Memaafkan itu mudah. Tetapi yang sulit adalah melupakan. Sekuat apapun berusaha untuk membangun kembali tiang-tiang kepercayaan itu, salah sedikit saja, maka rusak susu sebelanga. Tak ada arti rupa ukhuwah yang dibangun berdasarkan tulus hati. Puas menata ulang, nyatanya tetap tak lagi sama.

Entah mereka yang berubah, atau kau sendiri yang mulai memahami 'barangkali' tak ada yang berubah sejak awal. Topeng mereka hanya mulai tanggal dari tempatnya. Yang kau lihat saat ini adalah apa yang selama ini tertutupi dari pandangan mata. Saking sulitnya menerka mana entah yang tulus atau hanya sekedar modus.

Mengapa orang yang tulus terlalu sering tersakiti? Pada akhirnya, tak jarang kebaikan itu berbalik menjadi bumerang dari orang-orang yang tak memiliki tenggang rasa dan peduli. Puas manis disesap, setelahnya kau tak lagi berarti bagi mereka. Sebab sebatas itu lah arti ketulusanmu baginya. Kau tak perlu datang untuk bisa memiliki sesuatu yang lebih, kecuali memberi lebih.

Kadang, betapa lucu dunia ini mempertontonkan para pelakonnya. Tatkala mata telanjang baru bisa menengok jelas mana rupa mana pura-pura setelah ditikam luka berulang kali.

Sedih nian parasmu kini, Cahayu? Berkali-kali kau sambangi tempat yang katanya menyambutmu dengan pelukan tetapi tak butuh waktu lama untuk menghempasmu kembali ke dasar paling rapuh. Kau bukan siapa-siapa, Cahayu! Bagi mereka kau hanya bagian dari bahan obrolan tentang hitam dan putih yang mereka punyai di dalam kepala abu-abu itu.

Hah. Jengah memang, tetapi kau harus tahu Cahayu. Dunia ini dibangun dari berbagai macam sandiwara manusia. Ketika kau putuskan untuk percaya, tinggal menunggu waktu pula untuk terluka. Hahaha, jangan kau percaya itu Cahayu. Percayai saja ke mana mata kakimu menuntun langkahmu dengan pasti.

Kau tak perlu berhenti hanya untuk meratap diri, mengapa kawan-kawan serupa api dalam sekam? Kau kira ialah hati yang mereka taruh di hadapanmu, ternyata hanya sekumpulan basa-basi. Kau tertipu, Cahayu? Butuh berapa kali lagi untuk membuatmu memahami, bahwa setiap manusia lahir dengan satu wajah, tetapi mampu bersandiwara lebih dari seribu wajah. Kau tak bisa percayai apapun begitu saja.

Jangan bodoh, jangan letakkan hatimu di setiap tempat. Ujungnya, kau hanya akan mendapati hatimu mengerdil. Mereka takkan peduli itu. Tak akan ada yang mengerti air yang mengalir dari kelopak matamu.

Bagaimana? Sudah kah jelas remang dalam benakmu itu? Kau terka mereka tak mungkin tega, tetapi mata menangkap banyak sandiwara yang terbaca. Lihat, pongah mereka di seberang sana tertawa cekakak-cekikik. Berulang kali kau ada di deretan A sampai Z dari topik yang terangkat sebagai rumpi asyik masyhuknya.

Kau tak mengira bukan? Kau kira mereka segerombolan yang peduli menunjukkan empati. Tetapi ternyata tidak.

Baiklah, Cahayu. Wejangan takkan membuatmu maju begitu saja tanpa ada pergerakan. Bergeraklah, terus saja melangkah ke depan. Disukai atau tidak, dianggap atau tidak, diterima atau tidak, dipedulikan atau pun tidak, dimengerti atau tidak, maka terus saja berjalan. Angkat wajah sekali lagi, semai kebaikan di tepi kanan dan kiri atau ke manapun pergi. Biarkan luka dan kecewa itu yang mengajarimu makna berhati-hati.

Jangan pula kau ajari hatimu untuk membenci. Terlalu murni segumpal daging itu kau kotori dengan kebencian. Biarkan mereka berbuat semaunya, sebab barangkali itu lah lakon yang mereka punya di dunia fana. Mereka berperan antagonis, sebagian pula hanya figuran, peramai saja dalam perjalananmu kini. Kau lah peran utamanya, Cahayu. Mereka tak layak menghambat langkahmu. Derap, derap, derap, yang kau butuh hanya derapmu sahaja. Derap keberanian.
_______________________________

#Day 5
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
_______________________________

Kau tahu, Cahayu? Kadang kala, berbeda itu luka.
... note for my self ...

copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 10 Mei 2019
[Image Source : Pinterest]

