Nyaris sebulan tetangga yang tadinya kerap membuat kesal seperti hengkang dari kebiasaan lama. Tiba-tiba tak ada sapaan, tak ada nyinyiran lagi, tak ada kata-kata yang terdengar pedas terlontar dari mulutnya. Saat berpapasan dia berlalu begitu saja. Mulanya terasa biasa, aku juga menganggap diamnya lebih baik dari pada mendengarkan perkataan yang sama sekali tak memberi aura positif atau kebermanfaatan bagi diri.

Tetapi entah mengapa justru kondisi demikian yang terasa canggung. Memang bukan hal baru jika selama hidup bertetangga di manapun berada, kita akan selalu menjumpai orang-orang yang kerap menguji sabar. Entah itu yang punya kebiasaan jelek seperti ghibah sana-sini, sedang kamu adalah objek yang dijadikan bahan rumpi mereka, atau tetangga yang begitu senang ikut campur perihal kehidupan orang lain.

Kita akan selalu bergesekan dengan orang-orang yang berbeda sudut pandang dan pola pikir saat berada di sebuah lingkup yang dipenuhi banyak isi kepala namun background berbeda. Tetapi saling diam dan tak menyapa, terlebih jika lebih dari tiga hari, rasanya bukan sesuatu yang baik.

Betapa banyak karakter di atas muka bumi ini. Masing-masing kita, Allah sematkan sifat yang pada fitrahnya baik. Tetapi lingkup keluarga dan lingkungan tempat tinggal kemudian sedikit banyak mempengaruhi kita sedari kecil hingga tumbuh dewasa.

Pagi ini, tetangga yang kuceritakan sedang berbicara di teras rumahnya. Begitu pun aku dan suami. Tepat ketika ia menoleh pada kami, aku melempar senyum padanya. Aku sendiri bersikap refleks, senyum itu mengembang begitu saja. Kemudian, tanggapan di luar dugaan terjadi, ia menoleh dan juga melemparkan senyum.

Aku menatap suami sembari berpikir, sepertinya ini senyum pertama setelah nyaris sebulan ia puasa bicara. Tentu saja seperti menemukan angin segar, karena mungkin aku baru saja meruntuhkan tembok ego yang selama ini tanpa sadar kupertahankan.

Hal yang menyentak kesadaranku, bahwasanya ini tentang mengalah. Tentang merendahkan sumbu ego. Ini tentang sesabit senyum yang bisa saja melerai prasangka dan masalah yang terjadi antara kita dengan siapapun itu. Aku kemudian belajar bahwasanya senyum mampu menyatukan kembali tali persaudaraan yang meregang.

Senyum mampu meluluhkan hati yang mengeras bagai batu sekalipun. Senyum mampu melerai praduga buruk menjadi persangkaan baik. Senyum mampu merekatkan kembali kedekatan yang menjauh sebab jarak yang sengaja dicipta.

Benarlah kata sebuah hadis yang bersumber dari sabda Rasulullah, bahwasanya senyum kepada saudaramu adalah sedekah. Sebab dari sesabit senyum akan bermula banyak kebaikan. Senyum adalah simbol keramahtamahan seseorang. Senyum adalah cermin hati yang seharusnya tak bisa dimanipulasi. Terlebih bersikap baik terhadap tetangga adalah kewajiban kita sebagai muslim. Terlepas apakah orang lain menyambut hangat atau justru menampik begitu saja.

Orang lain bisa bersikap salah sebagai tetangga, tetapi kita yang mengetahui tak akan memilih untuk ikut mengibas api. Apalagi menjadi penyulut atau pun pemantik. Tugas kita adalah menyampaikan pesan Islam Rahmatan Lil’alamin kepada siapa saja. Terlebih kepada tetangga terdekat. Orang-orang yang dalam kehidupan sehari-hari kerap berinteraksi dengan kita selain anggota keluarga. Ada adab-adab dalam bertetangga untuk tidak saling menyakiti baik itu melalui perbuatan maupun perkataan. Agar senantiasa berbuat baik pada mereka dan tetap berbaik sangka, saling menghormati kendati berbeda cara.

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tetangganya." (HR. Bukhari Muslim)

Alhamdulillah, semoga di setiap prasangka yang hadir menguasai hati.. kita masih menyisakan senyum yang akan menyabit kapan saja, pada siapa saja meski ia adalah orang yang kerap membuatmu mengelus dada. Senyum :)
            Mulailah dengan senyuman.
____________________________

#Day 4

#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
_____________________________

copyright : @bianglalahijrah
Magelang, 9 Mei 2019
[Image Source : Pinterest]

8 Komentar

  1. ko kisahnya mirip banget sama pengalamanku ya.hihi....
    bagus tulisannya k.klo dah bca tulisn ky gini seketika tulisan sy jdi berasa sangat kaku dwngan sgl keterbatasannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap kita pasti punya pengalaman tersendiri dengan tetangga, problem solver yang dihadirkanlah yang barangkali berbeda 😊🙏 tetap semangat 👍

      Hapus
  2. Pernah punya tetangga kayak begitu. Alasannya karena dia gak mau keluarga saya punya toko sebab di satu jalan itu dia juga buka toko. Pokoknya harus dia yg punya toko. sampai pernah dia ngelabrak toko keluarga saya. Yaah tp bagi kami rejeki kan masing2 lah dia siapa? tentu kami gak mau menutup toko gegara dia. Sampai maaf sih tiba2 muncul hal aneh seperti garam? beras kuning? didepan toko kami. tetangga tadi juga ogah senyum bahkan di sapa pun nggak. usut punya usut ternyata ada yg menghasut tetangga biar memusuhi semua warung yg ada di kompleks perumahan biar hanya dia yg boleh jualan. yaah....tp perbuatan jelek gak lama kan orang yg menghasut meninggal akhirnya mulai sedikit dia berubah seenggaknya di sapa mau meski muka masih menghadap arah lain. pernah juga udah bisa senyum meski dikit sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya, mbak. Karena kita tak pernah bisa tahu apa yang ada di dalam pikiran maupun isi hati orang lain. Paling tidak, kita mencoba untuk tetap berbuat baik :)

      Hapus
  3. Senyum itu memang mengundang positif, pernah mencoba dulu menyapa orang ditambah senyum. biasanya cukup dengan "punteun, ngiring ngalangkung" (maaf numpang lewat) sambil cuek dan fokus ke jalan suatu hari nyoba ditambah senyum
    Hasilnya sih bukan ke orang lain, tapi ada energi positif yang masuk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti menjadi murah senyum memang tak ada salahnya, secara tak langsung kita sudah bersedekah kepada sesama melalui sikap ramah 😊👍

      Hapus
  4. Inspiratif, kk suka putri, like!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks kak, sudah berkunjung dan tinggalkan jejak.. jangan lupa follow ^^

      Hapus

Assalamu'alaikum. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan di Blog saya. Semoga bisa memberikan manfaat. Jangan lupa tinggalkan jejak baik di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup ya. Ditunggu kunjungan selanjutnya :)