Sepertinya, aku memang ditakdirkan untuk menulis. Seperti ada yang hilang saat aku mencoba melupakan hobi maupun  kebiasaan pada diri untuk menulis. Dan tidak ubah, aku seperti manusia yang hidup tanpa nyawa. Aneh bukan? Namun, inilah yang aku rasakan. Daya aksara ini seperti telah benar-benar berhasil mengunci jiwaku hanya untuk mencintainya. Terus saja membimbing jemari-jemari kurusku untuk kembali menoreh kisah meski tetap melalui aksara yang sama.
***
Terkadang aku juga sering berfikir. Bagaimana mungkin sosok gadis yang dulu begitu periang. Hanya dalam waktu sesaat, semua berubah dan merubah total hidupku. Satu persatu hilang dan berubah. Entah dengan sendirinya atau mungkin memang sudah saatnya, ia beranjak pergi satu persatu secara perlahan untuk meninggalkan hidupku.

Lemah? Mungkin aku memang lemah. Kuakui sifat yang aku anggap ini sebagai salah satu kekurangan atau hal wajar yang ada padaku sebagai seorang wanita. Tapi mungkin dengan adanya kelemahan ini, aku belajar untuk tahu bagaimana cara agar aku bisa menjadi kuat. Kuat di atas lemahnya diri sendiri. Kuat di atas semua hal. Meski terkadang kerap rapuh. Tapi aku punya MIMPI. Walau katanya, itu semua hanya bisa membuatku seperti tak ubahnya sang pemimpi ulung. Handal dengan berbagai angan dan mimpi yang terangkum begitu banyak dan tersusun rapi pada diri yang tidak mampu. Namun, ini aku. Tidak jarang, aku sering berpikir, mengapa mimpi-mimpi ini lebih memilihku untuk menjaganya dengan baik. Bukan hanya itu, melainkan juga memperjuangkannya.

Padahal, apalah aku ini?
Tidak lebih dari seorang wanita yang memilih untuk menyepi, saat kesedihan benar-benar melingkupi hatiku. Lantas menangisinya dengan semua kekuatan atau energi tubuh yang terkuras habis bersama sisa-sisa mimpi yang terasa semakin sulit untuk aku raih. Jauh. Sangat jauh.

Aku tidak mencoba mencari alasan atau cara agar aku bisa tersenyum  maupun tertawa melawan kesedihan itu. Tidak. Sekalipun, bahkan sedikitpun aku tidak pernah mencoba untuk bergeming darinya. Atau lagi-lagi aku harus menganggap. Ini sisi kelemahanku sebagai seorang wanita yang melankolis, meski diam mengecam ceria pada sifatku yang dulu. Namun kini telah sirna.

Dikutip dari catatan diaryku
Senin, 02072012.  Magelang.

3 Komentar

  1. nice blog, tetap semangat menjalani hidup yang penuh dengan rintangan janganlah menyepi terus karna di luar sana masih banyak yang menarik jangan kau lewatkan itu :)

    BalasHapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)