"Aku tahu bahwa saat seseorang mengaku telah beriman, maka Allah akan memberinya ujian untuk menguji kesungguhan orang tersebut."

Malam ini ada nuansa berbeda, rasa-rasanya suasana ramadhan kian terasa. Jadi tak sabar menunggu kedatangan bulan suci yang penuh berkah pada tahun ini. Lantas, apa yang telah kupersiapkan? Tak muluk-muluk seperti halnya ramadhan sebelumnya. Melunasi hutang puasa, beribadah lebih khusyuk, semakin dekat dengan-Nya, dan juga persiapan pokok lainnya. Ramadhan adalah momentum berbenah diri untuk bisa lebih baik lagi. Jika di bulan-bulan lain beribadah sebagai rutinitas wajib seorang hamba kepada Rabb-nya, maka ramadhan menjadi bulan khusyuk untuk mengoreksi semua aspek dari ibadah tadi. Muhasabah diri untuk selalu memohon ampun pada-Nya. Semakin berbenah, menkhusyukkan hati dan pikiran untuk beribadah sebaik-baiknya. Memperbanyak zikir, amalan baik, dan berusaha menjauhi perkara yang tak baik. Ramadhan yang menjadikan pahala orang-orang yang beribadah menjadi berlipa-lipat. Ramadhan yang penuh berkah dan bulan penuh ampunan. Bulan yang dikhususkan untuk setiap mukmin agar bisa lahir sebagai manusia yang baru setelahnya, lahir sebagaimana fitrahnya. Semoga setiap kita dapat mencapai kemuliaan pada ramadhan kali ini. Marhaban Ya Ramadhan... Hati gerimis, tatkala kerinduan akan hadirnya bulan suci tersebut kian menggebu. Semoga setiap amal shalih, niat baik, dan sedeqah yang mengalir, menjadi amal jariyah bagi kita yang tak putus hingga di alam kubur. Aamiin.

Sambil mendengar pengajian dari radio, kerinduan yang kemudian bercabang tak lagi tentang ramadhan yang telah di pelupuk mata. Melainkan pada orang-orang yang pernah hadir dan memberi nuansa yang indah di ramadhan-ramadhan yang pernah kulalui di kampung halaman. Bapak, Mamak, adik-adik, menu berbuka dan sahur, tarawih bersama, tadarus Qur'an, dan banyak lagi hal lain yang aku rindukan. Kapan moment seperti itu dapat terulang? Ramadhan lalu dan kali ini kuhabiskan di kediaman suami. Rumah yang menjadi ladang amal bagiku lewat bakti seorang istri pada suami beserta kerabat suaminya, terutama pada sang mertua. Lagi-lagi pintaku tak muluk, semoga ramadhan kali ini dapat berjalan jauh lebih baik, jauh lebih khusyuk, dari ramadhan sebelumnya. Aamiin.

*** 

Kemarin aku mengalami hal yang kurang menyenangkan. Saat berbelanja ke pasar, aku masuk ke sebuah toko dan tengah menawar harga barang yang akan kubeli. Tiba-tiba saja ada ibu-ibu berperawakan pendek, sedikit gemuk, dan berambut ikal sebahu berdiri tepat di sampingku, berbicara pada pemilik toko seolah sengaja berbicara di samping kupingku agar aku mendengarnya. 

"Kerudungnya panjang sekali, sampai bokongnya tidak kelihatan." Ucap ibu itu tanpa rasa bersalah atau sungkan kemudian pergi begitu saja. 

Aku sepat menoleh menatap ibu-ibu itu yang melenggak tanpa dosa. Sementara pemilik toko sama sekali tak menggubris ibu tersebut, dan hanya menatapku diam. Barangkali pemilik toko yang kebetulan seorang ibu berjilbab, tahu apa yang tengah aku rasakan. Atau ia diam sebab tak tahu harus berujar apa. Aku pun hanya diam. Tiba-tiba aku tak berniat untuk menawar lagi harga barang yang ingin kubeli. Aku langsung merogoh uang di dompet untuk membeli barang tersebut dan bergegas pergi setelah mengucapkan terima kasih pada pemilik toko. Dalam hati ada dongkol dan kesal pada ibu-ibu yang berbicara seperti itu yang jelas menyinggung busana yang kukenakan.

Dari pasar aku tak langsung pulang, melainkan ke kantor suami setelah beliau menelepon saat aku di pusat perbelanjaan. Begitu tiba, tanpa basa-basi langsung kuceritakan hal yang tak mengenakkan itu pada suami sewaktu kami bergegas pulang keluar dari kantornya. Suami hanya tersenyum tenang dan membesarkan hatiku.

"Ikhlaskan saja, biar jadi pahala. Doakan ibu itu agar sadar dan lekas berjilbab juga." Ujar suami.

Meski masih ada sedikit dongkol, aku mengiyakan ucapan suami. Seraya beristighfar aku berdoa untuk ibu itu agar diberikan pemahaman yang baik oleh Allah. Agar ibu itu sendiri dapat mengenakan busana penutup aurat dengan baik. Malamnya, kendati masih terus kepikiran. Aku membesarkan hati dan berusaha meyakini diri, ini bukan kali pertama aku mengalami hal serupa saat ada orang yang mempermasalahkan busana muslimahku. Sebelumnya sudah sering bahkan pernah termasuk parah. Saat aku mendapat perlakuan tak adil dari keluarga, teman-teman, tetangga, hanya karena aku berusaha mempertahankan apa yang aku yakini dan busana yang aku kenakan. Aku tahu bahwa saat seseorang mengaku telah beriman, maka Allah akan memberinya ujian untuk menguji kesungguhan orang tersebut. Semoga Allah kuatkan hatiku untuk bisa bertahan dan melewati semua ujian penguji iman. Begitu pula untuk semua orang yang berusaha istiqamah, taat pada syariat dan perintah Rabb-nya, walau jalan yang dilewati tak selalu mudah. Allah, aku percaya Engkau tahu yang terbaik untukku, untuk setiap hambaMu yang tengah tertatih menuju cahaya cinta dan keridhoan-Mu. Permudah jalan dan kukuhkan niat kami. Aamiin.

Bismillah tawaqqaltu ala'Allah.. 

0 Komentar