Menunggu pukul 21.00 untuk live IG bersama Kak Pishi. Aku tergerak untuk menulis postingan ini usai membaca sebuah utas yang melintas di beranda mayaku. Di postingan sebelumnya aku membahas sedikit tentang full moon beserta energi pelepasannya yang begitu kuat. Aku yang sebelumnya mengalami siklus bulan merah dan ter-trigger besar-besaran, di full moon kali ini justru terasa jauh lebih stabil. Jika kamu membaca postinganku sebelum ini, moment purnama di portal 11.11 seperti pelepasan kulit habis-habisan. Dipaksa ganti kulit; sakitnya jangan ditanya.

Bukan hanya trauma saja yang direlease, tetapi tubuh juga ikut melepas energi lama yang sekian tahun mengendap hingga tanpa sadar membebani. Entah apa ada hubungannya atau tidak dengan perasaan tenang yang kurasakan saat ini. Sebab emosi besar itu sudah kurilis di purnama sebelumnya, jadi bisa dibilang aku diberi waktu tenang untuk hening dan menyelam lagi ke dalam diri pada purnama kali ini.

Sungguh, perjalanan pulih itu bukan PR sekali duduk. 2020-2021 aku pikir, semua pengalaman itu sudah kulepas ketika mendatangi berbagai sesi konseling/psikoterapi bersama psikolog & psikiater. Aku berpikir, aku sudah mendamaikan seluruh gemuruh itu di dalam sana. Tapi justru, itu baru permulaan kecil. Di tahun penyelesaian karma ini, aku dihadapkan ulang pada trauma-trauma itu tanpa berkesempatan mengelak.

Tahun ular kayu ini, bukan hanya aku; rasanya setiap orang sedang dihadapkan dengan "pergantian kulit" itu entah siap atau tidak, mau atau tidak.

Apapun yang tak lagi selaras, akan dipaksa lepas.

Apapun yang tak lagi relevan, sudah waktunya untuk ditanggalkan.

Kita; perlahan tapi pasti seperti dihadapkan pada pilihan untuk kembali menjadi diri yang otentik. Bukan lagi "siapa dia" yang selama ini susah payah kita citrakan ke mata dunia.

Ada kegelisahan yang tak terjelaskan, sebab gemanya bukan tentang sesuatu yang salah di luar sana. Justru suara jiwa dari kedalaman diri, yang memanggil kita pulang; dan kembali pada diri sejati yang selama ini memang tak pernah benar-benar hilang atau pun pergi.

Hubungan yang semula terlihat tenang, nyaman, pondasinya kuat, ternyata seperti cermin yang memantulkan ulang luka-luka yang selama ini tak pernah benar-benar dihadapi oleh setiap pasangan. Tahun ini kita banyak menerima kabar perceraian, bahkan dari figur/tokoh yang semestinya tidak masuk hitungan.

Aku sendiri, memaknai 2025 ini dengan tahun bertransformasi ulang. Jika sebelumnya seekor kupu-kupu yang hanya berani terbang di dalam ruangan sekat berkaca. Kali ini, si kupu-kupu mulai berani mengepakkan sayap dan keluar dari rumah kaca yang selama ini membatasi geraknya.

Ada refleksi mendalam di tiap purnama tahun ini. Trigger jiwa menampar keras, luka yang dipaksa bisu berteriak dengan cara berbeda. Tak bergema, tak memiliki gaung, tapi dalam senyap ia menguliti setiap lapis pertahanan diri yang tak tersentuh selama ini.

Ada kesadaran yang terbangun. Spiritualitas yang baru diketahui istilahnya; tak lebih dari perjalanan jiwa anak manusia yang kembali menghamba pada pencipta-Nya. Tapi ini bukan tentang ritual penghambaan. Lebih dalam dari itu. Ini lebih dari sekadar esensi yang acap diucapkan seorang pakar dalam retorikanya.

Ada ego yang dipaksa runtuh. "Aku lama" dihadapkan pada realitas bahwa ia pun hanya gema dari ilusi yang dibangun sendiri.

Jadi, di moment Cold Moon penghujung tahun ini.. apa yang akan kamu lepas?

Kalau dalam konteks spiritual, Desember dengan fenomena kehadiran Cold Moon (Bulan dingin/bulan purnama terakhir di bulan Desember) dikaitkan dengan energi pelepasan, introspeksi, dan refleksi yang mendalam. Karena itu, hari ini sebagai momentum yang tepat untuk mempersiapkan diri dalam menyambut siklus baru di tahun 2026 mendatang.

Tapi sebelum itu, ada yang harus kita lepas. Ada yang harus diselesaikan. Ada yang harus ditutup. Tutup buku lama, sebelum halaman baru siap terbuka. Apakah kamu siap?

Siap untuk berserah dan memanfaatkan energi pembersihan/pelepasan: dengan melepaskan beban emosional yang mungkin sudah terpendam sangat lama. Termasuk diantaranya; hal-hal yang tak lagi selaras untuk pertumbuhanmu saat ini. Kejadian/kesalahan di masa lalu, yang mungkin beban energinya masih terbawa hingga sekarang. 

