara pikiran kalian. Suarakan isi hati kalian. Mulai lah banyak hal positif dengan menulis dan terus percaya bahwa sembuh adalah keniscayaan, bukan mustahil.

Ingat Britney Spears? Sang Bintang ini pun pernah dirawat di panti rehabilitasi karena stress. Selama menjalani masa rehabilitasi, Britney banyak menulis di buku harian. Tentang hal-hal pribadi yang terjadi di dalam kehidupannya. Berikut permintaan maaf yang ia tujukan untuk orang-orang di dalam hidupnya.

Menulis, ternyata bisa menjadi terapi tersendiri. Maka, menulislah. Berproses untuk sembuh melalui tulisan. Entah itu menulis di buku harian. Atau seperti yang dilakukan temanku, dengan menulis blog dan membagi kisahnya kepada banyak orang.

Mereka yang tak paham akan mudah menghakimi. Tetapi mereka yang paham akan mengerti lebih baik dan mulai merangkul.

Menulis lah, jangan berpikir bagaimana cara memulainya. Tulis saja apa yang tersirat di benak saat itu juga. Seolah kalian tengah bercerita pada diri sendiri. Selamat memperingati World Mental Health Day. Seluruh dunia tertuju padamu, you're not alone.


#40seconds #40secondsofaction #WorldMentalHealthDay

Referensi : 
- The Miracle of Writing oleh M. Iqbal Dawami
- Raih Impianmu dengan Catatan Harian oleh Bambang Prakuso

_________________________________

Magelang, 12 Oktober 2019
Copyright : @bianglalahijrah

lahir dari kepedulian, teruntukmu.. terus lah berjuang! :)

2 Komentar

  1. Bisa di coba nih, saya punya pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan hingga remaja. Saya merasa sendiri dan tidak mendapat dukungan sekitar. Alhamdulillah sekarang saya sudah bahagia, tetapi masih saja menangis bila ingat masa lalu.... saya ingin menerima masa lalu saya.... sehingga tidak ada beban dan saya jadi sehat jasmani rohani.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masyaa Allah, semoga postingan ini bermanfaat ya mbak. Sekiranya mbak Nurhayati bisa menuangkan semua pengalaman itu ke dalam bentuk tulisan, insyaa Allah akan menjadi lebih lapang. Diniatkan bahwa menulis bukan untuk mengingat luka, jika sekiranya ada hal baik yang dapat dibagi kepada orang lain melalui kisah pribadi, mengapa tidak? Semoga dengan menuliskannya, hati kita menjadi lapang, dan ada orang yang terbantu dengan itu. Tetap semangat ya :)

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)