Jika Ali Bin Abi Thalib berkata untuk tidak berharap pada manusia agar tak menanggung kecewa, nyatanya.. tanpa menitipkan harap pun acapkali manusia mencipta kecewa. Menjejakkan luka begitu saja dengan sengaja atau pun tidak. Di dunia ini, sulit sekali memberi kepercayaan kepada orang lain secara lebih bahkan utuh. Seringnya, teman yang kau peluk sebagai kawan justru berbalik menjadi lawan.

Karenanya tak semua kisah dapat kau bagi kepada mereka. Tak semua sahabat selamanya akan berlaku bak teman dekat, yang memahamimu lebih dari yang lain. Ada kala mereka akan memudar dengan sendirinya. Semua orang akan berubah seiring waktu berjalan. Kenyataan paling menyakitkan ketika satu persatu orang yang kau percaya berbalik menjadi musuh dalam selimut. Diam-diam menusukmu dari belakang. Diam-diam menantikanmu untuk jatuh.


Nyatanya, sekali lagi. Aku belajar. Bahwa tak semua teman layak kau sambut sebagai kawan. Entah sesaat atau untuk beberapa lama.

Apa yang lebih menyakitkan ketika lingkup tempatmu berkecimpung memberikan atmosfer yang tak lagi mendukung? Wajah-wajah yang tampak ramah tetapi berubah tatkala memunggungimu. Sedihnya, ketika cerita-cerita buruk tentangmu begitu mudah disebar oleh mereka yang dekat denganmu. Yang mengaku sebagai teman baik, teman berbagi, dan teman bermain. Aku tak sempat menerka mana kawan dan mana lawan. Bagiku semua adalah teman. Hatiku menyambut dengan tulus, tak didasari modus apapun.

Tetapi nyatanya tak sedikit dari mereka yang merangkul mengaku teman, setelahnya menikam setelah dirasa tak lagi perlu. Menepis seolah hatimu bukan lagi perasaan yang perlu dijaga. Tak sedikit teman yang tersenyum kala di depanmu, kemudian membalikkan jempol di belakangmu. Mempecundangimu. Menyurangimu tanpa rasa bersalah.


Aku lupa, sungguh aku lupa. Bagaimana cara mendikte keburukan satu atau pun dua teman yang berjalan di sampingku. Kendati pun saat perasaan tak nyaman menengahi. Yang kulakukan setelahnya hanya perlu menarik diri untuk membuat semua jernih, lantas kembali dan tetap berjalan seiring. Dalam lingkar yang mengatasnamakan ukhuwah bukan sekedar pertemanan biasa.

Tiba-tiba aku mengalami titik di mana kepercayaanku sedang sekarat. Kritis mendekati titik nadir.

Satu lagi orang yang sengaja menari di atas luka yang telah ia buat. Bertambah lagi orang-orang yang mempertegas kenyataan bahwa tak semua orang di dunia ini layak kau percaya. Bahkan dirimu sendiri. Jangan tunduk, jangan patuh, jangan lagi terluka karena kelemahan diri sendiri. Kau terlalu mudah menaruh semua kepercayaan kepada siapa saja. Jelas, itu salahmu sendiri.

Aku masih tak habis pikir, mengapa ada teman yang bisa berbalik menjadi lawan? Ketika sekat tercipta hanya karena ingin lebih unggul dari pada yang lain. Ketika diam-diam semua teman berlomba-lomba berganti wajah hingga sulit mengenali mana aslinya. Ketika kemudian, orang yang kau percaya betul tanpa prasangka buruk apapun.. kemudian dengan ringan menggoreskan luka di hatimu tanpa merasa perlu untuk memperbaiki kesalahannya.

Mengapa orang yang sedang keliru justru menunjuk orang lain sebagai penyebab dari semua kekeliruan? Ketika kesalahan dalam menafsirkan sesuatu, tak lagi ia cerna dengan kepala dingin. Hingga kata-kata tajam terlontar tanpa penyaring. Semua orang tahu tajamnya lisan melebihi sebilah pedang bahkan jarum yang tajam. Tetapi di era ini, tulisan juga tak kalah tajam menusuk. Hanya perlu beberapa kata dalam satu kalimat, seseorang mampu membuat orang lain tetiba kerdil. Tak berarti dan nyaris putus asa.

Ah, lisan. Bisa kah kau tak berbuat sama pada orang lain? Bisa kah sakit itu berhenti padamu? Jangan lanjutkan kepada orang lain. Jangan belajar dari kesalahan mereka untuk berbuat kemudian. Kau sudah tahu bagaimana rasa sakitnya bukan? Duhai jemari, hanya tuliskan segala apa yang tak melukai hati sesiapa. Hanya tuliskan sebuah renung bagi diri. Menulislah untuk bermakna dan memberi arti. Karenanya engkau lebih terpuji.

Aku sedang mencerna perkataan Ali sang kekasih Nabi. Sungguh aku tak sedang menggantungkan harap kepada manusia melainkan Dia. Tanpa berharap pun, berkali-kali manusia itu meninggalkan luka. Aku tak berharap lagi. Tetapi jika itu pun mendatangkan kekecewaan. Kutahu Allah sedang melatihku untuk sesuatu hal baik, tujuan yang lebih besar dari ini.

Barangkali, alam membantuku menyeleksi mana kawan dan mana lawan. Belajar tentang pentingnya mawas diri. Sebab dunia takkan peduli seberapa dalam engkau terluka. Semua akan kembali berjalan sebagaimana mestinya, memunggungimu setelah puas mempermainkanmu. Baiklah, mari ambil ini sebagai pembelajaran berharga. Kau tak perlu membenci sesiapa. Tugas kita bukan untuk membenci kesalahan, tetapi membenahi. Bismillah.



Magelang, 4 Maret 2019
catatan untuk diri sendiri, agar setelahnya tak perlu menyimpan segala ketidaknyamanan dalam hati
ikhlas itu sulit? tetapi tak ada yang salah dengan mencoba menerapkannya sekarang bahkan nanti
copyright @bianglalahijrah
[image source : Pinterest]

8 Komentar

  1. Tulisannya jadi pengingat buat diri saya pribadi.. Thx utk swmuanya 🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, mbak. Pun pengingat bagi diri saya pribadi :)

      Hapus
  2. Keren dengan khas melankolis, semoga kita bisa menjadi teman yg baik untuk semua orang.sebab 1 musuh akan terasa banyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin, makasih banyak vian :) Intinya berteman itu tulus bukan modus

      Hapus
  3. Kok yg langsung terlintas di pikiranku adalah nama Syahrini dan Luna Maya ya?! (aku harus kurangi nonton gosip ��)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kalau Syahrini kan nikung bukan jelek2in di belakang. Ibaratnya Syahrini melakukan sesuatu yang totalitas, nggak menjatuhkan, tapi emang terkesan nikung Luna Maya begitu putus dari Reino. Eh? Kayaknya kita korban keseringan nonton gosip seleb :'D

      Hapus
  4. ujung2nya memang, kepada Allah ajalah kita bergantung , mengadu dan percaya ya mba :). akupun ga gampang utk percaya bener2 ke org lain. sekali aja disakitin, susah utk bisa balik percaya. temen aku mungkin banyak, tp sahabat, itu bisa diitung 1 tangan. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, benar. Karena Allah tak mungkin mengecewakan kita :) Jadi yaa, memang hal-hal seperti ini jadi pembelajaran untuk bisa lebih mawas. Btw, terima kasih sudah berkunjung ya..

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)