Penyesalan apa yang masih kamu bawa hingga saat ini? Mungkin sudah waktunya melepaskan itu semua. Membersihkan wadah di dalam diri, juga berarti kita siap untuk menerima energi baru masuk ke dalamnya. Bukan lagi energi lama yang bahkan tak mendukung jiwamu bertumbuh ke arah yang lebih baik. Lepaskan apapun yang tak semestinya ditahan dan menghambat kemajuanmu. Lepaskan, apapun yang membebani rasa dan memberatkan dada. Kita sedang memurnikan energi diri sebelum memasuki siklus baru di tahun 2026.

Apa yang ingin kamu refleksikan di purnama kali ini? Cold Moon sebagai tanda datangnya musim dingin di belahan bumi bagian utara, yang juga identik akan ketenangan serta keheningan. Mungkin, ini momentum yang tepat untuk sejenak berhenti menyibukkan diri. Kamu sudah terlalu lama menghindar dari hal-hal yang semestinya dihadapi.

Sudah waktunya; duduk dalam hening, bernapas dengan sadar, pelan-pelan masuk ke dalam diri. Menengok lagi, pembelajaran yang terbentang dari tahun-tahun yang terlampaui di belakang sana. Sudah sekian tahun berlalu, tanpa terasa. Yang kurasakan ketika merefleksikan beberapa pengalaman tak menyenangkan bukan tentang membuka ulang kisah dan rasa sakitnya, tapi untuk memahami apa pesan yang ada di baliknya.

Kita duduk di sini. Menyapa diri. Bernapas dengan tenang, merasakan hangat saat napas itu terhembus keluar. Merasai dingin ketika oksigen tertarik pelan mengaliri seisi rongga pernapasan kita. Menarik energi positif dari alam sekitar saat tarikan bermula, melepas energi negatif/beban lama yang tak lagi harus kau bawa untuk seterusnya. Lepaskan.. sekali lagi mari kita lepaskan itu. Mengundang kejernihan untuk hadir ke dalam pikiran, keruh yang semula riuh berganti ketenangan.

Kita siap untuk awal yang baru. Esok hari, kita akan memulai lembaran dengan versi diri yang lebih otentik. Malam ini, kita dengan sadar melepas energi lama untuk menyediakan ruang bagi awal yang baru. Kita siap memanifestasikan doa, impian, harapan, untuk tahun-tahun selanjutnya dengan pikiran yang lebih jernih. Bukan lagi ego atau luka yang berbicara di baliknya. 

Cold Moon adalah supermoon sebab ia tampak lebih terang sekaligus lebih dekat dari fenomena full moon di bulan-bulan sebelumnya. Sehingga, ada energi yang memperkuat intuisi/wawasan spiritual seseorang. Akhir-akhir ini mimpiku menjadi semakin jelas. Ada yang serupa bunga tidur saja. Ada yang terasa seperti pesan-pesan sekaligus alarm dari semesta. Energi bulan dingin katanya membantu kita untuk memperoleh kejelasan emosional.

Ini juga tentang ketahanan/kekuatan internal yang dimiliki oleh diri untuk melewati masa-masa sulitnya. Seperti halnya alam yang tahu bagaimana cara beradaptasi dengan dingin/cuaca ekstrem. Semoga kita yang tahun ini sudah tertempa habis-habisan, telah mengantongi amunisi yang lebih dari cukup untuk menyambut siklus permulaan di tahun baru 2026 dengan babak baru sepenuhnya. Dengan energi yang lebih ringan, pun positif. Bukan berarti menolak kenegatifan, tentu hal itu masih akan ada; setidaknya kita punya pembeda. Kita bukan lagi sosok sebelumnya, kita bertumbuh menjadi versi terbaik diri insyaa Allah; yang memiliki filter bernama kesadaran.

Desember ini, khususnya malam ini. Mari fokus untuk menyelesaikan siklus apa yang belum selesai agar tak perlu menjalani pola berulang di 2026 mendatang. Mari menemukan kedamaian dalam keheningan di bawah terang cahaya bulan purnama meski langit tengah berarak mendung. Kita secara jiwa, spiritual, maupun tubuh fisik ini, siap untuk adanya pembaruan dan perubahan baik ke arah yang berarti; segala yang bermuara pada-Nya.

Menjadi diri yang kian otentik. Kian selaras dengan diri sendiri, pun alam semesta. Berselaras dengan-Nya; pemilik diri, juga seluruh apa yang ada di dunia ini.

Kemarin aku menulis ini untuk dijadikan voice over dalam reels terbaruku terkait "Melepas yang memang harus dilepaskan.."


Teruntuk kamu yang sudah bertahan dan berhasil melangkah sejauh ini dengan sangat baik

Sudah waktunya... 