26 Komentar

  1. Kata kata ny begitu indah kaka. Aku senang membaca bacaaan seperti ini. Penyejuk hati 😇😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Ada kalanya, kegalauan pribadi menjadi jendela inspirasi. Semoga ada manfaat yang bisa diambil ya. Terima kasih sudah meninggalkan jejak di sini :)

      Hapus
  2. Setiap kalimatnya mempunyai makna yang indah dan nyata..akupun sempat teringat akan acara infotainment di tv, tapi kali ini akulah yang menjadi objeknya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe acara apakah itu? :)
      Barangkali tulisan ini terhubung ke pembacanya, jadi bisa merasakan demikian. Kekuatan kata-kata yang mampu menggiring agaknya, lebih dari itu semoga bermanfaat ya. Khusus malam ini nulisnya mengikuti intuisi. Semoga tetap ada manfaat. Terima kasih karena sudah tinggalkan jejak ^_^

      Hapus
  3. Wih indah banget diksinya. Sukaa ����

    BalasHapus
  4. Tulisannya gmn gitu mba kl aku baca.. Rasanya kok ky aku yg jg ikut ngalaminnya... Mmg ga selamanya yg beri dengan tulus apaoun itu ga selalu sesuai dng harapan..gmn gt rasanya... Baca ini jd ambil hukmahnya 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima mbak heni. Barangkali, karena setiap kita pasti pernah berada di situasi tak mengenakkan :)

      Hapus
  5. Saya kalau bahas topeng jadi teringat dulu pernah ikut tes DISC dan setelah dilihat hasilnya saya asli nggak punya topeng sama sekali dalam kondisi apapun kecuali galau banget paling saya kacau dah gitu aja. hiks...berarti saya orangnya polos doong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah dong, mbak :) Mengingat Allah memang hanya memberikan satu wajah, jadi tak perlu wajah-wajah yang lain..

      Hapus
  6. Diksinya selalu keren, Ukh...
    Dan saya selalu senang membacanya.
    Saya jadi teringat seseorang hehe
    Oh Allah... Semoga topeng dan asli kita tetap sama.
    Tak ada yang palsu di antara keduanya.
    Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin insyaa Allah, syukran ukh :)
      siapakah gerangan orang yang diingat? ^^

      Hapus
  7. Mantap. Diksinya cakep. Pesannya dapat. Belajar dari tulisannya yang kaya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih. Semoga tetap manfaat. Terima kasih ya :)

      Hapus
  8. Balasan
    1. Mengapa sedih, mbak? :)
      semoga tulisan ini tetap ada manfaatnya nggih

      Hapus
  9. Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih. Biasanya kalau nulis sambil galau seringnya begitu, hehe :)

      Hapus
  10. maa syaa Allah, penulis keren mba yusnia ini memang, mksh ya mba semangatnya

    tolong komentari tulisan saya di blog juga, belum ada komentar sama sekali sejak Ramadan pertama kemarin, mungkin karena tulisan saya kurang bermutu 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih mbak. Aslinya dari day 1 sudah blogwalking loh. Tapi ada beberapa blog yang rumit pas mau dikoment via android. Baru tadi langsung BW dan ninggalin jejak berhubung lagi online di PC. Tulisannya bagus-bagus kok, yakin :)

      Hapus
  11. Masya Allah Mba tulisannya bagus sekali dan sastra banget. Bahasanya tinggi namun mudah dimengerti. Salam kenal ya ��. Dulu aku sama seperti mba. Suka bertanya kenapa orang-orang baik dan tulus itu sering tersakiti? Karena ku akui pula orang-orang nggak baik itu jauh lebih banyak dan bahkan mungkin mereka begitu menakutkan dengan keantagonisan mereka. Tapi perlahan aku memiliki pemahaman baru dan keyakinan baru bahwa setiap kebaikan dan ketulusan yang diberikan itu pada orang lain akan kembali pulang pada si pemberinya. Percayalah Allah akan selalu membalas setiap kebaikan yang kita lakukan bagaimanapun caranya dam terkadang caraNya dari sesuatu yang tidak kita sangka-sangka. Tuluslah, berbuat baiklah. Tak usah mengharapkan mereka akan membalas kebaikan kita / tidak yg trpnting kita sudah berbuat baik. Mereka mblas dg baik/ tidak itu urusan mereka dengan Tuhan. Salah st prinsip aku "berbuat baik / tulus tnp mengharapkan pda makhluk". Di dunia ini terlalu banyak org2 yg tdak baiknya. Jadi dunia ini butuh sekali orang2 baik dan tulus u/ mewarnainya. Jika org baik itu habis maka tunggu saja kepunahannya dengan segera dan semoga kita termasuk org2 yg memperbaiki diri u/ slalu lbh baik ya. Aaaminnn.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, alhamdulillah. Semoga tulisan ini ada manfaatnya, tak sekedar indah dalam retorika. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak :)

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)