Seseorang pernah datang dan bertanya kepada Rasulullah saw, “Siapa yang lebih diutamakan (untuk menerima) perbuatan baikku?” Nabi menjawab “Ibumu”, “setelah itu siapa lagi?”, “Ibumu”, “setelah itu siapa lagi?”, “Ibumu”, “setelah itu siapa lagi", "Bapakmu.” (HR Mutafaq ‘alaih)

Tadi sore, aku tak sengaja membuka satu folder di laptop yang berisikan foto-foto Aidan sewaktu masih bayi. Speechless tentu saja. Aidan yang saat itu berada tak jauh dariku, mendekat setelah dipanggil. Aidan sendiri hanya memaku menatap foto-foto bayi yang ia sebut sebagai 'dedek'. Kujelaskan bahwa dedek yang dimaksud adalah dirinya ketika baru lahir dari rentang usia newborn hingga sekian bulan.

Haru sekali, tetiba rasa rindu menyergap begitu saja. Rindu pada bayi merah yang dulu begitu tenang dalam penjagaan. Rindu pada malam-malam panjang ketika harus menyusui Aidan tiap dua jam sekali, atau terbangun hanya untuk mengganti popok bayi yang tak bisa tidur nyenyak karena risih terhadap basah. Rindu ketika Aidan menarik-narik kerudung maupun kerah baju ibunya ketika hendak menyusu. Tak jarang aku menggodanya terlebih dulu. Dengan membiarkannya merengek, hingga menangis kesal. Saat menyusui, sembari mengelus-elus kepala ananda maka aku akan melangitkan doa-doa terbaik.

Aidan Fayyadh Al-Fatih yang kini telah balita. Waktu berjalan begitu cepat. 1 Mei mendatang usianya akan genap empat tahun. Semakin dekat saja waktu di mana aku harus belajar terbiasa ketika Aidan tak sepanjang hari akan di rumah. Entah berada di sekolah, di tempat bermain, atau tempat-tempat lainnya. Aku tentu tak bisa selamanya mematut Aidan dalam dekapanku seperti bayi yang masih menyusu.

Walau terasa baru kemarin, berjuang di enam jam proses persalinan yang seakan menghabiskan sepanjang malam demi menyambutnya lahir ke dunia. Hari ini, aku bahkan sudah harus bersiap mengantarnya ke gerbang sekolah. Berbagi dunianya dengan sebagian orang di luar sana yang tentu tetap ia butuhkan di sepanjang masa tumbuh kembangnya.

Aku bertanya-tanya, apa ibu yang cerewet ini bisa betah berpisah lama dari anaknya setiap hari? Di rumah, barangkali aku satu-satunya yang paling cerewet pada Aidan. Iya pun ada nada suara yang meninggi, tak pernah menembus hati untuk tega melukai perasaan ananda. Orang lain menilai kegalakan ibu sesuatu yang keliru, padahal galak tak melulu berarti jahat atau berang. Galaknya seorang ibu tak lebih dari bias kekhawatiran atau bahkan percikan dari rasa cinta yang dimilikinya.

Aidan anakku, yang tak lama lagi akan memiliki beberapa dunia lain di luar sana. Dunia yang tentu saja jauh lebih berwarna, memiliki banyak teman, masa kanak-kanak yang menyenangkan, ketimbang hanya menghabiskan waktu bermain di rumah. Barangkali orangtuanya pula yang harus pandai menyelaraskan waktu untuk mengajak ananda kami melancong seperti biasa nantinya.

Berat tentu, tetapi setiap ibu harus melewati fase ini demi kebaikan ananda. Setiap ibu harus rela berbagi dunia anaknya dan menerima ketika ananda memang semestinya terus tumbuh mengikuti tahap usianya. Dari anak-anak ke remaja hingga dewasa. Siapapun tahu, anak-anak yang terlahir di pangkuan kita hari ini, tak selamanya akan menjadi bocah yang merengek meminta susu atau sangu. Cepat atau lambat mereka adalah manusia independent, akan mandiri pada saatnya tiba.

Anak-anak yang hari ini susah payah dijaga, dirawat, dan dibesarkan sepenuh hati.. esok atau lusa akan melangkahkan kaki ke dunia luar. Kita hanya perlu untuk memayungi mereka dengan doa. Memeluk mereka lewat untaian asa yang melangit pada Sang Pencipta, ke manapun kaki ananda melangkah nantinya. Pun, mempersiapkan sebaik-baik bekal bagi mereka dengan didikan terbaik dari dalam rumah dan lingkup keluarga.

Membayangkan saat itu akan datang, rasanya menyayangkan diri jika ketika ananda masih ditimang-timang dalam gendongan, kita tak betul-betul menjadi sosok yang utuh untuknya. Entah ketika harus meninggalkan ananda untuk bekerja, atau kendati berjibaku di rumah tetapi kebersamaan yang dibangun tak terbentuk dengan patut.

