Saat pertama kali mengetahui informasi terkait gadis ini, beberapa hari terakhir ia memang kerap muncul di semua time line sosial media bahkan stasiun televisi nasional. Awalnya ada rasa kagum ketika menatap sosoknya membawakan satu buah lagu berjudul Loneliness yang ternyata adalah satu diantara sekian lagu yang telah diciptakannya.

Keren ya, usia 17 tahun bisa menciptakan lagu yang begitu didengar langsung akrab di telinga?

Saking keponya ingin mendengar versi lengkap saat gadis ini membawakan lagu ciptaannya, aku sampai menonton lewat tayangan ulang yang ada di Youtube chanel. Jika biasanya aku bukan tipikal yang kepo maksimal untuk mantengin info-info terbaru terkait selebritis, tetapi sosok kali ini berbeda. Ada yang menarik perhatianku, sampai-sampai berseloroh di hadapan suami saat mengungkapkan kekaguman itu. 

Siapa yang tak mengenal Ariani Nisma Putri atau Putri Ariani yang belakangan ini tengah menjadi topik yang santer dibicarakan setelah lolos di audisi America's Got Talent musim ke-18. Tak tanggung-tanggung, lewat Simon Cowell gadis bersuara emas ini memperoleh Golden Buzzer dan penampilannya saat di AGT sudah ditonton hingga 30 juta kali.

Mengapa tiba-tiba berita tentang Putri begitu menarik perhatian ibu rumah tangga sepertiku?

Sampai-sampai, tatkala tengah mencuci piring, aku tergelitik untuk menulis postingan ini dengan segera di blog. 

Bukan hanya tentang bakat bawaan Putri yang mulai tampak sejak berumur 2 tahun. Bukan juga menyorot kemenangan besar yang Putri raih sebagai penyanyi, beserta sederet prestasi jauh sebelum ia melenggang ke AGT dan membawa pulang Golden Buzzer-nya.

Aku lebih terpaku pada tiga faktor yang melatar belakangi semua kisah luar biasa dari perjalanan hidup Putri sejak awal hingga kini. Ia yang katanya divonis mengalami retinopati prematuritas hingga dinyatakan buta total tatkala masih bayi berusia tiga bulan.

Ia yang harus dilahirkan secara prematur saat kandungan sang ibu baru menginjak 6 bulan 18 hari dikarenakan plasenta previa. Bahkan kendati sempat menjalani operasi pada mata kanannya, Allah ternyata berkehendak lain untuk Putri.

Istimewanya, tiga faktor ini pula yang menjembatani kehidupan Putri untuk menjadi cermin bagi banyak orang di masa sekarang:


1. Putri Ariani dibesarkan di tengah keluarga yang solid

Saat tengah duduk bersama suami, masih terkait Putri Ariani yang lagi-lagi menjadi topik pembicaraan kami.

"Betapa di balik anak yang berbakat, juga ada orangtua yang hebat. Aku salut sama kedua orangtuanya, Yah." Ucapku pada suami. 

Kenapa kok bisa begitu? Kan yang dapat keberhasilan di AGT anak mereka.

Memang benar.

Akan tetapi, ada berapa banyak anak dengan bakat alami di luar sana? Yang barangkali kondisinya seperti Putri, atau bahkan jauh lebih baik dari gadis ini?

Sejak mempelajari fokus ilmu parenting, aku berkali-kali menemukan kalimat penekanan bahwa setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing. Pada diri setiap anak ada fitrah, kebaikan, kelebihan, yang akan menjadi baik jika dipupuk dengan pengasuhan yang baik pula.

Mengingat pendidikan pertama dan yang paling utama juga tak lepas dari peran orangtua, dan lingkup terdekatnya. Maka peran kedua orangtua Putri sudah pasti memiliki andil yang besar dalam membentuk anak perempuan mereka hingga bisa bertumbuh sebaik saat ini.

Bisa jadi bermula dari keikhlasan mereka yang menerima kondisi lahir anaknya yang waktu itu tak cukup bulan. Disusul dengan vonis yang tak siapapun orangtua kehendaki terjadi pada anak yang baru saja dilahirkan. Tetapi kedua orangtua Putri barangkali meletakkan ikhlas dan penerimaan itu sejak kondisi awal anaknya menjadi tamparan yang tak diinginkan.