Maafkan apa yang telah berlalu di belakang sana

Lepaskan apapun yang tak lagi menjadi bagian dari perjalananmu di masa kini

Bebaskan hatimu dari segala yang menahannya

Terima dirimu dengan sepenuh cinta, berwelas asihlah pada dirimu sendiri

Ikhlaskan segala yang pernah terjadi, agar jiwamu kembali melangkah dengan ringan

Maafkan dirimu atas segala luka dan kekecewaan yang pernah kamu bawa

Lepaskan semua beban itu yang tak lagi layak untuk kamu simpan

Bebaskan jiwamu dari penyesalan yang menahan langkah, dan menyesakkan dada sekian lama

Terima dirimu seapa-adanya, dengan seluruh proses yang masih berlangsung

Dan ikhlaskan segala yang tak bisa kamu perbaiki di belakang sana, agar hatimu kembali 

utuh dan damai ✨️ 

Kamu boleh menangis, sampai beban di dadamu terlepas dan tak lagi merasakan sesak

 

Maafkan, orang-orang yang bahkan tak pernah menyesali apa yang pernah mereka perbuat padamu

Lepaskan, setiap energi yang bukan milikmu. Dari hal-hal yang kau tahan sekian lama, lepaskan semua.

Ikhlaskan apapun yang ada di belakang sana sebab dari itu semua kamu bertumbuh dan belajar dari setiap luka pun peristiwa. Kamu mungkin masih akan mengingatnya, tetapi setidaknya kamu sudah berdamai dengan 'rasa sakit/amarah/kecewa'nya.

Bebaskan rasa yang kau kunci begitu rapat sekian lama, merdekakan jiwa, itu karena kau berada di sini sekarang, saat ini, di masa kini; utuh, bertumbuh dengan baik, kau telah bertransformasi menjadi jiwa baru. Bukan lagi tentang ia yang ingin kau kubur dalam-dalam.

Maafkan, lepaskan, bebaskan, terima, dan ikhlaskan.. apapun itu.


Tepatnya kemarin, aku membuat postingan feed terbaru di akun IG pribadiku (@bianglalahijrah_) dengan caption yang menjadi refleksi cukup dalam. Apalagi ada "Wahai Pemilik Jiwa" dari Opick yang menjadi backsound di postinganku itu. Setiap kali menggeser gambar demi gambar, membaca captionnya, sembari mendengarkan lirik lagu tersebut.. aku spontan menangis tergugu. Perasaan rindu menyusup halus, rindu sekali. Berikut captionnya, semoga bermanfaat 👇👇


Dalam perjalanan batin yang sering kali tak terlihat oleh siapa pun selain diri sendiri, kamu mulai belajar duduk bersama keheningan; mendengarkan suara yang muncul dari ruang terdalam jiwamu. Merasakan bagaimana setiap luka yang dulu dikubur dalam² mulai membuka pintu untuk dipahami, dan bagaimana setiap kegelisahan berubah menjadi cermin yang memantulkan kebenaran yang selama ini dihindari.

Kamu pelan-pelan mengerti bahwa mengenal diri bukanlah tentang menjadi seseorang yang baru; melainkan kembali menyentuh inti diri yang sejak awal begitu murni, kembali menyelami cinta pada Sang Pemilik Jiwa. Bahwa mengenal, mencintai, dan kembali pada Dia bukanlah sebuah perjalanan jauh ke suatu tempat. Ia dekat, lebih dekat dari urat nadi di leher.

Ada kesadaran yang muncul ketika kamu berani menatap diri sendiri dengan jujur, diri yang selama ini sibuk melakoni berbagai peran & lupa pada rupa aslinya. Pada titik terdalam antara kepasrahan dan kejujuran itulah, kamu memeluk kerinduan dan merasai; bahwa Dia selalu ada. Menunggu tanpa tuntutan, membimbing tanpa suara, dan perlahan membawamu pulang kepada diri sejati yang utuh. Menyentuh jiwa yang hanya ingin kembali pada pemiliknya.

Dalam perjalanan batin yang sunyi, kamu belajar menelusuri lorong-lorong dalam diri sendiri. Membuka pintu-pintu bergembok, yang terpasung rasa amarah jauh sebelum itu. Menyentuh luka yang pernah ditolak, memeluk bayangan yang pernah ditakuti, dan perlahan membiarkan setiap bagian dirimu bersuara dengan jujur. Menanggalkan topeng kekuatan padahal ia merapuh tanpa kemurahan-Nya.

Di tengah keheningan itu kamu menyadari bahwa seluruh pencarian yang selama ini dilakukan ke luar ternyata hanyalah gema dari kerinduan jiwa untuk kembali pulang menyebut nama-Nya berulang kali di dalam dada. Kembali mengenal diri sejati yang tak pernah benar² hilang, dan kembali merasakan kehadiran-Nya yang sejak awal bersemayam lembut dalam setiap tarikan napas. Menuntunmu pulang bukan dengan teriakan/pukulan, tetapi dengan cahaya kecil yang terus menyala di kedalaman jiwa.

"Pulang, pulanglah. Kau sudah pernah terlalu jauh..."

"Ya Rabb, sambutlah aku."

✍️ #bianglalahijrah #selfawareness #spiritualjourney


________________________________________


Magelang, 04 Desember 2025

Copyright: www.bianglalahijrah.com 

0 Komentar