Ketika sedang duduk di teras rumah bersama ananda, ditemani beberapa judul buku cerita yang siap kubacakan. Ada tetangga yang mendekat dan memperhatikan kegiatan kami. Aku melanjutkan bacaan dengan Aidan yang menyimak. Usai membaca satu buku, tetangga tersebut bertanya padaku ".. memangnya anak usia segitu sudah paham, mbak? Kok dibacakan buku cerita?"

Waktu itu Aidan baru berusia tiga tahun. Melihat ananda yang berwajah antusias karena baru saja dibacakan buku cerita, aku menimpali pertanyaan tetangga dengan tersenyum. Aku mengajaknya duduk serta dan memberikan satu buku. Anaknya yang juga sepantaran Aidan bahkan terlihat lebih antusias bertanya pada sang ibu mengenai benda di tangan ibunya.

Baca: Melebihi Apapun, Anak Hanya Butuh Kehadiran Orang Tuanya

Nah, sebenarnya anak-anak punya kebiasaan tertarik pada hal-hal yang menurutnya baru dan terlihat unik. Soal apakah anak itu tipe pembosan atau tidak, kembali pada seberapa tinggi kreatifitas orangtuanya dalam mengemas itu. Karenanya, di akhir postingan aku juga akan memberikan beberapa tips membaca cerita sesuai dengan apa yang telah kami terapkan selama ini.

Kalau dipikir-pikir, tak hanya di lingkup desa atau pun kota besar, masih banyak orangtua yang belum teredukasi mengenai ini. Sebagian masih beranggapan bahwa membacakan buku cerita pada anak sejak dini, bukan bagian yang diperlukan pada tumbuh kembang anak. Padahal ada banyak sekali manfaat positif yang akan diperoleh baik itu bagi orangtuanya maupun anandanya.

Terbiasa membacakan buku cerita terbukti tak hanya membantu mengembangkan kemampuan kognitif pada anak, melainkan pula meningkatkan perkembangan linguistik dan literasi. Secara tak langsung, kita juga membiasakan ananda untuk akrab dengan buku fisik tatkala membacakan buku cerita.

Aku dapat melihat ketertarikan Aidan pada beberapa buku yang kami beli untuknya. Bagi Aidan buku bergambar itu menyenangkan.

Sejak Aidan masih di dalam kandungan, aku menstimulusnya dengan kebiasaan serupa. Kebiasaan membaca ketika sedang hamil. Begitu pula setelah Aidan lahir, di antara banyak tempat yang kami singgahi saat traveling, toko buku selalu menjadi tempat utama yang rutin kami kunjungi setiap bulannya. Awalnya ananda tak tahu menahu, merasa asing dengan tempat ramai yang dikelilingi rak berisi buku-buku. Tetapi niat kami adalah memperkenalkan toko buku yang kelak juga akan menjadi tempat yang familiar dengannya.

Ada satu tempat lagi yang menjadi alternatif selain toko buku, tentunya perpustakaan daerah. Di Magelang, ada ruang khusus bayi atau pun balita di perpus. Di ruangan tersebut ada pojok bermain, pojok baca dengan buku bacaan khusus anak, atribut-atribut yang memang didesain ramah anak.

Saat ini, jika kami berkunjung ke toko buku. Aidan paham bahwa yang kami cari adalah buku bacaan. Ada rak khusus buku-buku anak di lantai dua toko buku langganan kami, Aidan akan senang berkeliling rak dan mengumpulkan apa saja yang ia sukai ke dalam keranjang belanja.

Bermula dari pengenalan sederhana tentang benda bernama buku yang memiliki gambar penuh warna. Membacakan buku cerita. Dan mengajak ananda ke tempat-tempat di mana lautan buku berada. Pelan-pelan ananda mencintai buku dengan caranya sendiri. Ia paham apa itu buku, apa fungsi buku. Dengan sendirinya justru minta dibacakan buku.


Hal yang membuatku takjub tatkala kami meminta ananda untuk membacakan cerita, ia mampu menceritakan ulang cerita yang didengarnya meski dengan versinya sendiri. Ananda menerjemahkan gambar visual yang ada di buku dengan cerita versi imajinasinya.

Aneh jika sampai saat ini masih banyak yang berseloroh betapa minat baca di Indonesia masih sangat kurang. Tetapi sedikit orangtua yang mau menanamkan cinta baca sejak dini pada diri ananda. Ada pepatah Jawa yang mengatakan "witing tresno jalaran soko kulino.." ketika kecintaan datang karena pembiasaan.