Setahun lewat, aku pernah menulis tentang perlu atau tidaknya pendidikan anak di usia dini. Tak hanya membaca buku-buku bertajuk parenting. Beberapa channel youtube yang menyediakan video seputar tema parenting dan pendidikan anak usia dini pun tak luput menjadi tontonanku waktu itu. Aku begitu penasaran sekaligus dilema, antara menyekolahkan dini atau nanti. Meski pada akhirnya, aku dan suami sepakat untuk menunda waktu Aidan membaur di sekolah pendidikan anak usia dini. Tentu saja pembelajaran tak berhenti begitu saja, ini justru menjadi PR besar. Itu berarti kami harus menyatukan visi dan misi dalam soal mendidik anak walau kerap berbeda pendapat. Pengajaran yang dirasa efektif pelan-pelan dijajal dan diterapkan langsung di rumah.

Membeli buku-buku bacaan khusus anak dan kegiatan mendongeng pun dilakukan. Permainan bersifat edukasi mulai dikoleksi kendati balita kreatif ini selalu punya ide untuk mendedel mainannya. Aidan menjadi balita yang akrab dengan toko buku, satu-satunya tempat favorit yang akan kami kunjungi selain destinasi wisata saat traveling.

Fakta jika untuk menjadi orangtua yang baik tak pernah ada sekolah khusus selain komunitas tertentu yang menghadirkan pakar di bidang ini. Kemauan untuk belajarlah yang menjadi penyokong bahwa perubahan harus dimulai dari dalam diri sendiri. Sama halnya ketika mendamba ananda yang shaleh atau shalelah, itu berarti orangtuanya harus terlebih dulu menshalehkan dirinya. Terutama bagi seorang ibu, ketika tonggak peradaban berada padanya. Di tangan seorang ibu, ribuan bahkan jutaan pemimpin arif kan terlahir lewat tempaan didikan yang juga bernafaskan Islami. Di tangan seorang ibu, sebuah peradaban baik akan terbentuk. Bermula dari rumahnya, bermula dari anak-anak yang berada dalam pengasuhannya, bermula dari kiprahnya di tengah masyarakat.

Seorang ibu adalah arsitek peradaban lewat peran pentingnya di tengah keluarga maupun lingkungan sekitar. Tak dipungkiri para ulama termashyur seperti Imam Asy-Syafi'i beserta Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah buah dari para ibu hebat nan shalehah. Oleh karena itu, kiprah di dalam keluarga sudah seharusnya tak menyurutkan langkah untuk senantiasa bertholabul 'ilmi. Menyadari bahwa kapasitas dalam diri hanya akan ter-upgrade ketika diisi dengan ilmu pengetahun yang tak hanya berorientasikan duniawi melainkan pula akhirat.

Sungguh, beruntunglah para ibu yang senantiasa memupuk semangat diri untuk belajar dan berbenah dalam menjadi sebaik-baik madrasatul 'ula. Aku sendiri masih terus berusaha. Agar predikat yang Allah beri dapat benar-benar dipertanggungjawabkan. Agar diri dapat menjadi ibu yang sebaik mungkin dalam menjalankan amanah-Nya, hingga layak tatkala syurga disandingkan di bawah telapak kaki.

Begitu tinggi Allah tempatkan seorang ibu tatkala bakti seorang anak harus pula mendahulukan ibunya baru kemudian sang bapak. Bahkan nama ibu disebut sebanyak tiga kali. Maka sudah sepatutnya lah setiap ibu berlomba bukan untuk memperbagus penampilan saja, melainkan akhlak yang lebih utama. Bukan untuk memperhalus rias wajah, melainkan tutur kata. Bukan dengan menambah koleksi apa yang masih kurang di dalam lemari, melainkan terus mengasah diri dengan kemauan belajar tanpa henti. Sebab menjadi ibu tak pernah ada sekolahnya, tetapi mendidik anak jelas membutuhkan ilmu. Ilmu yang tak sedikit. Ilmu yang menjadikan diri kian tunduk pada perintah-Nya beserta menjauhi larangan-Nya. Takzim mendidik buah hati tercinta berlandaskan ridho Allah semata beserta ketakwaan.

Juga senantiasa berpasangka baik pada ketetapan Allah, teriring doa agar anak-anak kita menjadi pribadi yang tak hanya shaleh melainkan pula mushlih. Mampu mengajak orang lain untuk menjadi shaleh. Keshalehan yang tak hanya bermanfaat untuk dirinya pribadi, melainkan pula orang lain. Aamiin yaa mujiibassailin. Tabarakallah.
____________________

Magelang, 14 April 2019
Copyright : @bianglalahijrah
[Image Source : Julianna Margulies]

I write to remind my self..

2 Komentar

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)