Terlepas dari pengalaman bully yang katanya juga sempat dialami Putri sebab kekurangan fisik yang ia miliki, aku rasa peran orangtua dan keluarga besarnya benar-benar berhasil menjadi support sistem paling utama. Mereka lah penerang dari dunia yang tak sempat tertangkap oleh lensa mata putrinya.

Andai kata kedua orangtuanya bukan sosok ortu yang sadar, pembelajar, dan mau mengajar dengan hati... nilai-nilai keberanian, kepercayaan diri, motivasi, impian yang tetap Putri miliki kendati dalam keterbatasan fisik, takkan mendasari perjalanan gadis 17 tahun ini hingga bisa bertumbuh melampaui harapan kedua orangtuanya saat ini.

Masyaa Allah ya. Tak hanya audiens yang hadir di AGT yang menangis haru. Kami pun juga berkaca haru saat menonton tayangannya.

Yang ada di dalam benakku, "Lihat betapa adilnya Allah menyertakan kelebihan di balik kekurangan yang ada pada anak manusia. Kekurangan yang barangkali acap dipandang rendah oleh mereka yang kebetulan berfisik sempurna. Akan tetapi Allah memberikan reminder langsung, bahwa sekurang-kurangnya manusia... pasti ada kelebihan/kebaikan yang ia miliki di dalam dirinya."

Itu yang membuatku ikut bersyukur atas pencapaian Putri, dan diam-diam mengangkat dua jempol sekaligus untuk kerja keras kedua orangtuanya dalam menghantar ananda menjadi sang pemimpi yang berhasil meraih impiannya, kendati tak pernah bisa melihat dunia sebaik lensa yang kita punya.

Hebatnya, gadis yang kala tampil di AGT mengenakan hijab berwarna putih, juga berhasil membuktikan bahwa muslimah mampu mencapai karier dan impiannya bahkan di ranah mancanegara sekalipun. Hijab tak pernah menjadi penghalang atau pun pembatas ruang gerak perempuan muslimah.

Jika ada visi dan misi dari Allah untuk diajarkan kepada anak, maka barangkali hal itu pula yang telah diajarkan oleh kedua orangtua Putri pada diri anaknya, bahwa setinggi-tingginya mimpi dan pencapaian yang mampu kita raih... jangan lupakan identitas diri yang sejati; sebagai muslimah, sebagai hamba Allah.

2. Putri Ariani yang memandang kekurangan dalam dirinya bukan batasan untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki

Berangkat dari dukungan orang-orang terdekatnya, suatu privilese yang tak semua anak bisa miliki di luar sana. Salah satunya, diberi dukungan moril dan bahkan materil yang cukup untuk membukakan jalan ke anak tangga pertama. 

Meski begitu, jelas tak ada yang lebih berharga dan sangat berpengaruh pada kepercayaan diri seorang anak ketika orangtuanya dapat hadir memberikan dukungan langsung, bukan sekadar fasilitas yang siap terpakai.

Solidnya, kedua orangtua Putri pasti juga melewati beberapa kendala terkait pengasuhan anak mereka. Tetapi baik Putri juga kedua orangtuanya, mereka tak berhenti untuk terus mengobservasi apa-apa saja yang perlu dilakukan untuk selangkah lebih baik dari sebelumnya. Buktinya, ada hasil yang bisa kita lihat saat ini.

Jika mau dibilang, aku pernah memiliki satu impian dengan kapasitas yang sebenarnya bagus dan akan semakin baik jika terasah. Tetapi ya itu, tak semua anak menerima privilese itu dalam hidup. Ada anak yang harus menelan getun harapan-harapannya untuk dipupus begitu saja.

Jangankan fasilitas yang diberikan untuk mengeksplorasi segenap kemampuan yang dimiliki sehingga kian terasah dengan baik. Bahkan dukungan orangtua pun tak bisa dimiliki.

Maka Putri benar-benar menyadari setiap privilese yang ia peroleh, bukan sebagai alasan untuk berkecil hati atas kondisi yang dialami.

Sekaligus seolah menjadi bukti, ada berapa banyak orang-orang yang berhasil mencapai titik terbaik dalam hidup mereka, justru setelah berangkat dari titik paling terpuruk, paling riskan, paling tak menguntungkan yang pernah mereka hadapi.

Putri berhasil menjadi satu diantara sosok-sosok yang layak kita jadikan cermin untuk berkaca diri.

Bagaimana denganmu yang Allah berikan kesempurnaan fisik?

Yang kesempatan datang padamu tanpa hambatan-hambatan berarti, tetapi sudahkah membuatmu bersyukur dan tetap bersungguh-sungguh sepenuh hati?