Mencintai dunia baca tak serta merta hanya ketertarikan biasa. Ada pembiasaan yang terbentuk seiring waktu, tidak dalam waktu singkat, tetapi bertahap dan tercipta karena interaksi secara terus menerus. Orang dewasa yang terlihat masih memiliki waktu untuk membaca, sebagian besar dari mereka di masa kanak-kanaknya tentu sudah tak asing dengan buku, dan kebiasaan itu tetap berlanjut.

Ini menjadi pekerjaan rumah bagi setiap orangtua, bagaimana menciptakan kondisi yang kondusif bagi anak untuk bisa akrab dengan buku sejak usia dini. Dimulai dari kita orangtuanya. Kita lah yang memberi ruang dan melatih pembiasaan tersebut. Sekalipun ananda belum bisa membaca huruf demi huruf. Terkesan belum mengerti apa-apa. Bukan berarti ia tak merekam. Usia 0 hingga 6 tahun pertama adalah masa golden age anak. Masa keemasan di mana kemampuan otak anak berkembang pesat, anak merekam lebih banyak, menangkap apapun moment yang diterimanya sebagai bagian dari tahap pembelajaran tumbuh kembangnya.

Tak menghabiskan banyak waktu tentu, jika setiap hari kita bisa meluangkan waktu paling sedikit 10-15 menit menjelang tidur atau pun di waktu santai, demi membacakan sebuah buku cerita pada ananda.

Tiffany Munzer menjelaskan bahwa percakapan yang dipimpin oleh orangtua menjadi sangat penting bagi balita karena pembelajaran yang mereka peroleh akan jauh lebih maksimal ketimbang melalui perantara media digital seperti tablet atau gawai. Karena anak tentunya akan memusatkan perhatian langsung kepada orangtuanya, bukan pada gadget. Dan tentu saja hal ini akan lebih membangun kedekatan antara ananda dengan orangtuanya.

Beberapa tips yang kami terapkan selama membacakan buku cerita dan insyaa Allah dapat menumbuhkan kecintaan ananda terhadap buku bacaan :

1. Memilih waktu yang tepat untuk membacakan buku cerita

Hal yang harus dipahami adalah membaca mood anak dan tipe ananda. Ketika ananda sedang letih usai bermain, sedang rewel, atau bahkan tantrum barangkali, tentu akan menolak jika tiba-tiba bunda langsung membacakan buku cerita. Paling tidak pahami waktu yang sesuai dengan kondisi ananda sebelum membacakan buku cerita.

Atur waktu yang jika bisa terjadwal setiap harinya, sehingga anak pun akan paham jika jam tersebut adalah rutinitas membaca untuknya. Ciptakan suasana yang asyik dan menyenangkan.

2. Pilih buku dengan cover dan judul yang menarik

Sebelum membacakan buku cerita, ajak anak untuk melihat cover buku yang akan dibacakan. Jelaskan apa yang ada di cover beserta judul cerita yang akan dibacakan, "Nah kali ini, bunda akan membacakan buku ini. Sampul bukunya bagus ya dek, dan judulnya tentang ( ... ) adek pasti suka."

Tanamkan kalimat positif, menyenangkan, yang akan menggiring ananda untuk pelan-pelan tumbuh rasa lebih antusias dalam menyimak. Ini juga dapat melatih kemampuan fokus atau konsentrasi anak.

3. Bacakan pelan, jangan lupa sertakan mimik dan intonasi yang pas, jangan terlalu datar mengikuti teks pada buku

Saat membacakan cerita, imaginasi anak juga sedang bekerja loh membayangkan apa yang ia dengar dalam versi imaginasinya. Terlebih jika didukung oleh ilustrasi gambar pada buku yang dibaca. Menjadi penting jika intonasi suara juga menyesuaikan dengan tokoh-tokoh yang sedang dibacakan. Jangan semuanya datar. Ada saat kita harus menirukan suara karakter di dalam dialog dengan mimik yang akan mengundang antusias ananda lebih besar.

Apalagi jika ananda tertawa lepas begitu bunda memperagakan apa yang ada di buku tersebut. Membahagiakan bukan? Anak juga belajar untuk lebih ekspresif mengikuti orangtuanya.

