Assalamualaikum, mungkin sedikit terlambat untuk mengucapkan "Taqobbalallahu minna wa minkum, selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin". Ramadhan benar-benar sudah berlalu dengan cepat. Selain itu, semarak berlebaran juga semakin redup. Barangkali di beberapa tempat bahkan sudah usai.

Terlebih dengan rutinitas yang kembali ke sedia kala. Kantor-kantor sudah mulai beroperasi. Salah satunya kantor suami yang mulai masuk Senin lalu. Aku sendiri kembali dengan baju dinas ala ibu rumah tangga, walau tak identik dengan daster. Karena seumur hidup memang belum pernah punya daster 😅 ah lupakan daster

Kayaknya cukup lama nggak nulis di blog. Kisaran satu bulan mungkin. Kesibukan di bulan puasa memang menyita banyak waktu. Dari berbuka ke sahur sampai berbuka lagi. Pun menjelang persiapan mudik ke mertua. Kesempatan untuk ngelirik blog, instagram, wadah yang selama ini jadi ruang untuk menulis juga teralihkan.

Banyak ide yang menguap begitu saja. Meski beberapa ada yang sempat aku tulis di note pad. Buku saku. Bahkan di grup WA yang anggotanya hanya aku sendiri. Jadi grup ini memang sengaja aku buat di whatsapp untuk menampung catatan-catatan yang kuanggap penting. Baik itu quote motivasi. Sinopsis pendek untuk ide tulisan. Barangkali catatan bond juga hahaha. Emak-emak mah gitu..

Sayangnya, meski ide yang tadinya muncul tiba-tiba dan sudah kuamankan lewat catatan. Tetap saja untuk mulai menulis seperti butuh mood khusus. Jadi, tak jarang catatan itu hanya menjadi draf yang kemudian terbengkalai. Kebiasaan buruk nih. Tapi pelajaran baiknya, jangan menunda-nunda untuk menulis. Jika masih bisa diusahakan, segera tulis sebelum ide raib.

Tapi kalau memang keadaan tidak memungkinkan, simpan ide dalam catatan yang kapan waktu bisa kita kembangkan menjadi tulisan utuh. Hanya saja, jangan kelamaan disimpan sementara tak juga diolah. Karena takutnya, begitu mau nulis kita kehilangan momentum dari draf yang sudah kita buat tadinya. Apa itu momentum? Kalau nggak salah ingat, seperti penjelasan pak Isa Alamsyah. Momentum itu adalah ruh dari tulisan kita nantinya. Yang membuat tulisan kita tak sekedar bisa dibaca, tetapi benar-benar meninggalkan bekas di hati pembaca.

Feel yang sulit terlupa. Kamu tentunya pernah membaca sebuah cerita dan kamu masih saja ingat meski sudah lama sekali. Kamu masih ingat dengan alur bahkan ending kisahnya. Kamu masih ingat sama karakter yang ada di dalam cerita tersebut. Jadi, kalau memang nggak punya waktu buat nulis. Simpan di draft dan segera tulis begitu ada kesempatan untuk menulis. Karena memang kesempatan itu kayaknya kita yang menciptakan sendiri. Sebab ada kesempatan pun tak jarang dijeda karena rasa malas. Iya kan? 😅

Ini cubitan untuk diri sendiri, semoga saja bermanfaat buat teman-teman.

Dan, sebelum Juni berganti Juli. Ada baiknya memperbaharui tekad yang ada di dalam diri :)

Dua hari yang lalu, aku membuat catatan penting di buku saku milikku. Ada beberapa daftar mimpi, target, dari planning yang kubuat untuk jangka 2018-2019 mendatang. Aku merasa resolusi impian ini seperti menuntunku dengan sendirinya untuk menemukan jalan. Satu persatu yang dulunya hanya berupa keinginan yang tertulis, Allah mudahkan untuk terijabah.


Tak terhitung berapa banyak keinginan yang Allah perkenankan. Dari keinginan kecil hingga keinginan besar. Walau masih ada beberapa mimpi besar yang belum bisa terpenuhi saat ini. Hanya belum. Sebab yang kuyakini, setiap doa, setiap mimpi, memiliki waktunya masing-masing. Jika kemarin belum, bisa jadi hari ini. Jika hari ini belum, bisa jadi besok. Bisa jadi juga lusa. Atau di waktu-waktu yang tak pernah kita tahu, namun yang terbaik menurut Allah.

Sebab jika setiap keinginan terwujud dengan mudah. Kita takkan tahu nikmat berjuang dan memperjuangkan sesuatu hal sebelum benar-benar bisa dimiliki. Barangkali kita juga akan kekurangan syukur dan mudah membuang nikmat tersebut. Mungkin juga kita takkan bisa menjadi pejuang tangguh yang bersungguh-sungguh dalam meraih mimpi itu bersama keyakinan terhadap ketetapan Allah.

Karena jika setiap keinginan terwujud sangat mudah. Setiap orang akan jadi pemalas dan semakin senang menunda-nunda segala sesuatu yang ada di hidupnya. Nggak percaya? Ada tantangan saja, dikasih kesulitan saja, seringnya kita tertahan di satu tempat yang sama karena kebiasaan malas dan menunda untuk bergerak cepat. Gimana kalau setiap keinginan kita selalu dipermudah?

Self remind, sekali lagi ini pengingat untuk diri sendiri yang kadangkala masih ditengarai rasa malas. Hanya saja, jika hari ini aku atau kamu masih bisa berdiri tegak dan menjadi sebaik-baik siapa kita hari ini.. itu tak lepas dari pertolongan dan kebaikan Allah untuk tiap-tiap doa juga harap yang terijabah.

Setidaknya, ada fase jatuh bangun yang pernah dilewati. Rasa sakit, sulit, tetapi dari sana kita akan belajar banyak hal yang tak akan diperoleh jika jalan yang kita lalui hanya mulus-mulus saja. Terkadang, kita tumbuh besar bukan karena kemudahan-kemudahan yang memang telah menjamin sejak awal.

Tetapi kita menjadi besar karena apa yang sudah menempa kita dengan airmata, rasa sakit, perjuangan yang tak sedikit. Hal-hal yang membuat kita semakin tegar. Semakin kuat. Bahkan lebih bijaksana. Ini tak sekedar jadi kata-kata yang barangkali indah dan ber-energi. Percayalah, aku pernah ada di fase-fase saat orang lain mungkin sedang menikmati hidup dengan mudah.

Hari ini, aku justru bersyukur dengan kesulitan juga rasa sakit yang pernah menempaku sejak awal. Dan ternyata benar, kesakitan kita terdahulu.. akan ada waktu di mana kita justru akan sangat mensyukurinya sebagai hikmah terbaik seumur hidup.

Intinya, setiap saat yang dilalui. Jangan bosan untuk berbenah. Perbaharui niat, memantapkan langkah, menetapkan tuju, selama tetap Allah yang menjadi sandaran di setiap keinginan dan ikhtiar yang dikerahkan.

*Believe in something that cannot be seen by eyes.*
Semoga bermanfaat :)

© @bianglalahijrah_
Magelang, Jumuah Mubaraq, 29 Juni 2018

0 Komentar