Meski tanpa privilese bernama materi sekalipun, setidaknya engkau masih memiliki nikmat untuk menatap berbagai sisi dunia dari lensa yang tak gelap. Sudah semestinya syukur itu mewujud dalam bentuk pencapaian yang melahirkan kebaikan-kebaikan baru lainnya; baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

3. Allah tak pernah keliru memprakarsai takdir anak manusia

Dari orangtua dan keluarga yang solid sebagai support sistem yang dimilikinya. Dari kemauan dan tekad untuk terus belajar dan tak pula mengerdilkan potensi diri lewat kekurangan yang dipunya. Betapa ada iradah Allah yang menggerakkan keduanya.

Kalau sudah berhubungan dengan hikmah, ibrah, dan bukti nyata betapa Allah tak pernah menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia... melainkan pasti ada kebaikan yang menyertainya, maka benarlah semua itu.

Jika dipikir-pikir di balik keberhasilan Putri, kerja keras orangtuanya yang tak pernah sekalipun meninggalkan anaknya dalam keterbatasan yang demikian, semua bertautan untuk suatu tujuan yang dapat diambil sebagai pembelajaran berharga bagi siapapun di luar sana.

Zaman makin ke sini, setelah berjibaku dengan fakta Fatherless Country  yang menempatkan Indonesia pada posisi yang kesekian. Belum lagi pemberitaan miris terkait anak-anak yang meregang nyawa di tangan orangtuanya sendiri sebab tingginya kasus depresi yang terjadi. Kenakalan remaja yang baru-baru ini menewaskan Arya Saputra yang berpulang karena aksi tidak terpuji dari pelajar berinisial T.

Ya Allah miris sekali membaca pemberitaan kian ke sini yang juga menjadi deep reminder bagi diri.

Karenanya, menelaah tiga faktor yang melatar belakangi keberhasilan sosok Putri bagai oase tersendiri.

Memupuk harapan pada diri selaku orangtua untuk banyak-banyak beristighfar. Tak lupa mendoakan kebaikan anak. Pun ditambah dengan ikhtiar untuk terus belajar, karena sebaik-baik pengajaran yang dapat orangtua berikan juga bermula dari diri yang tak bosan-bosannya belajar.

Trial error dalam mengaplikasikan ilmu parenting yang dipunya, tak selalu sesuai dengan tantangan maupun kendala yang ada di depan mata, tetapi acapkali itu semua yang menambah kesadaran orangtua bahwa hasil akhir penentunya adalah ridho dan tawakkal.

Ridho pada kehendak Allah.

Ridho pada diri selaku orangtua yang dituntut untuk terus belajar.

Ridho pada anak-anak yang dalam segala drama, keterbatasan, hambatan, kesulitan sekalipun, anak-anak bukan orang dewasa yang sekali cetak langsung jadi sebagaimana yang kita inginkan. Maka dari itu, kita lah yang tertuntut untuk lebih banyak belajar terlebih dahulu.

Ridho pada hal-hal yang belum sesuai sepanjang menerapkan ilmu-Nya, dengan tak lupa memohon bantuan Allah senantiasa. Agar diri dimudahkan dalam mendidik anak-anak, pun agar anak-anak menjadi mudah tatkala dididik. Aamiin yaa mujiibu.

Terakhir, bertawakkal. Bahwa segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah termasuk anak-anak kita. Kita selaku orangtua, tatkala dititipkan buah hati itu karena Allah percaya kita mampu menjaga dan merawat amanah-Nya dengan baik.

Maka semoga Allah mampukan kita. Ditambahkan keikhlasan, kesabaran, juga penerimaan yang "nothing to lose" dalam menyikapi kekurangan anak-anak kita.

Semua ada di ujung doa dan perkataan orangtua. Bahwasanya anak adalah manifestasi dari berbagai kebaikan dan keshalihan yang terupaya. Semoga Allah bantu dan mudahkan kita. Terkhusus untukku, tulisan ini lahir serupa reminder sekaligus motivasi untuk terus belajar lebih baik lagi. Tak mudah pun bukan berarti tak bisa. Bismillah biidznillah.

Aamiin yaa mujiibassailin.


"Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan, seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, dia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya." (HR Bukhari No. 893 dan Muslim No. 4701)

 

Semoga bermanfaat.


______________________________


Magelang, 14 Juni 2023

Copyright : www.bianglalahijrah.com

0 Komentar