4. Usai membacakan buku, jangan tutup begitu saja.

"Yaaaahh, ceritanya sudah tamat nih dek. Adek suka nggak sama ceritanya? Jadi yang bunda bacakan ini tentang si (jelaskan kembali tokoh/karakter dalam cerita) jadi begitu ya dek (beri pemahaman pada ananda mengenai apa yang baru dibaca, hal positif apa yang bunda dan ananda ambil)." Jika perlu tanyakan pada ananda apa yang ia rasakan setelah mendengarkan cerita tersebut.

Kadang, kita akan takjub bahwa ternyata ananda merekam dengan baik dan bisa diajak berdiskusi ringan mengenai bacaan itu :)

5. Bacakan cerita serupa berulang-ulang, tetapi dengan urutan buku yang berbeda

Kemarin sudah baca buku yang dari judul A sampai D, gimana kalau dibalik? Buku D dulu sampai kemudian buku ke A. Dengan begitu ananda akan tetap akrab dengan cerita yang dibacakan, tak menutup kemungkinan jika ananda justru bisa hafal di luar kepala, tetapi tak bosan dengan cerita yang sama. Boleh loh bund jika sesekali kita bercerita dengan versi sendiri tanpa berpatok pada teks yang ada di buku. Bunda jadi kreatif nih ^_^

6. Ajak anak meletakkan buku kembali pada tempatnya

Kami memiliki perpustakaan mini yang memang berisi koleksi buku bacaan. Bacaan bunda, bacaan ayah, dan bacaan ananda memiliki space sendiri. Salah satu cara menumbuhkan minat dan kecintaan anak terhadap dunia baca tentu saja membiasakannya dengan buku-buku.

Beri tahu ananda bahwa space yang tersedia adalah ruang untuk buku-bukunya sendiri.

Ketika Aidan minta dibacakan buku cerita, dengan sigap ia akan berlari ke bagian buku-bukunya. Ia tahu di mana buku-bukunya berada, mana saja yang termasuk miliknya. Jadi yang ia sentuh pun benar-benar hanya bukunya.

Aidan tidak lagi mengutak-atik rak lain karena tahu itu bukan buku miliknya. Meminimalisir gawean ibunya ketika harus merapikan semua rak buku yang berantakan :D
Aidan belajar untuk segera mengembalikan buku pada tempatnya.

7. Besok beli buku baru yukk

Selama satu bulan ada berapa judul yang akan sering bunda bacakan? Kami minimal 5-7 buku/cerita. Bulan besoknya bisa berganti lagi. Kecuali jika ananda sendiri yang meminta judul sama untuk dibacakan kembali.

Ada buku anak yang berisi puluhan/ratusan judul cerita fabel, kisah sahabat nabi, maupun cerita anak lainnya yang mengandung unsur pendidikan karakter bagi anak. Jadi beli satu buku bisa dapat banyak tema cerita. Tanpa harus membeli buku terus. Kita bisa memanfaatkan buku yang memang telah berisi banyak cerita untuk dimaksimalkan terlebih dulu. Jika memang sudah waktunya beli buku baru, ajak ananda untuk bersama-sama ke toko buku dan memilih bukunya.

"Besok beli buku baru yuk, adek/kakak mau buku apa?" tak ada salahnya bunda bertanya.

Mungkin ananda belum bisa mendeskripsikan jelas buku yang ia inginkan, tetapi setidaknya ia akan berantusias saat diberi tahu. Bisa jadi hingga seterusnya, moment ke toko buku adalah hal menyenangkan bagi ananda bersama ayah bunda yang paling ditunggu-tunggu. Karena kecintaan itu telah ditumbuhkan sejak dini.


...............

Alhamdulillah, semoga postingan kali ini bermanfaat dan bisa menginspirasi ya. Bunda boleh berbagi pengalaman pribadi soal ini di kolom komentar, agar yang lain juga bisa membacanya dan mengambil manfaat :)
_____________________________

Magelang, 13 Oktober 2019
Copyright : @bianglalahijrah

2 Komentar

  1. Masyaa Allah... keren sekali Ukh...
    InsyaAllah kuterapkan pada Ananda di rumah. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barakallah, alhamdulillah. Semoga bermanfaat ya, Ukh. Mari sama-sama menggalakkan cinta buku, cinta baca, pada diri ananda kita sejak dini. Jika bukan kita yang memulai pembiasaan tersebut, siapa lagi? Semangaatt!! Terima kasih sudah meninggalkan jejak di postingan ini *bighug ^^9

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)