Aku merasa bahwa jalan menuju impian memang akan semakin lebar jika kau tahu menempatkan diri dalam kesempatan yang ada. Walau harus sebagai gelas kosong terlebih dahulu. Ya, aku tengah belajar memang. Terus belajar untuk bisa lebih baik lagi.
Menulis tentu bukan hanya sekedar bisa menulis dan menghasilkan sebuah karya. Tetapi bagaimana caranya agar tulisan tersebut dapat memberi nyawa pada semangat orang-orang yang membacanya. Dapat memberi pencerahan dan manfaat banyak bagi pembaca. Point terpenting, sebab setiap penulis akan bertanggung jawab atas apa yang ia tulis, kelak di hadapan Rabbnya.

03 Maret 2015, tepat di hari ulang tahun suami yang ke-25. Semoga bertambah dewasa, bijaksana, semakin istiqomah dalam ibadah, bertambah keshalihannya, juga selalu jadi yang terbaik bagi keluarga kecil kami. Aamiin.

Alhamdulillah.. karena hari ini kandunganku sudah hampir menginjak 32 minggu kurang dua hari. Itu berarti waktu persalinan tak lama lagi. April pun terasa semakin dekat. 

Memang ada rasa tak sabar menunggu waktu itu tiba. Saat perjuanganku selama sembilan bulan mengandung, akan melahirkan buah hati yang semoga menjadi pelita bagi orangtuanya dan siapapun.

Tetapi, lagi-lagi aku mencoba menikmati minggu-minggu yang tersisa sebelum benar-benar menatap wajahnya. Dan mendengar tangisnya saat pertama kali.

Aku akan benar-benar menjadi seorang ibu di usiaku yang ke-21 tahun ini. Alhamdulillah, dua tahun penantian kami akhirnya terjawab. Karena hanya tinggal menghitung minggu keluarga kecil ini akan diisi dengan kehadiran tangis bayi. Terkadang aku merasa bahwa baru kemarin aku menjadi seorang anak yang merengek-rengek ke orangtua, hari ini.. aku justru sudah akan menjadi ibu.

Fabiayyi ala'i rabbikuma tukadzhiban.. :)

O ya, minggu lalu tepatnya 1 Maret, aku dan suami ikut serta di acara Gelegar Sastra Puncak Gunung Tidar, pertemuan penyair se-Nusantara dan ASEAN. Bisa dibilang, aku satu-satunya ibu hamil yang ikut naik ke puncak. Turut serta dan menikmati acara demi acara yang berjalan sangat menyenangkan.

Termasuk saat regu kami (regu ketiga) membaca puisi di posko/spot yang telah ditentukan oleh panitia. Meski aku sendiri tak ikut tampil untuk perform puisi, tetapi setidaknya ada rasa bangga dan bahagia melihat antusias teman-teman dalam melantunkan puisi mereka hingga melewati pucuk-pucuk pinus Gunung Tidar. Terlebih, suami sendiri juga ikut perform waktu itu.

Semakin mendekati waktu persalinan, aku sengaja memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bisa nimbrung di kesempatan-kesempatan seperti ini. Sebelum fakum usai persalinan. Ini juga bukan kali pertama aku sampai di puncak Gunung Tidar dalam kondisi hamil. Sebelumnya, di usia kehamilan empat bulan dalam rangka Kopdar Penulis, aku juga berhasil naik sampai ke puncak.

Perjalanan yang melelahkan. Tetapi alhamdulillah rasa lelah tak terlalu terasa. Mungkin karena aku begitu bersemangat. Niatku, untuk melatih dedek sejak dini agar dekat dengan dunia dan orang-orang sastra. Semoga saja doa para penyair yang hadir hari itu menjadi doa yang terijabah, bahwa besok si kecil juga akan jadi penyair tersohor di Negeri ini. Aamiin. :)

Selain itu, manfaat yang aku peroleh dari ikut di moment-moment tersebut.. seolah mencharge semangat menulis untuk berkarya lebih baik. Sebab begitu pulang ke rumah, aku mendapati diri dilingkupi semangat yang menggebu-gebu. Aku menjadi haus untuk terus menulis atau membaca banyak buku. Aku merasa bahwa jalan menuju impian memang akan semakin lebar jika kau tahu menempatkan diri dalam kesempatan yang ada. Walau harus sebagai gelas kosong terlebih dahulu. Ya, aku tengah belajar memang. Terus belajar untuk bisa lebih baik lagi.

Menulis tentu bukan hanya sekedar bisa menulis dan menghasilkan sebuah karya. Tetapi bagaimana caranya agar tulisan tersebut dapat memberi nyawa pada semangat orang-orang yang membacanya. Dapat memberi pencerahan dan manfaat banyak bagi pembaca. Point terpenting, sebab setiap penulis akan bertanggung jawab atas apa yang ia tulis, kelak di hadapan Rabbnya.

Aku juga ingin agar apa yang kutulis dapat menjadi pahala jariyah yang tak putus-putus hingga jasad tertimbun tanah. Hingga raga tak lagi ada. Semoga..

Ini beberapa foto yang berhasil dibawa pulang.. :)

Foto bareng Bunda Murti, terima kasih bukunya :)

Penyair dari Negeri Jiran, Malaysia
Mas Edi, Mbak Nella, bahkan suami juga ikut menari Topeng Ireng :D
Perform Penyair dari Negeri Kelantan, sukses selalu Bunda :)
Perform suami saat membaca puisi ;)
Keakraban yang sangat terasa :)
tengah menghayati sajak :D
Lagi.. tak kehabisan pose :)
Terima kasih sudah memberi jempol untuk dedek yang masih di perut :)
Sebelum pulang.. ^_^
Dan akhirnya, pulang dengan membawa serta buku Bapak Wardjito Soeharso owner grup ' Komunitas Penulis Muda Indonesia' :)

Sampai berjumpa di kesempatan selanjutnya. :)

2 Komentar

  1. ngepost lgi dunk buk... agaknya lama nggak ada pos-an terbaru darimu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya bukk, kesibukan sebagai ibu muda cukup menguras waktu. Terlebih laptop sedang sauna di tempat service. Insha Allah segera aktif menulis lagi. Mohon doanya :)

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)